Wahai kalian yang senang betul nonton drakor gratisan, sudah tahu kalau aplikasi Telegram diblokir?
Sudah bukan rahasia lagi jika banyak dari kita yang suka nonton drakor jalur gratisan yang setia menanti drama on going siap tayang tanpa harus keluar uang. Salah satu armada yang dapat digunakan menuju surga drama on going ini bernama Telegram. Telegram sendiri merupakan aplikasi gratis yang biasanya digunakan untuk mengirim pesan instan. Sama seperti aplikasi lain, Telegram juga memiliki fitur bertukar foto, video, audio, dan beberapa tipe berkas lain. Selain itu, keunggulan Telegram yang dapat berbagi file ukuran besar menjadi salah satu magnet yang menggiurkan apalagi dengan grup yang dapat menampung lebih banyak anggota dengan kisaran 5000 orang. Ia merupakan salah satu wadah yang memudahkan informasi tersiar dengan cepat.
Keunggulan lain adanya fitur channel pada Telegram dengan anggota tidak berbatas menjadi daya pikat utama. Apalagi dalam channel tersebut disediakan berbagai macam informasi dan foto maupun video yang ramai diperbincangkan salah satunya drama Korea. Telegram memiliki aturan grup yang longgar sehingga semakin memanjakan penggunanya. Kita bahkan tidak perlu join channel jika ingin melihat film-film yang sedang kita cari. Ukuran berkas yang lumayan besar memungkinkan film-film berdurasi panjang dapat dilihat dengan mudah pada channel yang tersedia, mulai dari drama Korea, film bioskop, film China, film Thailand, dan banyak lagi yang lainnya.
Kiamat kecil dalam dunia Telegram ini bermula sebab adanya beberapa aduan dari masyarakat, aduan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), dan aduan dari pelaku usaha perfilman/asosiasi perfilman yang merasa dirugikan sebagai akibat dari adanya pembajakan film yang ditayangkan secara bebas pada channel Telegram tersebut. Sehingga Kementerian Komunikasi dan Informatika atau biasa disebut Kemenkominfo mulai mengambil ancang-ancang untuk memblokir akun-akun penyebar film atau konten negatif bagi masyarakat. Padahal platform lain juga banyak menyediakan film-film ini secara ilegal, tapi belum secara maksimal terendus oleh Kemenkominfo. Atau memang Telegram menjadi sasaran utama? Siapa yang tahu?
Terlepas dari akan diberlakukannya pembekuan channel-channel penyedia film ini, para admin channel pun tak hilang akal. Segera saja mereka memberitahukan bahwa akan ada link-link channel baru yang mereka buat dengan nama lain agar tidak dapat dicari dengan mudah di Telegram. Pada akhirnya channel tersebut akan dibuat menjadi channel pribadi di mana member yang masuk hanya mereka yang telah bergabung pada channel sebelumnya. Permainan kucing-kucingan seperti ini tentu bukan hal baru. Namun, hal ini tidak mengurangi semangat mereka dalam menyelamatkan channel mereka dari serbuan blokir Kemenkominfo.
Selain dari sudut pandang kepuasan kita yang suka nonton drakor atau film yang akan berkurang dari karena aplikasi Telegram diblokir ini. Kita juga harus melihat sudut pandang lain dari pembuat film yang sudah susah payah bekerja, tapi hasil kerja kerasnya justru diapresiasi dengan cara dibajak. Lantas, siapa yang diuntungkan dari adanya film bajakan? Tentu segelintir orang yang membutuhkan kesenangan (dengan nonton drakor, misalnya) menggunakan cara murah tanpa memperhatikan aspek-aspek semacam ini. Maupun mereka-mereka yang mendapatkan keuntungan besar dari penyebaran konten film ini. Tak jarang sebuah film banyak dikenal di masyarakat, tapi penyedia film jalur resminya justru tidak mendapat keuntungan apa-apa.
Bagi saya sendiri yang baru-baru ini ikut menikmati film secara ilegal di armada bernama Telegram. Saya merasakan sendiri betapa nikmatnya nonton drakor dan film tanpa harus mendownloadnya, tanpa keluar uang, tanpa ribet. Tentu Telegram sudah menyediakan surga kecil bagi saya di masa pandemi ini. Meski salah dan dosa, ini begitu menggiurkan dan terasa manis.
Informasi mengenai aplikasi Telegram diblokir ini kurang lebih juga menempatkan Telegram sebagai suatu wadah yang disorot. Rasa ingin tahu yang meningkat juga akan membuat Telegram semakin diburu. Terlebih dengan keunggulan yang ditawarkan, Telegram menjelma menjadi wadah yang dapat mengakomodir kebutuhan saat ini. Ia tidak hanya sebagai alat komunikasi, tapi juga menjadi alat pencarian yang memanjakan penggunanya.
Namun, pada akhirnya semua akan kembali kepada penikmat media Telegram itu sendiri, apakah akan mengikuti tren kucing-kucingan yang dilakukan para admin channel untuk menyelamatkan mereka dari kiamat kecil? Ataukah mulai berpaling pada platform lain yang sebenarnya juga menyediakan surga drama Korea atau film-film lain dengan nama yang berbeda?
BACA JUGAÂ Plus Minus Chattingan Pakai WhatsApp vs Telegram. Mana yang Lebih Bagus?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.