Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula Saat Menulis Esai untuk Media Online?

Fathur Rachman oleh Fathur Rachman
1 Desember 2020
A A
Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula saat Menulis Esai untuk Media Online Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang netizen yang haus informasi, saya sering mengikuti isu-isu terkini di medsos, terutama di Twitter. Salah satu isu terhangat saat ini adalah tentang fee penulis di media online yang dinilai sebagian orang masih kecil. Saat membaca hal tersebut saya hanya bisa menggelengkan kepala. Bagi penulis pemula seperti saya, jangankan mengharapkan honorarium, tulisan bisa dimuat saja sudah senang dan bangga. Bisa jingkrak-jingkrak sambil menyebar link tulisan sendiri ke grup WhatsApp keluarga biar ria, dan bahkan sampai nraktir teman sebagai tanda syukur. Padahal biaya nraktir lebih gede daripada honorarium yang saya dapat.

Apesnya, sebagian besar tulisan saya yang berupa esai justru beberapa kali ditolak media online. Meski tidak pernah disebutkan alasan penolakannya, saya hanya bisa menerka beberapa hal. Entah gaya bahasa yang kaku, kesalahan penulisan tata bahasa, tema yang tidak relevan/menarik, atau memang karena saya bukan sosok terkenal sehingga tidak berpotensi menarik klik dari pembaca.

Sekali lagi, alasan di atas hanya tebakan saya saja. Bisa jadi salah, wong saya penulis pemula yang cuma mengirim 1-2 tulisan. Hahaha.

Meski menghadapi kenyataan pahit dan tantangan berat, saya tidak menyerah begitu saja. Saya tetap membaca artikel berita, berbagai topik esai opini hingga perdebatan random di internet guna mendapatkan inspirasi menulis. Saya juga selalu memantau tulisan di berbagai media online guna menyesuaikan gaya dan topik penulisan tiap media yang akan dituju. Bisa saja sih saya nekat menulis dengan style ala Mojok di media lain, walau tahu ujung-ujungnya nggak bakal dimuat.

Guna meningkatkan kenyamanan dan mood, tempat menulis saya pun nomaden. Berpindah dari kafe ke kafe, memilih meja paling strategis di suatu kafe, memesan beberapa gelas kopi, menyiapkan laptop atau smartphone teranyar sambil mendengarkan lofi hip-hop radio ChilledCow. Duduk berjam-jam di depan layar tapi halaman Microsoft Word tetap kosong. Esai nggak jadi-jadi, asam lambung malah naik dan pinggang nyeri.

Mencoba menulis 2-3 paragraf esai, namun setelah dibaca ulang kok jelek ya? Langsung saya hapus sebagian paragraf atau seluruh file saking mindernya. Kenapa minder? Satu, ragu bakal diterima redaktur media online tujuan. Dalam bayangan saya, para redaktur memiliki kemampuan membaca cepat, pandangan jeli (bukan jelly ya) dan memiliki standardisasi tinggi dalam menyaring tulisan yang masuk. Esai yang kurang informatif, tidak kontekstual, tidak terstruktur-sistematis-logis, tidak sastrawi, dan tidak menghibur kemungkinan besar bakal sampai kotak masuk email saja.

Dua, takut dirundung netizen. Di era post-truth nan unik ini, hal-hal remeh saja bisa jadi bahan gorengan netizen, apalagi kalau membahas hal-hal krusial dan kontroversial. Saya yang cinta damai dan lemah hati ini tidak kuat menahan serangan anonim pakar ad hominem spall-spill teh itu. Yaaa, meski saya kurang paham mana yang lebih apes: diejek netizen atau dijerat UU ITE?

Sebenarnya ada cara yang lebih mudah untuk mempublikasikan tulisan, yakni menulis di blog. Bermodal akun email dan password, setiap orang dapat membuat blog gratis dan sepuasnya mencurahkan pikiran, perasaan, dan karya di sana tanpa pusing memikirkan teknik penulisan yang ndakik-ndakik atau mengkhawatirkan kurasi redaktur. Pemilik blog berkuasa penuh untuk menciptakan konten, mengedit, menerbitkan tulisan, bahkan mendesain tampilan blog sendiri.

Baca Juga:

Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Justru Jarang Jadi Penulis?

5 Tips supaya Tulisan Kalian Bisa Tembus Terminal Mojok

Kekurangannya yaaa nggak ada honorarium kecuali dari AdSense blog. Itu pun kalau ada pengunjung blog yang mengeklik iklan. Lebih kasarnya lagi, itu pun kalau ada pengunjung blog.

Oleh karena itu, bagi saya yang penulis pemula, mengirimkan tulisan ke media online terasa lebih menantang ketimbang di blog. Kontributor harus menunggu 1-2 minggu setelah pengiriman. Membuka laman web berkali-kali setiap hari untuk mengecek tulisan sudah dirilis atau belum. Sambil menunggu, ikut membaca tulisan orang lain yang jauuuh lebih bagus. Perasaan jadi campur aduk antara deg-degan dan pasrah.

Kalau nanti diterima, syukur. Kalau ditolak, tentu saja bersedih sambil bermuhasabah diri depan layar gadget. “Kenapa nggak diterima ya? Apa yang salah sih? Kurang apa lagi ya? Huhuhu, sedih aku tuh.” Asal jangan kayak ditolak cewek aja. Tulisan ditolak, dukun bertindak. Wkwkwk.

BACA JUGA 5 Ucapan Dosen Paling Bikin Nyesek dari Kacamata Mahasiswa dan artikel Fathur Rachman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 2 Desember 2020 oleh

Tags: media onlinePenulispenulis pemula
Fathur Rachman

Fathur Rachman

Mahasiswa yang tidak sekadar menambah sensus penduduk dan jumlah absen, tapi juga memberi kontribusi di Mojok.

ArtikelTerkait

Tuan Krabs, Tokoh Kartun Cerminan Pemilik Media yang Realistis terminal mojok.co

Tuan Krabs, Tokoh Kartun Cerminan Pemilik Media yang Realistis

18 Februari 2021
Memasuki Era Penulis Serba Ada dan Serba Bisa MOJOK.CO

Memasuki Era Penulis Serba Ada dan Serba Bisa

23 Juli 2020
Media Online yang Kebanyakan Pasang Iklan Banget Itu Niat Menyuarakan Pendapat atau Nyari Duit Doang, sih Terminal Mojok

Media Online yang Kebanyakan Pasang Iklan Banget Itu Niat Menyuarakan Pendapat atau Nyari Duit Doang, sih?

21 Januari 2021
Sorot Gunungkidul, Media Online Lokal Rasa Nasional Penyambung Lidah Warga Gunungkidul

Sorot Gunungkidul, Media Online Lokal Rasa Nasional Penyambung Lidah Warga Gunungkidul

2 Juli 2023
Wawancara Saya Bareng Tuyul Peliharaannya Seto Wicaksono Untuk Seto Wicaksono, Penulis yang Nyambi Karyawan Swasta dan Disangka Melihara Tuyul

Untuk Seto Wicaksono, Penulis yang Nyambi Karyawan Swasta dan Disangka Melihara Tuyul

8 Maret 2020
Nggak Selamanya Orang yang Hobi Nulis Itu Lancar Ngerjain Skripsi terminal mojok.co

Menulis kok buat Dapat Honor? Aneh!

1 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.