Kabar DPR menganggarkan dana sebesar 1,5 M untuk pengadaan televisi ini bentuk tak tahu malu dan tak punya empati. Maaf saya harus bilang kayak gini, tapi mau gimana lagi, inilah kenyataannya. Sekaligus, saya heran kok bisa kalian lemah sekali dalam hal negosiasi, juga gagal dalam menentukan skala prioritas.
Kenapa DPR selalu menganggarkan dana untuk barang yang katanya sebagai keperluan kerja yang aneh-aneh? Mulai dari pengharum ruangan, gorden, sampai yang terbaru televisi. Ini niat kerja atau bangun singgasana?
Saya tahu kalau ini untuk inventaris gedung DPR. Tapi, apa ya nggak bisa gitu menunda yang tak esensial? Atau kalau emang nggak bisa, setidaknya nggak perlu gitu butuh dana gede?
Dana yang dianggarkan selalu besar. Pun kebanyakan yang diminta nggak menunjang kinerja mereka. Kinerjanya ya gitu-gitu doang, minta anggaran gede banget. Ini jelas nggak sehat sih. Modal sama produktivitasnya kalah jauh.
Padahal ada banyak cara untuk meminimalisir pengeluaran bagi para Ibu/Bapak yang terhormat ini. Misalnya, beli barang bekas kek, nego ke penjual kek, atau riset harga ke pabrik biar dapat harga pabrik gitu. Masa iya nggak punya skill nego? Masak ya nggak bisa gitu kerja sama dengan pabrikan? Kalian nggak bisa riset? Atau ini deh, skill berpikir kreatif biar bisa memanfaatkan apa yang ada gitu.
Masa kalah sama anak SMK Tata Busana yang memanfaatkan kain perca untuk bahan baju?
Harusnya sih nggak mungkin kalian para anggota DPR nggak punya skill tersebut. Lha wong kalian punya power segitu besar. Menentukan hidup rakyat satu negara. Kalau nggak punya, wah, yo kebangetan.
Jangan-jangan punya, tapi (sengaja) nggak diasah?
Ini udah skill-nya nggak diasah, rasa empatinya juga nol besar. Anggaran TV ini udah kebangetan sih. TV loh, belum tentu kalian pake juga. Nggak paham saya.
Perlu rasanya bagi para anggota DPR untuk kembali memperbaiki citranya sebagai sebuah lembaga yang terhormat. Caranya ya gampang: jangan bikin atraksi nggak jelas atau meminta-minta banyak fasilitas, tapi kinerjanya nggak pernah teruji.
Rasanya ironis melihat mereka kerap menyematkan “gotong royong”, “solidaritas”, dan “bersinergi”, kalau mereka sendiri kerap menjaga jarak dan membuat jarak antara mereka dan rakyat makin jauh. Kesannya malah mereka duduk di sana itu hanya agar bisa meminta fasilitas mewah dari negara.
Saran saya sih, kurang-kurangin lah minta hal-hal nggak penting dengan nilai fantastis. Mbok ya mending fokus agar keberadaan kalian beneran kerasa sampai akar rumput. Yang harusnya kalian pikirin itu ya orang-orang itu, bukan mikirin gimana caranya punya TV yang gede. Skala prioritasnya lho, tolong banget.
Saya jadi kepikiran, segala fasilitas mewah ini baiknya ditiadakan saja. Yakin banget kalau uang yang dihemat angkanya begitu fantastis. Uang itu bisa dialihkan untuk hal-hal yang lebih penting.
Ketimbang jadi TV dan gorden DPR, ya mending dibalikin ke rakyat, daya beli jadi meningkat, jelas lebih konkret. Betul apa betul?
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Betapa Tidak Tahu Malunya DPR Minta Dibuatkan Gedung Baru