“Sahabat setia perantau asal Bandung di Ibu Kota”
Barang kali, itulah julukan paling tepat untuk kereta api Argo Parahyangan. Kereta ini menghubungkan dua kota besar di Indonesia, yakni Jakarta dan Bandung. Nama Parahyangan sendiri diambil dari kata rahyang yang mendapatkan awalan pa- dan akhiran -an yang berarti “tempat bersemayam para rahyang—roh nenek moyang atau dewa”, julukan untuk Jawa Barat yang dikelilingi pegunungan.
Dulu, sebelum ada Tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, kalau ada urusan ke Jakarta, mau nggak mau masyarakat Bandung harus naik kendaraan pribadi atau kendaraan umum via Puncak maupun via Purwakarta. Waktu tempuhnya bisa lebih dari 4 jam, apalagi kalau cuaca mendung dan musim liburan. Perjalanannya benar-benar melelahkan.
Sejak 2005, perjalanan Bandung-Jakarta dan sebaliknya jadi jauh lebih singkat sehubungan dengan selesainya pembangunan Tol Cipularang. Waktu tempuhnya kurang lebih jam doang. Sejak itu, bisnis travel Bandung-Jakarta dan sebaliknya jadi menjamur karena banyak warga Bandung yang merantau ke Jakarta maupun warga Jakarta yang berwisata ke Bandung.
Akan tetapi, sejak tahun 2015an ke atas, perjalanan darat via Tol Cipularang tidak semenyenangkan 10 tahun yang lalu. Dan hal itulah yang bikin Argo Parahyangan jadi bersinar.
Dibanding moda transportasi lain, kereta lebih unggul dalam perkara kepastian waktu perjalanan. Mobil travel, pribadi, bus, mungkin bisa lebih cepat. Tapi, begitu kena macet, waktu tempuh bisa naik dua kali lipat, bahkan lebih. Tapi, tidak dengan kereta api.
Kalau saya naik kereta Argo Parahyangan, waktunya pasti, yakni sekitar 3 jam 15 menit saja. Naik travel kalau lancar dan ngebut bisa cuma dua jam doang, tapi kalau macet, bisa nyampe 12 jam! Mending naik kereta aja kan jadinya?
Selain itu, alasan saya lebih memilih kereta alih-alih travel adalah, saya bisa me time dengan menyantap bekal yang sudah saya bawa sambil menikmati pemandangan. Saya juga bisa bebas sambil baca komik, baca buku, baca novel, sampai nonton film via laptop maupun smartphone. Kalau lagi malas bawa bekal, saya tinggal nongkrong di gerbong cafeteria yang sudah disediakan sambil menikmati hidangan yang sudah disediakan.
Buat orang yang hobi bolak-balik ke toilet karena banyak minum kayak saya, naik kereta jelas bikin lebih nyaman. Kalau naik travel, cuma dijatah satu kali ke rest area. Bisa sih minta sopir berhenti lagi di rest area berikutnya, tapi entar bikin penumpang lainnya bete.
Bukan hanya saya saja yang berpendapat seperti ini. Pasalnya, tiap kali saya berada di atas Kereta Api Argo Parahyangan, saya kerap kali bertemu dengan teman, sanak saudara, hingga rekan kerja saya, baik perjalanan ke Jakarta maupun perjalanan ke Bandung. Mereka juga punya pendapat yang sama seperti saya.
Oleh karena itulah, tak mengherankan jika perantau asal Bandung yang cari kerja di Jakarta memilih Argo Parahyangan sebagai pilihan mereka. Banyak kawan, waktu tempuh jelas, nyaman, terjangkau, serta nggak bakal kena macet.
Ya iya sih, masak kereta kena macet…
Maka, tak berlebihan jika saya bilang kereta ini sahabat setia orang Bandung di ibu kota, sebab, kereta besi inilah yang mengantar mereka dari kampung halaman untuk melawan realitas.
Sekadar informasi, kereta api Argo Parahyangan nggak cuma bisa kamu tumpangi dari Stasiun Gambir saja, MyLov. Kamu juga bisa naik maupun turun di Stasiun Bekasi, lho! Buat kamu yang berdomisili di Kota Cimahi juga nggak usah jauh-jauh ke Stasiun Bandung karena kereta ini juga berhenti terlebih dahulu di Stasiun Cimahi.
Sumber gambar: Syaifan Bahtiar Nirwansyah via Wikimedia Commons
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal yang Akan Saya Rindukan dari Stasiun Gambir