Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Aum!: Film Berlatar Masa Reformasi yang Serius Sekaligus Lucu

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
5 Oktober 2021
A A
Aum! Film Berlatar Masa Reformasi yang Serius Sekaligus Lucu terminal mojok.co

Aum! Film Berlatar Masa Reformasi yang Serius Sekaligus Lucu terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pada 30 September yang lalu, sebuah film unik, tayang di Bioskop Online. Mengambil judul Aum!, film berdurasi 1 jam 25 menit ini, mengambil latar Reformasi 1998. Film yang dikemas dalam bentuk film dokumenter dalam sebuah film ini (mockumentary) pun terbagi menjadi dua bagian: pertunjukan dan perjalanan.

Di bagian pertama—sekaligus pembuka—ada Satriya (Jefri Nichol) yang sedang terlibat dalam aksi kejar-kejaran di sebuah rumah susun. Ekspresi wajah dan gestur tubuh dari Satriya benar-benar menunjukkan bahwa dia sedang dalam masalah besar. Bagaimana tidak, pada saat itu Satriya yang adalah seorang aktivis sedang berhadapan dengan anggota militer yang sedang gencar-gencarnya melakukan penangkapan terhadap aktivis yang menyuarakan reformasi.

Dramatisnya, dalam aksi tersebut, Satriya justru “diselamatkan” oleh seorang anggota militer lainnya bernama Adam (Aksara Dena). Bukan tanpa alasan, Adam menyelematkan Satriya karena mereka terikat dalam hubungan kakak beradik.

Sepanjang misi penyelamatan tersebut, kita akan menyaksikan hubungan kakak beradik yang berjarak karena berbeda ideologi. Adam yang tahu bahwa Satriya bersama teman-temannya sudah lama menjadi target penangkapan, memberi peringatan agar Satriya sebaiknya diam dan berhenti terlibat dalam aksi perlawanan. Namun, Satriya menolak dibungkam meski sudah tahu bahwa nyawa adalah taruhannya.

Sepanjang menonton bagian satu film Aum!, saya sempat berpikir bahwa film ini adalah film sejarah yang menegangkan. Saya bahkan sudah sempat membayangkan bahwa film ini mungkin akan seperti kisah Laut dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Nyatanya, tidak juga. Cerita di bagian satu adalah sebuah film dokumenter yang dibuat pada masa reformasi dan punya sisi jenaka dalam proses pembuatannya.

Tokoh Satriya tidak diperankan langsung oleh Jefri Nichol, melainkan oleh Surya Jatitama. Jadi, Satriya dan Surya diperankan oleh orang yang sama. Sama halnya dengan Adam yang diperankan oleh Bram Sanjaya. Jadi, Adam dan Bram adalah orang yang sama yaitu Aksara Dena.

Film dokumenter yang dibuat sebagai bentuk perlawanan ini diprakarsai oleh Linda (Agnes Natasya Tjie) yang kemudian bertindak sebagai produser. Dalam menggarap film dokumenter tersebut, Linda berkolaborasi dengan Panca (Chicco Jerikho) sebagai sutradara. Dengan alat seadanya karena keterbatasan dana, film dokumenter ini dibuat sesunyi mungkin. Meski banyak adegan rusuh di dalamnya karena posisi mereka yang begitu dekat dengan risiko berbahaya pada masa itu.

Lalu, di bagian kedua kita akan melihat bagaimana proses film dokumenter tersebut dibuat. Dan di sinilah atmosfer berbeda dari film Aum! muncul.

Baca Juga:

3 Rekomendasi Film Indonesia yang Relevan dengan Hiruk Pikuk Negara Saat Ini

Film Jumbo Adalah Anomali, Akankah Jadi Tren Baru Dunia Perfilman Indonesia?

#1 Mengangkat tema reformasi, film ini serius dan lucu secara bersamaan

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, apa yang ingin disuarakan melalui film dokumenter yang dibuat adalah sesuatu yang serius. Bagaimana dua kubu sedang berhadapan pada masa itu. Namun, ketika cerita mulai masuk ke bagian dua yang menampilkan bagaimana film dokumenter tersebut dibuat, berbagai macam adegan lucu justru muncul.

Sering kali, tokoh dan para kru film dokumenter dibuat bingung oleh tingkah Panca. Entah apa maunya. Para tokoh dilarang bermain terlalu bagus. Para kru ada saja titik kesalahannya. Ketika adegan sudah bagus-bagusnya, eh… malah di-cut. Ini dan itu ada saja kurangnya. Sebagai seorang sutradara, batas antara berideologi “mampus” dan menyebalkan, terbentang sangat tipis dalam diri Panca.

Bagaimana para kru merespons, baik itu dengan memberi penjelasan—atas apa yang dianggap kurang oleh Panca—mengeluh, ataupun memilih diam dan mengikuti perintah adalah salah satu sisi terlucu dari film ini. Yang paling kocak ketika adegan suara macan yang mengaum akhirnya bisa terekam. Menonton bagian ini, saya ikut se-bahagia itu.

#2 Para pemain yang aktingnya luar biasa

Saya termasuk salah satu orang yang belum banyak menonton film yang dibintangi oleh Jefri Nichol. Itulah sebabnya saya belum tahu bagaimana Nichol dalam berperan. Namun, dalam film ini, menurut saya, Nichol berhasil memerankan dua tokoh sekaligus dengan begitu apik.

Surya Jatitama sebagai aktor amatir yang masih polos. Berusaha kritis, tetapi akhirnya memilih diam dan ikut alur. Juga Satriya, aktivis yang menggebu-gebu menyuarakan reformasi.

Demikian halnya dengan Aksara Dena yang juga memerankan dua tokoh dalam film ini. Ah, betapa saya sangat terkesima dengan suara Bram Sanjaya.

Selain mereka, yang juga paling menonjol tentu saja adalah Chicco Jerikho. Gilak! Dari bagian dua sampai akhir film, dia konsisten dengan karakternya yang sangat menyebalkan. Bagaimana Agnes (sebagai Linda) dan para kru dalam menghadapi sikap Panca juga berhasil menampilkan karakter manusia yang bukan hanya ingin mendengar, tetapi juga ingin didengar.

#3 Banyak simbol yang menyentil

Sejujurnya, saya sempat bingung dengan beberapa adegan, seperti ketika Adam dan Satriya yang tiba-tiba melakukan aksi teatrikal di bagian satu. Maupun cerita yang mengambil latar tempat di kebun binatang, lebih tepatnya di kandang macan, di bagian kedua. Namun, kebingungan saya perihal aksi teatrikal tersebut terjawab di bagian dua.

Saya bahkan tidak menyangka bahwa kehadiran tukang bakso ternyata adalah sebuah simbol. Pun ketika Panca memprotes akting dari Surya Jatitama yang dianggap terlalu menggebu-gebu dan berapi-api. Saya menganggapnya sebagai sesuatu yang menyebalkan sekaligus sebagai kode di sisi lain. Ingat, boleh kritik asal sopan!

Selain itu, jika ditarik kembali, momen ketika Satriya dan Adam sedang dalam perjalanan, ada dialog yang erat kaitannya dengan masa reformasi. Namun, masih sering terdengar sampai saat ini, “Militer emang cuma bisa pakai kekerasan.”

#4 Hal lain yang mendukung

Selain poin-poin di atas, hal-hal pendukung lainnya seperti properti, penampilan para tokoh, dan sinematografi yang vibes–nya era 90-an banget membuat film ini nyaman banget untuk ditonton. Pengambilan gambar yang terkesan mentah justru menguatkan konsep unik dari film ini. Rasanya benar-benar seperti menonton sebuah film dokumenter beserta behind the scene–nya yang digarap pada era reformasi.

Berkedok tugas kuliah, film dokumenter tersebut digarap dengan sehati-hati mungkin. Jangan sampai menarik perhatian.

Terakhir, sebagai penutup, saya memang sudah sempat curiga dengan kehadiran tukang bakso “bersimbol”, tetapi tidak menyangka bahwa ending-nya akan semenyebalkan itu. Jadi, berhati-hatilah dengan tukang bakso di sekitar kita ya, MyLov.

Sumber Gambar: YouTube BGCHEN StOrY

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Aum!Film Indonesiareformasi
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

Cahaya Dari Timur_ Beta Maluku, Film yang Bikin Terharu Meski Ditonton Berkali-kali terminal mojok

Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, Film yang Bikin Terharu Meski Ditonton Berkali-kali

19 September 2021
Adriana, Film Bertemakan Sejarah Jakarta yang Mengusung Konsep Mirip dengan Trilogi The Da Vinci Code terminal mojok

Adriana, Film Bertemakan Sejarah Jakarta yang Mengusung Konsep Mirip dengan Trilogi The Da Vinci Code

15 Oktober 2021
Tertawa dari Awal Sampai Akhir Bersama Film Srimulat Hil yang Mustahal Terminal Mojok

Tertawa dari Awal Sampai Akhir Bersama Film Srimulat: Hil yang Mustahal

21 Mei 2022
Mencuri Raden Saleh Blockbuster Lokal yang Akhirnya Sukses Mencuri Hati Terminal Mojok

Mencuri Raden Saleh: Blockbuster Lokal yang Akhirnya Sukses Mencuri Hati

26 Agustus 2022
film bumi manusia

Tentang Film Bumi Manusia dan Perburuan yang Tayang di Hari yang Sama

24 Juli 2019
3 Rekomendasi Film Indonesia yang Relevan dengan Hiruk Pikuk Negara Saat Ini Mojok.co

3 Rekomendasi Film Indonesia yang Relevan dengan Hiruk Pikuk Negara Saat Ini

3 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.