Akhirnya kita melihat sisi manusia Cristiano Ronaldo
Salah satu cara melepaskan rasa kekecewaan atau bahkan kesedihan, ada dua. Pertama, lewat tulisan. Kedua, bercerita melalui lisan. Dan saya akan berbicara tentang hal kedua.
Cristiano Ronaldo sedang jadi topik hangat. Wawancara eksklusifnya bersama Piers Morgan bikin semua orang geger. Orang-orang yang tadinya lesu karena tak ada sepak bola tiba-tiba melek. Cristiano membuka semua aib MU, walau sebenarnya kita hampir nggak kaget dengan fakta-fakta yang dibeberkan olehnya. Dan yang bisa kita tangkap, Cristiano begitu marah.
Sebagai manusia biasa, wajar Ronaldo marah-marah. Ya, soal egoismenya yang dicap berlebihan, itu hal lain. Namun, apa yang ia ucap dalam wawancara bersama Piers Morgan adalah menandakan kemarahan. Kekecewaan. Ketidaksenangan.
Saya serius perkara wajar jika Cristiano Ronaldo marah. Siapa yang tak kecewa dan akan marah jika pemain sekaliber dia hanya dijadikan cadangan? Coba bayangkan. Anda adalah Ronaldo. Dan Anda duduk manis saja di bangku cadangan. Atau hanya menjadi pemain yang membawa air mineral dan membuka tutup botolnya untuk dikasih ke rekan yang lainnya.
Maka, mustahil rasa marah tak akan menghampiri Anda. Sekecil apa pun. Nah, itulah yang saya maksud kenapa melepaskan rasa kekecewaan dan kemarahan adalah hal yang wajar.
Soal Cristiano Ronaldo bilang Manchester United tak berempati saat anaknya sakit dan dirawat di rumah sakit, itu juga wajar. Barangkali punggawa MU tak datang menjenguknya, tak membawa oleh-oleh alias makanan ke rumah sakitnya. Malah sibuk main, tapi kalah mulu.
MU dan Ronaldo adalah satu. Bagaikan teman dan sahabat. Anak dan orang tua. Kalau sakit, ya dijenguk. Bukan malah dibiarin.
Coba, manusia mana yang tak kecewa kalau saat keluarganya sakit, apalagi buah hatinya, tapi malah tak ada teman-temannya yang datang ke dia. Bilang “semoga lekas sembuh” aja lupa. Jadi, wajar kalau Ronaldo bilang MU itu tak berempati.
Juga, ucapan Ronaldo yang bilang sejak Sir Alex Ferguson pergi dari MU, tim ini tak ada kemajuan dan perkembangan, itu juga tak sepenuhnya salah. Memang apa sih, kemajuan MU sekarang dan sebelumnya?
Baiklah, Piers Morgan mungkin bukan orang yang tepat untuk dikunjungi Cristiano Ronaldo. Momennya juga tak tepat, juga kita bisa berkata bahwa Ronaldo tak profesional dengan membuka aib. Permasalahan ini harusnya bisa selesai dengan duduk bersama, selayaknya profesional. Kita tentunya tak lupa dengan Lukaku yang mengungkapkan kekecewaannya padahal baru berapa bulan bermain dengan Chelsea (lagi).
Tapi, ada baiknya kita mencoba mengerti kemarahannya. Saya pikir, siapa pun akan marah jika ada di posisinya. Catat, marahnya. Perkara menyikapinya, lain hal lagi. Justru pada titik ini, akhirnya kita melihat sisi manusia Cristiano Ronaldo. Ia, nyatanya, tak sesempurna kondisi badannya. Mungkin dengan wawancara kontroversial ini, kita akhirnya melihat dirinya tak lagi seperti robot, tapi manusia biasa.
Saya jadi teringat kata-kata Ebisu Koichi alias Bisuko, pemimpin Kuzugami Group di Manji Empire, salah satu geng di manga Worst! Karangan Takahashi Hiroshi. Ketika tersiar kabar bahwa ia kalah melawan Tsukishima Hana, ia justru menerima kabar tersebut dengan lapang dada. Baginya, kabar tersebut justru bagus, karena setidaknya hal itu bikin ia tak lagi dipandang sebagai boogeyman alias makhluk menakutkan. Setidaknya, ia terlihat jadi lebih manusiawi.
Jadi, sudahlah. Tak usah risau dengan Ronaldo yang perkataannya (mungkin) menuai kontroversial itu. Tak perlu repot-repot mikirin itu profesional apa tidak. Cristiano Ronaldo hanyalah manusia biasa. Kadang nemu blunder juga.
Terkait pemain bintang yang dinilai tak pantas berucap seenaknya, ya itu hal lain.
Penulis: Zubairi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Ronaldo dan Sederet Kontroversinya Musim Ini