Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Apakah Masih Ada yang Korupsi di Hari Anti Korupsi Sedunia?

M. Farid Hermawan oleh M. Farid Hermawan
9 Desember 2019
A A
Apakah Masih Ada yang Korupsi di Hari Anti Korupsi Sedunia?
Share on FacebookShare on Twitter

Sejak diresmikan di tahun 2003 oleh PBB. Tanggal 9 Desember menjadi hari yang sakral sebagai simbolisme perlawanan terhadap praktik korupsi di seluruh dunia. Hari ini, 9 Desember 2019 menjadi peringatan yang ke-16 Hari Anti Korupsi Sedunia. Isu korupsi memang menjadi penyakit yang sulit disembuhkan tidak hanya di negeri ini. Hampir semua negara di seluruh dunia selalu dipusingkan dengan penyakit yang sulit ditemukan obatnya ini. Baik negara dunia pertama, kedua, atau ketiga tetap tidak bisa membendung yang namanya korupsi.

Korupsi seolah menjadi sifat dasar manusia yang tersembunyi, yang bisa muncul ketika iman tidak sepakat dengan nafsu. Berbagai cara sudah dilakukan banyak negara dalam memerangi korupsi. Cina misalnya, negeri tirai bambu dikenal sebagai negara yang lumayan garang terhadap pelaku korupsi. Tidak main-main, hukumannya mati.

Lain di Cina, lain lagi di Jepang. Jepang tidak sekejam Cina dalam menghukum koruptor. Tapi walau tidak kejam, hukuman terberatnya adalah sanksi sosial terhadap pelaku korupsi. Di Jepang, korupsi dianggap hal yang sangat memalukan. Dan kebanyakan para pelaku korupsi di Jepang punya adat dan tahu tata krama. Saat seseorang ketahuan korupsi, ia lebih memilih mundur dari jabatannya daripada menanggung malu yang tak tertahankan di mata orang lain. Intinya budaya orang Jepang memang seperti itu. Korupsi sama dengan seseorang yang goblok, bodoh, keparat, dan pecundang di mata masyarakat.

Di momen Hari Anti Korupsi Sedunia ini, ketika melihat beberapa negara mencoba garang dan menumbuhkan budaya malu terhadap perilaku korupsi, mari kita menengok gerak-gerik korupsi di negeri kita tercinta ini. Bulan Januari kemarin Transparency International, salah satu organisasi nirlaba asal Jerman yang berfokus memerangi korupsi politik merilis daftar negara-negara yang terbilang bersih dari korupsi. Indonesia menduduki peringkat 4 di bawah Singapura yang didapuk sebagai negara paling bebas korupsi di ASEAN. Dan untuk peringkat dunia, Indonesia menduduki peringkat 89 dari 186 negara. Tampaknya tidak buruk-buruk amat dan juga tidak terlalu membanggakan. Data-data tersebut tentunya hanya gambaran yang jika dilihat sejauh ini tidak mencerminkan wajah virus korupsi yang sebenarnya.

Korupsi itu seperti hantu yang selalu jadi legenda di mana pun kita berada. Entah bagi kaum elite atau kaum proletar. Bagi masyarakat kelas atas atau kelas menengah ke bawah. Korupsi itu sebenarnya selalu ada dan sangat dekat dengan kita. Jangan terlalu jauh berpikir soal korupsi yang besar. Lingkungan sosial kita saja masih tidak bisa lepas dari perilaku korupsi. Bagaimana kalimat “orang dalam adalah segalanya” bisa menjadi contoh bahwa perilaku korupsi di masyarakat kita sudah menjadi rahasia umum. Mau contoh yang lebih dekat dengan kita? Kita bisa melihatnya dimulai dari praktik terkecil korupsi. Ngaku sama abang penjual pentol nusuk pentolnya lima, tapi yang masuk perut sepuluh. Perilaku korupsi sesederhana itu. Lebih sederhana lagi jika janji ketemuan jam 9 dan baru datang jam 10. Korupsi sangat dekat dengan kita semua.

Korupsi juga berkembang tanpa pandang bulu. Bahkan lingkungan akademisi yang isinya orang-orang berotak bisa menjadi tempat pengkaderan pertama perilaku korupsi. Contohnya, ketika ada saja oknum-oknum mahasiswa belajar bagaimana cara korupsi lewat kepanitiaan di acara-acara kampus. Bikin anggaran 5 juta padahal acaranya cuma butuh dana 2 juta. Sesederhana itu bibit-bibit koruptor muncul. Ketika membicarakan korupsi dalam skala kehidupan sehari-hari saja banyaknya minta ampun. Inilah yang akan membentuk pemikiran-pemikiran kotor ketika seseorang diberikan yang namanya jabatan, kekayaan, dan kekuasaan yang menyilaukan. Sangat rentan sekali korupsinya.

Jika kita bertanya apakah Indonesia sudah sangat garang terhadap pelaku korupsi di Hari Anti Korupsi Sedunia ini? Mungkin jawabannya Indonesia masih terlalu bersahabat dan lemah lembut. Belum ada garang-garangnya. Buktinya kemarin koruptor dikasih grasi. Terlepas dari alasan kemanusiaan, itu menjadi gambaran bahwa negeri ini masih lumayan bersahabat pada koruptor. Tidak adanya sebentuk tindakan yang memberikan efek jera terhadap koruptor membuat koruptor joget-joget senang di penjaranya yang serba mewah sambil menanti remisi. Malahan koruptor dikasih masa depan cemerlang oleh KPU dengan diperbolehkan ikut pilkada tahun depan. Aneh, kan?

Adanya KPK pun sepertinya tidak membuat perilaku korupsi musnah di Indonesia. Justru KPK yang coba-coba dipreteli dengan revisi UU KPK yang bikin rakyat bergolak beberapa bulan lalu. Negeri ini masih tampak mencoba mengajak para koruptor beramah tamah alih-alih menodongkan pistol di keningnya.

Baca Juga:

Menaruh Belas Kasih pada Keluarga Koruptor Itu Tak Masuk Akal, Koruptornya Aja Nggak Kasihan sama Keluarganya

Koruptor kok Dikasihani, Lebih Baik Diarak dan Dimaki Satu Negara!

Iya sih, presiden kita selalu mengatakan bahwa basmi korupsi dan lawan korupsi. Cuma itu tadi, kita perlu lebih garang untuk melawan yang namanya korupsi di negeri ini. Percuma bilang basmi korupsi dan lawan korupsi jika penjara para koruptor masih tetap seperti apa yang pernah Najwa Shihab perlihatkan. Percuma saja memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia, tapi perilaku korupsi baik dalam lingkup kelas atas atau kelas bawah masih dianggap hal yang wajar dan bisa dipermainkan.

Berbagai problematika menyoal korupsi yang kelihatannya tak kunjung musnah baik di luar negeri sana maupun di Indonesia membuat saya bertanya-tanya, apakah masih ada yang korupsi di Hari Anti Korupsi Sedunia?

BACA JUGA Pejabat Kita (Pernah) Anti Korupsi, Anti Kepentingan dan Punya Standar Moral Tinggi atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2019 oleh

Tags: HAMhari anti korupsi seduniakoruptor
M. Farid Hermawan

M. Farid Hermawan

Manusia

ArtikelTerkait

Koruptor kok Dikasihani, Lebih Baik Diarak dan Dimaki Satu Negara!

Koruptor kok Dikasihani, Lebih Baik Diarak dan Dimaki Satu Negara!

11 Oktober 2024
KPK penilapan duit bansos koruptor jaksa pinangki cinta laura pejabat boros buang-buang anggaran tersangka korupsi korupsi tidak bisa dibenarkan mojok

Kenapa sih Tersangka Korupsi Sering Tiba-tiba Sakit dan Berobat ke Luar Negeri?

5 April 2021
Ketika Anggota Grup WhatsApp Ada yang Tersandung Korupsi terminal mojok.co

Ketika Anggota Grup WhatsApp Ada yang Tersandung Korupsi

15 Desember 2021
Bagaimana Ceritanya Koruptor Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan? Maling Duit Rakyat Dianggap Pahlawan Itu Nggak Pernah Masuk Akal! edy rumpoko

Bagaimana Ceritanya Koruptor Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan? Maling Duit Rakyat Dianggap Pahlawan Itu Nggak Pernah Masuk Akal!

20 Desember 2023
Menaruh Belas Kasih pada Keluarga Koruptor Itu Tak Masuk Akal, Koruptornya Aja Nggak Kasihan sama Keluarganya

Menaruh Belas Kasih pada Keluarga Koruptor Itu Tak Masuk Akal, Koruptornya Aja Nggak Kasihan sama Keluarganya

10 April 2025
Ketika Prof. Mahfud MD Membual Soal Pelanggaran HAM

Ketika Prof. Mahfud MD Membual Soal Pelanggaran HAM

13 Desember 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.