4 Aturan Tidak Tertulis Saat Duduk di Kursi Indomaret, Terpaksa Saya Tulis agar Kewarasan Kita Tetap Terjaga

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Duduk di Kursi Indomaret, Terpaksa Saya Tulis agar Kewarasan Kita Tetap Terjaga

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Duduk di Kursi Indomaret, Terpaksa Saya Tulis agar Kewarasan Kita Tetap Terjaga (unsplash.com)

Psikolog mahal, itulah mengapa Indomaret menawarkan kursi besi dan kopi botol Golda. Tampaknya, ungkapan cocoklogi tapi bernas itu masih relevan hingga sekarang. Kapan pun kalian berada, selama itu di teras Indomaret, hampir pasti selalu menemui orang-orang duduk dengan muka lesu, meneguk minuman tiga ribuan, sambil menghanyutkan diri dalam lamunan.

Sayangnya, belakangan saya menyadari ritual sakral di Indomaret ini mulai kurang nyaman. Masalah datang karena orang-orang semakin ke sini semakin sembarangan duduk di kursi tanpa aturan. Ada yang merebut hak orang lain, ada pula yang merusak suasana spiritual. Sialnya lagi, mereka seolah nggak sadar kalau kelakuannya sangat merugikan banyak orang.

Saya sih kurang tahu apakah masalah yang terjadi ini akibat FOMO atau memang oknum-oknum niretika. Tapi yang pasti, saya terpaksa harus menuliskan beberapa aturan tidak tertulis saat duduk di kursi Indomaret. Ini penting agar kewarasan kita bersama bisa tetap terjaga.

#1 Jangan jadi rojali, hargai pelanggan yang sudah beli

Aturan tidak tertulis pertama saat duduk di kursi Indomaret adalah soal rojali (rombongan jarang beli). Kita semua pasti tahu kalau keberadaan rojali ini sampai sekarang masih menjamur di kedai-kedai kopi. Daya rusaknya amat menyebalkan; datang gerombolan, duduknya lama, tapi hanya sebagian yang membeli.

Nah, celakanya, mereka kini merambah ke Indomaret. Identitasnya sih nggak pasti, kadang orang-orang touring, mahasiswa, kadang juga rombongan keluarga. Macam-macam.

Kalau ditanya, apakah kemunculan mereka sudah dari dulu, atau sejak kursi Indomaret viral, saya pribadi nggak tahu pasti. Yang jelas, belakangan saya sering banget menjumpainya. Dan kalau kalian termasuk salah satu pelakunya, plis, jadi orang yang tahu diri. Sumpah, kelakuan kalian itu destruktif banget, beneran.

Ini saya tidak punya sentimen pribadi ke identitas kalian. Tidak. Tapi maksud saya, hargailah pelanggan lain yang sudah beli. Indomaret menyediakan kursi itu jelas bukan untuk kalian. Kalau situ nggak beli, ya berarti nggak usah duduk di kursi sakral itu. Lesehan aja sana di lantai. Berikan hak menjaga kewarasan itu dinikmati orang-orang yang lebih pantas.

Baca halaman selanjutnya: Kembalikan kursi Indomaret ke posisi semula…

#2 Kembalikan kursi Indomaret ke posisi semula

Aturan tidak tertulis kedua terkait tanggung jawab. Banyak pelanggan, terutama yang datang secara bergerombol, sering kali bikin tata letak kursi di Indomaret berantakan. Mereka menyeret kursi demi bisa duduk berkumpul, tapi setelah selesai, tidak mengembalikannya ke posisi semula.

Bagi mereka, mungkin ini bukan sebuah masalah. Tapi percayalah, bagi pelanggan Indomaret yang datang sendiri atau introvert, itu jelas amat menyebalkan. Mereka jadi repot untuk mengambil kursi yang berantakan. Belum lagi, kalau jarak kursi yang diambil lumayan jauh, dan dikelilingi kerumunan orang. Sungkan, lur!

Oleh karenanya, kalau kalian berkelompok pergi ke Indomaret dan mengubah posisi kursi, tolong banget setelah selesai duduk, kembalikan ke posisi semula. Ini bukan perintah, melainkan tanggung jawab kalian untuk menghargai hak pelanggan lain, khususnya yang datang sendirian.

#3 Setelah duduk di kursi Indomaret jangan lupa bersihkan sampah di meja dan buang ke tempatnya

Aturan tidak tertulis selanjutnya masih soal tanggung jawab. Saya pribadi masih kerap menemui pelanggan Indomaret, yang tak punya kebiasaan membersihkan sampahnya. Mereka begitu gampang membiarkan bungkus makanan atau minumannya di meja. Bahkan, kalau tidak ada meja, mereka tak segan meninggalkan sampah-sampah itu di kursi besi Indomaret.

Ini jujur saja, sampai sekarang saya heran sama alam pikiran orang-orang semacam itu. Kok bisa, kelakuannya itu kayak ayam. Lho iya, kebanyakan ayam kalau habis buang hajat kan, hampir nggak pernah mengubur kotorannya pakai pasir. Bahkan juga sering, binatang satu ini buang tinja seenak jidat di lantai-lantai rumah.

Ya mohon maaf kalau kalian termasuk pelanggan Indomaret yang saya maksud. Makanya biar nggak kayak ayam, setelah selesai makan atau minum, ya buang bungkusnya ke tempat sampah. Ini penting, bukan hanya supaya tidak merepotkan karyawan Indomaret, tetapi juga biar pelanggan lain bisa duduk dengan tenang, merenungi penderitaannya tanpa diganggu oleh sampah-sampah kalian.

#4 Jangan merasa iba pada pengemis di Indomaret

Aturan tidak tertulis yang terakhir menyangkut rasa iba. Jadi, ketika duduk di kursi Indomaret, dan di samping atau sekitar kalian ada pengemis, saran saya jangan merasa iba. Serius. Mau mereka memaksa, jangan sekali-kali berikan apa pun. Mungkin aturan ini terkesan tega. Tapi percayalah, pengemis-pengemis di minimarket ini sebetulnya menyamar.

Saya pribadi sudah tidak terhitung ngasih uang receh atau makanan ke mereka. Dan seringnya memang saya ditipu. Berkali-kali saya sehabis memberi sesuatu, tak lama kemudian saya ikuti, ndilalah mereka lebih kaya. Pergi dijemput motor lumayan bagus, kadang juga mobil. Asyu.

Ini bukan omon-omon belaka, sempat saya tanyakan juga ke teman yang sampai sekarang menjadi kasir Indomaret. Katanya, pengemis-pengemis itu punya komplotan. Bahkan punya jadwal tertentu untuk mengemis di berbagai lokasi Indomaret. Intinya, saran saya betul-betul jangan merasa iba pada mereka. Udah, biarin aja, biar nggak kebiasaan dan punah.

Itulah tadi beberapa aturan tidak tertulis saat duduk di kursi Indomaret. Saya berharap, kalian tidak menganggap remeh aturan-aturan tadi, dan segera menerapkannya. Marilah kita jaga sama-sama suasana sakral di kursi besi itu supaya kewarasan kita juga tetap terjaga.

Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sisi Lain Kursi Indomaret yang Nggak Disadari Orang: Lebih Nyaman dari Kursi Pijat, Bisa untuk Menghilangkan Stres Juga.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version