Setiap ada yang orang meninggal, pasti keluarga yang ditinggalkan akan berduka. Namun, ada saja kelakuan orang-orang yang sebenarnya malah membuat suasana duka itu menjadi kekesalan oleh sebagian yang lain. Misalnya saja iring-iringan pengantar mobil jenazah yang arogan di jalanan. Selain arogan, tidak sedikit pula bahkan merugikan orang lain yang justru akan membuat kita mempertanyakan urgensi dari tindakan konyol tersebut.
Sudah sering kita mendengar berita aksi arogan para pengiring jenazah yang merugikan orang lain. Sekilas ini membuat kita menjadi dilema dalam menyikapi, apakah membenarkan tindakan tersebut ataukah menyalahkan. Tapi, ada pandangan lain yang bisa kita ambil.
Tidak mengubah apa pun
Pada dasarnya lebih baik kita mendahulukan untuk mencegah kemudharatan (keburukan) daripada maslahat (kebaikan) itu sendiri. Dalam kasus ini, lebih baik si para pengiring jenazah tidak berbuat arogan (merugikan orang lain) daripada terburu-buru mengantar jenazah tersebut. Karena cepat atau lambatnya jenazah itu ke tempat tujuan, tidak akan mengubah apa pun juga.
Lho, iya kan?
Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Kebanyakan para pengiring jenazah tidak sabaran dan terkesan malah bersikap bak penguasa jalanan. Memang sebuah keutamaan untuk membawa jenazah lebih cepat ke tempat pemakaman tapi tidak berarti membuat hak-hak orang lain terganggu. Jadi, di satu sisi para pengiring mobil jenazah boleh didahulukan. Tapi di saat yang sama, para pengiring juga harus punya etika dan adab di jalan karena bagaimanapun juga jalanan itu milik bersama.
Orang tuh kadang lupa, kalau realitas lapangan itu kadang begitu kompleks. Belum tentu orang yang nggak memberi jalan untuk iringan jenazah itu karena mereka nggak mau. Bisa jadi mereka beneran nggak bisa ngasih jalan karena macet banget.
Kalau gini kan serba salah. Mau minggir ke kiri, nggak bisa karena jalurnya dah penuh. Iringan jenazah juga nggak bisa lawan arah karena jalur lawan juga penuh. Masak ya begini mau ngamuk? Padahal bisa aja sabar bentar, nanti jalannya juga lengang sendiri kok.
Pengiring mobil jenazah juga harus pengertian
Sebenarnya nggak ada salahnya para pengiring jenazah bersabar dan saling pengertian. Bagaimanapun juga para pengendara itu sudah tau aturan-aturan di jalanan seperti mendahulukan yang memang harus didahulukan. Seperti kejadian unik yang pernah saya nonton di Tiktok, ketika ada pemotor cewek saking paniknya dengan suara sirine mobil, dia sampai terjatuh dari motornya namun malah lari meninggalkan motornya sendiri. Ini berarti sebenarnya dia tau, tapi keadaan yang membuatnya sulit untuk menyesuaikan.
Meski para pengiring jenazah tersebut sudah diatur oleh UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yakni pasal 134, huruf (f), yakni urutan keenam. Tapi bukan berarti rombongan iring-iringan mobil jenazah bisa bertindak arogan dan semaunya saja. Lha kalau beneran nggak ada ruangnya, mau gimana? Mabur?
Pada intinya jalanan adalah milik bersama. Siapa pun berhak menggunakannya. Namun ada kewajiban yang mesti dilakukan, ya salah satunya saling menghargai. Paham? Nggak? Wah sulit.
Penulis: Rahmatullah Syabir
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sopir Mobil Jenazah dan Sesuatu yang Mengikutinya