Sinetron khas Ramadan Para Pencari Tuhan, sudah mencapai jilid ke-16 tahun ini. Apakah itu sudah saatnya ia dirampungkan?
Ibu saya selalu memasak kolak setiap buka puasa. Saya sebetulnya tak terlalu suka kolak. Begitu juga kurma dan makanan lain yang menurut saya terlalu manis. Mungkin saya memang ditakdirkan untuk tak bisa menikmati segala hal berbau Ramadan yang khas negara ini. Saya tak suka petasan sejak kecil. Padahal saat saya kecil, kakek saya selalu membelikan saya mercon ipret (petasan kecil yang memiliki kepala pink seperti korek api). Saya juga tak bikin balon dari plastik yang diisi asap. Saya sempat merasa seperti anak aneh karena tak begitu bisa menikmati tetek bengek budaya khas Ramadan di Indonesia.
Namun, semua itu berubah saat saya menemukan sinetron khas Ramadan. Seperti Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat, dan Para Pencari Tuhan. Lantaran sinetron itu, saya jadi bisa nimbrung sama teman-teman. Saya jadi punya bahan obrolan saat istirahat sekolah atau pas nongkrong di masjid. Memang sinetron bikinan Dedi Mizwar selalu keren. Sinetron Lorong Waktu dan Kiamat Sudah Dekat, sejak lama memang sudah tamat. Sinetron yang masih bertahan dari zaman saya masih bocah, sampai sekarang sudah sering disuruh nikah, tinggal si Para Pencari Tuhan.
Sinetron Para Pencari Tuhan sudah masuk jilid ke-14 nya tahun ini. Sempat istirahat pada tahun 2019, tapi sinetron penggantinya kurang asoy, gagal total. Saya tak suka kolak, kurma, petasan, dugderan, tapi saya suka sinetron ini. Setiap tahun saya menonton sinetron ini. Begitu juga seluruh anggota keluarga saya. Akhirnya saya punya hal yang saya rindukan dan nantikan setiap Ramadan tiba.
Akan tetapi, sejak lima tahunan ini, atau sejak jilid ke-9, saya sudah tak terlalu bisa menikmatinya lagi. Sudah kepanjangan mungkin. Terlalu panjang dan ceritanya ngembrah ke mana-mana. Terlalu dipaksakan lebih tepatnya. Maaf ya, para fans fanatik Para Pencari Tuhan.
Musim awal sinetron Para Pencari Tuhan sungguh bagus, benar-bebar dekat dengan kehidupan masyarakat kampung. Bagaimana Baron (Aden Bajaj), Chelsea (Melky Bajaj), dan Juki (Isa Bajaj), punya pendalaman karakter yang baik. Setiap tokoh warga kampung diperankan dengan sangat baik. Tiap tokoh punya ceritanya dan karakter uniknya sendiri. Yah, seperti sinetron Dedi Mizwar yang lain.
Ada beberapa konflik di Kampung Kincir. Konflik-konflik yang ditulis dengan baik. Ada cinta segitiga antara Aya (Zaskia Adya Mecca), Azam (Agus Kuncoro), dan Kalila (Arta Ivano), yang sangat hidup di jilid kedua. Kalau jilid pertama masih soal Aya dan Azam, di jilid kedua ini, konfliknya makin memanas, hingga pada akhirnya Aya dan Azam yang menikah. Namun, justru bukan itu yang menjadi daya tarik utamanya. Itu cuma para tokoh utama. Justru tokoh-tokoh sampingan yang menghidupkan sinetron ini.
Ada persahabatan antara Ashrul Dahlan dan Udin (Udin Ngaga). Ashrul ini idealis dan miskin, pun Udin hansip yang sangat mencintai pramuka. Perbedaan pandangan dan kesetiakawanan mereka ditampilkan dengan jenaka dan apik. Ada juga Ustaz Ferry (Akri Patrio) yang turun pamornya. Sempat jadi seorang pendakwah ulung di televisi, dia akhirnya tak pernah lagi dapat panggilan shooting. Masalah utama Ustaz Ferry dan istrinya adalah kemiskinan dan belum dikaruniai anak.
Ada Baha (Tora Sudiro) yang mati di jilid ketiga. Ada juga trio pengurus RW, RT (Jose Terpase) dan RW (Idrus Madani), dan bendahara (Hakim Ahmad). Kerjaan mereka rapat tak penting, nggak pada kerja, tapi hobi nipu dan nyari proyek. Bisa dibilang mereka ini sebagai bentuk sindiran kepada para penggede di pemerintahan.
Ada juga para manusia kebon. Ada Pepen yang naksir dengan Mbak Aya. Ada juga Om Gery yang ngamuk kalau lagi lapar. Kalau sudah dapat nasi bungkus, barulah tenang. Lalu konflik antara Pak Jalal (Jarwo Kwat) dan Lolli pembantu yang naksir padanya. Ada Bonte, ada Maulana, Nek Vega dan Vegi, ada banyak pokoknya.
Konflik dan tokoh yang disajikan sangat unik dan menghibur. Sindiran-sindiran halus disuguhkan dengan porsi yang pas. Itu dulu, saat jilidnya masih di bawah angka sepuluh. Semua mengalir dengan pas, nggak berlebihan. Tokoh-tokohnya juga diberi porsi yang pas. Namun, lama-kelamaan cerita dan konfliknya mohon maaf, makin berlebihan, ngembrah ra karuan.
Selain itu, akting para tokoh sampingan juga sudah makin terlalu ngebanyol. Mereka tak terlihat natural lagi. Bahkan, para tokoh sampingan, seperti mendapat jatah cerita yang terlalu banyak. Jadinya ruwet dan semua serupa jadi tokoh utama. Yah, mirip-mirip sinetron kebanyakan, yang masalah dan konfliknya jadi lebay banget. Mungkin karena mereka sadar, jika kekuatan utama sinetron ini justru pada tokoh-tokoh kelas dua ini.
Apalagi setelah Kampung Kincir tenggelam dan mereka harus pindah. Jalan cerita jadi makin aneh dan muncul tokoh-tokoh baru yang agak berlebihan dan wagu begitu. Apalagi soal Bang Udin jadi gila dan manusia Kebon jadi kaya, berlebihan banget gimmicknya. Yah, ini cuma selera, tiap orang punya seleranya sendiri-sendiri. Mungkin seperti yang terjadi pada Big Bang Theory, Si Doel, Tersanjung, dan acara yang panjang-panjang lainnya. Mau sekuat apa pun mempertahankan, kalau sudah terlalu lama dan tak ada lagi gairahnya, udahan aja, lah! Daripada dipaksakan, nanti tambah sakit dan toxic.
Sumber Gambar: Vidio Para Pencari Tuhan
*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.
BACA JUGA 5 Lokasi Shooting Sinetron Indonesia yang Monoton atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.