Terima kasih para investor cryptocurrency dan NFT atas debat kusirnya 3 tahun terakhir. Cukup menghibur di tengah kesesakan pandemi. Sekarang bagaimana kabar kalian? Sudahkah mengalami reality check dan merasa goblok?
Apakah mimpi kaya mendadak sudah menjadi nyata? Apakah angan-angan jadi si financial independent sudah terlaksana? Sudahkah crypto menjadi alat jajan kalian sehari-hari? NFT membuat Anda makin berkelas dan bergaya? Apakah keduanya sukses membuat Anda berenang dalam lautan uang?
Akui saja salah paham kalian. Crypto dan NFT tidak pernah dilahirkan untuk memperkaya seseorang. Produk digital itu hanya digoreng oleh beberapa pihak untuk mencari untung dari kalian. Betul, kalian yang kemarin bacot kesana kemari perihal investasi digital dan semesta meta. Dan akhirnya crypto serta NFT kembali ke fungsi sebenarnya setelah gelembung pecah.
Kini yang tersisa hanyalah recehan yang diserok sana-sini oleh kalian. Sedangkan uang fiat, uang yang beneran, memenuhi pundi-pundi segelintir penggoreng crypto dan NFT. Dan disempurnakan dengan, “Ya sorry kalau anda jadi exit liquidity kita.”
Daftar Isi
Fundamental saja lupa, kok sok-sokan berdakwah Crypto dan NFT?
Ketika crypto mulai sering dibicarakan, saya cuma bisa mengernyikan dahi. Apalagi ketika semua orang bicara tentang potensi investasi dari crypto. “Mereka ini sebenarnya paham fundamental uang atau tidak?” Ujar saya dalam hati. Dalam hati saja, daripada dibilang pekok dan tidak melek teknologi.
Apakah Anda pernah berpikir kenapa uang bisa punya nilai? Semua karena kepercayaan dan kesepakatan bersama. Ketika uang diterbitkan sebuah negara, masyarakat di dalamnya sepakat untuk memberi nilai pada uang tersebut. Sehingga secarik kertas atau sepotong logam bisa digunakan sebagai alat tukar.
Andai uang tadi diberikan pada orang yang tidak sepakat, uang itu kehilangan nilainya terhadap orang tersebut. Misal Anda berikan uang pada alien, mereka akan menganggapnya sebagai secarik kertas bergambar saja. Ini sederhananya saja, karena prosesnya sangat panjang. Karena nilai uang dipengaruhi oleh situasi ekonomi dan politik sebuah negara.
Demikian pula dengan cryptocurrency. Ada kesepakatan antarpengguna sehingga deretan kode digital tadi punya nilai. Selama crypto masih disepakati nilainya, maka crypto tetap bernilai. Ketika makin sedikit orang yang sepakat, nilai crypto akan menurun. Nilai ini tidak dipertahankan oleh entitas seperti negara, murni atas kesepakatan bersama saja.
NFT juga sama saja. Seperti lukisan fisik, NFT akan bernilai selama disepakati bersama. Lukisan dipandang bernilai hanya karena disepakati oleh sekelompok orang. Nilainya ditentukan oleh taksiran kurator dan disepakati para kolektor. Ketika NFT tidak dipandang bernilai, karya digital tersebut tidak berbeda dengan foto selfie tetangga kalian.
Jangan lupa juga dengan sejarah kelahiran NFT. Produk seni digital ini ditujukan sebagai cara baru menjual dan mengoleksi karya seni. Menjembatani seniman di seluruh dunia untuk bisa memasarkan karya seni, terutama digital, tanpa terhalang ruang dan waktu.
Inilah fundamental yang harusnya dipegang erat oleh pemilik crypto dan NFT. Sayangnya banyak orang yang lupa logika dasar ini. Tapi malah koar-koar tentang potensi investasi yang tidak lebih dari gelembung akibat FOMO. Akhirnya, semua menjadi dingin-dingin saja kan?
Kalian hanya jadi exit liquidity
Sebelum saya mentertawakan Anda lebih jauh, ada yang harus saya tekankan. Sebenarnya saya mendukung adanya cryptocurrency dan NFT. Uang crypto bisa jadi solusi transaksi yang tidak memandang tempat dan waktu. Sedangkan NFT akan menjadi jalan baru seniman untuk mendapatkan benefit dari karya yang dihasilkan. Tapi untuk yang kemarin jadi si paling tahu investasi, ya saya tertawakan.
Bagaimana saya tidak tertawa, kalian berinvestasi modal percaya mulut influencer!
Hanya karena koin atau karya tertentu digoreng beberapa figur publik, kalian langsung banjir ludah. Tapi kalian lupa bahwa yang terjadi hanyalah jual beli. Ketika tidak ada yang mau membeli crypto dan NFT kalian, yang tersisa adalah barang yang tak laku.
Sudah pasti segelintir orang akan diuntungkan oleh gorengan isu ini. Syukur-syukur Anda jadi bagian dari segelintir orang tadi. Tapi kalau kurang beruntung, Anda akan jadi exit liquidity orang tadi. Termakan oleh mimpi profit dari investasi bermodal cocot influencer, harus mengepul produk tanpa nilai fungsi jelas.
Tentu beberapa orang akan membela dengan menyebut fenomena jebloknya crypto dan NFT adalah volatilitas alami. Masalahnya, kenapa berinvestasi pada produk yang nilainya bisa naik atau turun begitu cepat?
Sudah berkali-kali fenomena serupa terjadi. Dari batu akik sampai janda bolong. Polanya sama, digoreng sampai harganya melejit. Ketika gorengan tadi sudah gosong, tidak ada yang mau membeli. Nilai jualnya jeblok dan jadi barang biasa kembali. Juragan akik dan janda bolong sudah meraup profit dari kolektor yang menjadi exit liquidity tadi.
Bedanya, barang koleksi tadi masih punya nilai fungsi. Batu akik masih dibeli sebagai perhiasan meskipun jadi barang murah. Janda bolong juga masih dibeli sebagai penghias teras. Sedangkan crypto dan NFT? Paling crypto akan jadi alat jual beli terbatas dan menambah ribetnya hidup. NFT juga akan jadi foto profil Twitter yang bisa direplikasi semaunya.
Masih Percaya FOMO?
Mungkin Anda mencoba sedikit optimis. Siapa tahu dalam beberapa waktu lagi uang crypto dan NFT Anda akan punya nilai lagi. Tentu kemungkinan ini bisa terjadi. Tergantung pada persepsi orang terhadap produk tersebut. Yang berarti sedikit banyak dipengaruhi gorengan isu oleh para influencer.
Berarti Anda harus menanti fenomena FOMO kembali. Menanti momen dimana orang banyak siap membayar mahal produk yang Anda simpan. Dan dari semua model investasi, berharap pada FOMO adalah pilihan terburuk. Volatilitas yang ditentukan hanya oleh hype adalah pilihan gila dalam berinvestasi.
Jadi masih mau percaya pada FOMO? Sembari menikmati karya NFT yang sejatinya ingin segera kalian jual? Atau sembari menghitung jumlah koin digital yang nilainya anjlok? Terserah Anda sih. Toh semua orang bebas menjadi goblok, asal jangan brengsek.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menjajal Aplikasi Investasi Indodax, Bibit, Pluang, dan Ajaib