Banyak orang yang nongkrong di kafe nggak peka terhadap aturan-aturan tidak tertulis di sana.
Kafe menjamur di berbagai daerah, tidak terkecuali Jogja. Catatan pada akhir 2022 menunjukkan setidaknya ada 3.000 kafe di Jogja. Jumlah itu kemungkinan besar bertambah seiring waktu berjalan dari 2022 ke 2024.
Sebagai seseorang yang sudah lama tinggal di Jogja saya menyaksikan sendiri betapa subur pertumbuhan kafe di sini. Mau mencari kafe dengan konsep apa saja ada. Harganya pun berbeda-beda, ada yang ramah di kantong UMR Jogja, tidak sedikit pula yang setara kafe-kafe Jakarta.
Suka atau tidak, nongkrong di kafe menjadi budaya baru yang kian diminati apalagi oleh kalangan anak muda. Sayangnya, tidak semua orang yang nongkrong di kafe punya perspektif yang sama soal ruang bersama. Iya, kafe adalah ruang bersama yang harus dijaga supaya kafe terasa teteap nyaman.
Beberapa kafe sudah berupaya menjaga kenyaman itu dengan memasang beberapa aturan secara tertulis. Misal, soal menjaga ketenangan, tidak memindahkan meja dan kursi kafe, hingga tidak membawa makanan dan minuman dari luar. Selain itu ada banyak aturan tidak tertulis lain yang sebaiknya dipenuhi pengunjung agar sama-sama nyaman.
Daftar Isi
Apabila datang sendiri, jangan gunakan meja besar atau setidaknya bersedia berbagi meja
Saya memahami rasa kesal yang muncul ketika datang ke sebuah kafe dan tidak mendapat tempat duduk. Bukan karena kafe sedang ramai, kerap kali yang berada di kafe itu segelintir saja, tapi menduduki meja besar yang terdiri atas beberapa kursi.
Lebih kesalnya lagi, mereka yang duduk di kursi tersebut memberi tanda-tanda ogah sharing table atau berbagi meja. Biasanya tanda nonverbal itu terlihat dari meja sebesar itu yang penuh dengan barang-barangnya sendiri. Tanda lain, dia meletakan tas di bangku yang kosong. Rasanya benar-benar dongkol kalau berada di momentum seperti itu.
Menjaga ketenangan juga berlaku untuk barista
Di banyak kafe, tanda atau aturan untuk menjaga ketenangan begitu mudah ditemukan. Apalagi di kafe-kafe yang memang banyak dijadikan tempat belajar atau bekerja. Kebanyakan dari pengunjung yang datang biasanya bisa mematuhi aturan tersebut.
Persoalannya terletak pada barista atau kasir. Di beberapa kafe mereka justru lebih berisik dari pengunjungnya. Bukan berisik karena menyiapkan pesanan ya, mereka berisik ngobrol.
Pesan makanan atau minuman saat nongkrong di kafe
Beberapa waktu lalu, viral di media sosial video pemilik kafe di Jogja mengeluhkan pengunjung kedai kopinya yang tidak memesan makanan atau minuman. Padahal, mereka datang dalam jumlah yang banyak alias rombongan. Di kalangan pemilik kafe, tipe pembeli semacam ini dilabeli dengan Rojali atau Rombongan jarang beli.
Itu mengapa, kalau kalian mampir ke sebuah kedai kopi atau kafe, pesanlah setidaknya menu yang paling murah. Selain mencegah pemilik kedai merugi, memesan sesuatu bisa menjadi bentuk menghargai pemilik bisnis. Selain itu, kalau kalian nongkrong dalam waktu lama, pesanlah setidaknya lebih dari satu menu.
Di atas beberapa aturan tidak tertulis yang sebaiknya dijaga bersama-sama sebagai pengunjung dan pekerja kafe. Semua itu demi pengalaman yang lebih nyaman ketika nongkrong atau bekerja di kafe. Kalau menurut kalian, apa aturan tidak tertulis lain yang sebaiknya disepakati bersama?
Penulis: Kenia Intan
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.