Setelah The Gunners memanggil Gnabry pulang, saya berharap kesempatan akan datang kepadanya. Apalagi, saat itu, Arsene Wenger lekat dengan predikat tukang poles pemain muda. Namun, sayang, pada akhirnya, Wenger melepas Gnabry ke Jerman, di mana talentanya berkembang dan sekarang menjadi pemain penting Bayern Munchen. Selain itu, Wenger menyesali keputusannya melepas Gnabry.
Balogun sendiri bermain sangat apik ketika Arsenal “menyekolahkannya” ke Stade Reims di Ligue 1 Prancis. Bersama Reims, dia mencetak 21 gol dan 3 asis. Catatan yang, saya rasa, mampu menggambarkan potensinya. Meskipun, memang, kualitas pemain tidak sepenuhnya bisa dinilai dari statistik semata.
Menjadi “orang tua” yang baik
Pada akhirnya, semua ini soal cinta belaka. Saya rasa, tidak ada “orang tua” yang tidak ingin melihat anaknya berkembang dan kelak menaklukan dunianya. Di sini, Arsenal adalah “orang tua” bagi Balogun. Sosok bapak yang mengangkat anaknya masuk ke akademi pada 2017 yang lalu.
Sejak saat itu, si bapak hanya bisa mengamati perkembangan si anak dari jauh. Hingga pada akhirnya, saat ini, si anak memilih jalan dan dunianya sendiri. Sebuah dunia yang sebetulnya sangat dekat dengan angan-angan manis orang tua kepada anaknya. Oleh sebab itu, di sisi terdalam hati saya, kelak, orang tua dan si anak ini bisa bersatu lagi, membangun rumah bersama bernama masa depan.
Akhir kata, sebagai fans, saya dan jutaan fans Arsenal pasti mendoakan keberhasilan Balogun di negeri orang. Semoga, cinta yang singkat ini menjadi bekal romansa yang bakal terjalin lebih erat di satu dekade ke depan.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Declan Rice Menuju Arsenal: Parade Kabar Baik yang Saling Menyusul