Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Angkringan Palsu di Jogja Meresahkan: Dikonsep Ala Kafe, Jualnya Minuman Sachet dan Tempura Sosis

Dian Anjar Nugroho oleh Dian Anjar Nugroho
18 Februari 2024
A A
Angkringan Palsu di Jogja Meresahkan: Dikonsep Ala Kafe, Jualnya Minuman Sachet dan Tempura Sosis

Angkringan Palsu di Jogja Meresahkan: Dikonsep Ala Kafe, Jualnya Minuman Sachet dan Tempura Sosis (Satelitbm via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Perbedaan dari segi tempat

Pertama dari segi tempat. Angkringan asli lebih sering berpindah-pindah, dari pinggir jalan ke pinggir jalan lain. Hal itu yang membuat gerobak angkringan asli didesain sepraktis mungkin agar mempermudah mobilitas.

Desain gerobak yang praktis meliputi adanya terpal sebagai dinding dan tempat untuk memasak air menggunakan cerek yang terletak di gerobaknya. Bahkan ada yang bisa muat dua cerek sekaligus. Satu cerek untuk memasak air dan satunya untuk wedang jahe. Terkadang arang yang digunakan untuk memasak air tersebut juga bisa digunakan untuk membakar sate-satean maupun ceker. Desain gerobak seperti ini yang kemudian menjadi identitas gerobak angkringan.

Sementara itu, angkringan palsu biasanya dikonsep ala-ala kafe dengan meja dan kursi tambahan. Airnya pun dimasak terpisah dari gerobaknya, sehingga bentuk gerobak angkringan palsu ala kafe kebanyakan cenderung lebih kecil.

Nah, konsep angkringan seperti ini secara nggak langsung justru meruntuhkan makna dari “ngangkring” itu sendiri. Bagi orang Jogja dan sekitarnya, “ngangkring” adalah posisi ketika duduk dengan satu kaki diangkat ke atas. Duduknya pun di kusi panjang tanpa sandaran.

Perbedaan menu angkringan

Kalau dari segi menu, angkringan Jogja yang asli biasanya menjual tempe bacem, tahu bacem, jadah, juga nasi bakar dan nasi kucing yang dibungkus daun pisang. Sementara di angkringan palsu, nasi kucing dibungkus menggunakan kertas bekas soal ujian atau fotokopi KK. Kampret banget, sudah kayak tempat sampah saja.

Lebih parahnya lagi, di angkringan palsu menu makanan tradisional semacam tempe, jadah, dan tahu bacem sudah nggak ada. Penjual justru memilih menjual tempura dan sosis dengan harga selangit.

Minuman andalan angkringan asli seperti wedang jahe, wedang teh, jahe susu, dan jahe kopi pun nggak ada harga dirinya di mata angkringan Jogja palsu. Jarang sekali angkringan palsu menyediakan minumam tersebut, entah karena malas atau sepi peminat. Angkringan palsu justru malah lebih banyak menjual minuman sachet. Nggak ada tradisionalnya sama sekali, padahal angkringan Jogja adalah simbol dari kesederhanaan dan tradisional.

Wisatawan tak paham filosofi angkringan Jogja yang sebenarnya

Banyak sekali filosofi angkringan yang kabur di zaman sekarang. Kaburnya filosofi ini salah satunya dipengaruhi oleh para kapitalis yang hanya mementingkan cuan. Mereka membungkus ketololan mereka dengan cara membuat angkringan lebih modern dan sebagainya. Padahal nilai filosofi angkringan bukan di situ. Angkringan nggak hanya sebatas bentuk gerobak maupun menu makanan dan minumannya, tapi juga tentang budaya, suasana yang dibentuk, dan interaksi antar-pengunjung.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kesemena-menaan pengusaha angkringan kapitalis ini mengakibatkan banyak wisatawan luar Jogja yang nggak tahu angkringan yang asli itu seperti apa. Saya pernah bertanya ke satu gerombolan wisatawan dari Palembang mengenai kesan mereka ketika pertama kali ke angkringan Jogja. Mereka pun menjawab begini, “Asik. Tempatnya bagus, estetik. Penyanyinya juga suaranya bagus. Tempuranya murah!”

Tempura muatamuuu, batin saya saat itu.

Kalimat “Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan” seharusnya bisa membuat masyarakat Jogja tergerak untuk melestarikan nilai filosofi angkringan yang semestinya. Kalau perlu kalimat itu dijadikan label angkringan asli, ditempel di terpal-terpalnya. Jangan malah ditempel di angkringan Jogja yang palsu. Piye to kihhh?

Untuk melestarikan filosofi angkringan, maka antara pelanggan dan pengusaha angkringan pun harus saling bekerja sama dalam menjaga dan menyepakati norma-norma yang seharusnya ada di angkringan. Seperti norma egalitarian dan norma penekanan terhadap komunikasi tatap muka. Selain itu juga harus mempertahankan bentuk gerobak dan menu-menu yang menjadi identitas angkringan yang sebenarnya.

Penulis: Dian Anjar Nugroho
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Angkringan Memang Murah, tapi Bukan Pilihan Terbaik Buat yang Makannya Banyak Kayak Saya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 19 Februari 2024 oleh

Tags: angkringanAngkringan jogjabisnis angkringanfilosofiminuman sachetnasi kucingpilihan redaksitempe bacemUsaha Angkringan
Dian Anjar Nugroho

Dian Anjar Nugroho

ArtikelTerkait

KKN di Desa Kayangan: Tidak Ada Angkringan di Sini

KKN di Desa Kayangan: Tidak Ada Angkringan di Sini

17 Februari 2020
Cimahi Terbuat dari Kesalahpahaman yang Perlu Diluruskan Mojok.co

Cimahi Terbuat dari Kesalahpahaman yang Perlu Diluruskan

6 Mei 2024
Kricak Jogja, Labirin yang Tak Kalah Menyesatkan dari Pogung Sleman

Kricak Jogja, Labirin yang Tak Kalah Menyesatkan dari Pogung Sleman

16 Oktober 2024
Jangan Bikin Purwokerto Jadi Jogja Kedua! Kami Butuh Hidup Tenang, Bukan Trending

Jangan Bikin Purwokerto Jadi Jogja Kedua! Kami Butuh Hidup Tenang, Bukan Trending

14 Mei 2025
Episode Awal Layangan Putus Berasa Deja Vu The World of the Married terminal mojok

Episode Awal Layangan Putus: Berasa Deja Vu The World of the Married

30 November 2021
Awas, Social Commerce Siap Gulung UMKM Indonesia!

Awas, Social Commerce Siap Gulung UMKM Indonesia!

18 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.