Kayak apa coffee culture orang Korea Selatan?
Korea Selatan melalui berbagai produksi dramanya, nyatanya mampu memberi gambaran kultur masyarakat di sana. Realitas serba cepat dengan sebutan ppali-ppali, misalnya. Ada pula tren menikah di usia 30-an lebih, makan tahu bagi mereka yang bebas dari penjara, hingga budaya minum alkohol kerap ditampilkan melalui sinema.
Dari berbagai drama Korea yang pernah saya tonton, realitas lain yang tersirat adalah coffee culture alias budaya ngopi orang Korea. Penggemar drama Korea pasti nggak asing lagi dengan adegan karakter drama yang sedang antre kopi di kafe. Atau pekerja kantoran newbie yang bertugas membelikan pesanan kopi rekan-rekannya. Dan masih banyak pula adegan yang diambil di sebuah kedai kopi, baik lokal maupun ternama.
Selain minuman beralkohol, kopi nyatanya jadi primadona tersendiri di negeri ginseng. Berikut beberapa fakta menarik tentang coffee culture di Korea Selatan.
#1 Awalnya minuman kaum ningrat
Dilansir dari The Korea Herald, kopi nyatanya nggak ujug-ujug dapat diminum oleh sembarang orang. Sejarah kopi sebagai minuman favorit di Korea Selatan konon diawali oleh Raja Gojong di tahun 1896. Sang raja pertama kali mencicipi kopi saat berlindung di Kedutaan Rusia di Seoul sewaktu berlangsungnya perang dengan Jepang. Setelahnya, Raja Gojong dikisahkan sangat menggemari kopi. Ada yang bilang tindakan Raja Gojong ini bisa disimpulkan sebagai komunikasi politik antarnegara dan adaptasi kultur Barat pada masanya.
Sampai tahun 1960-an, kopi lebih dikenal sebagai minuman para bangsawan di Korea Selatan. Kedai kopi dulunya hanya diperuntukkan buat para ningrat, politikus, dan diplomat. Bahkan nggak jarang, keputusan-keputusan penting terkait negara dibicarakan di kedai-kedai kopi.
#2 Americano, varian favorit
Pasti familier dong sama pesenan kopi yang seringnya “americano” di sederet drama Korea yang pernah kamu tonton? Nah, ternyata adegan itu nggak sebatas fiksi, lho. Americano memang jadi varian kopi paling sering dipesan di kafe-kafe Korea Selatan.
Alasan americano menjadi sangat populer dan digandrungi di sana lantaran harganya yang murah dan kandungannya yang tanpa susu. Hal ini terkait sama tujuan orang Korea minum kopi. Biasanya kaum pekerja di sana butuh kandungan kafein buat menambah energi saat bekerja. Sementara kawula mudanya butuh kafein buat belajar atau kuliah seharian.
Americano yang merupakan favoritnya konsumen kopi di Korea jadi makin laku saat musim panas. Yup, pesanan iced americano biasanya melejit banget. Setelah americano, varian lain seperti latte dan turunannya—vanilla, caramel, hazelnut, mocha—adalah varian lain yang juga digandrungi meski nggak sebanyak americano.
#3 Menjamurnya berbagai jenis kafe
Dari berbagai kafe di Korea Selatan, ada 3 tipe kafe yang paling sering ditemukan. Kafe ternama dengan jaringan besar seperti Starbucks, Coffee Bean, Angel-in-Us, A Twosome Place, dan banyak lainnya. Lalu ada pula kafe-kafe lokal yang nggak kalah bersaing. Dan terakhir, theme cafe alias kafe yang punya tema berbeda baik dari dekorasi, nama, makanan, maupun aspek lainnya.
Theme cafe ini makin menjamur keberadaannya. Mulai dari yang mengusung tema floral, buku, hingga hewan peliharaan. Meningkatnya jumlah kafe dengan berbagai keunikan ini punya daya tarik sendiri bagi konsumen.
Di Korea Selatan, nggak jarang orang membutuhkan ruang publik sesuai kebutuhannya masing-masing. Misalnya buat meeting santai, ketemu pacar, hangout bareng temen, bahkan nugas. Mirip lah sama di Indonesia. Selain itu, kebanyakan orang Korea Selatan di kota-kota besar tinggalnya di apartmen dengan luasan terbatas, makanya banyak yang pengin nyari suasana baru di kafe terdekat.
#4 RTD Coffee
Familier sama adegan pekerja kantoran yang ngopi di pantry? Hal itu dengan mudah kita jumpai di banyak drama Korea kesayangan kita. Adegan itu ternyata nggak luput dari representasi budaya minum kopi masyarakat Korea yang nggak melulu kudu di kafe.
Meskipun kopi yang diseduh di kafe digandrungi banyak konsumen, tapi kopi instan alias RTD (Ready to Drink) coffee juga punya segmentasinya sendiri. Kopi instan ini biasanya digemari para pekerja kantoran yang nggak punya banyak waktu buat ke kafe. Daripada buang waktu, kopi instan adalah jalan keluarnya. Cukup dengan nambahin air panas aja, voila, secangkir kopi pun di tangan.
#5 Seoul International Cafe Show
Lantaran market kopi di Korea Selatan berkembang makin pesat, negara ini juga berinovasi dengan mengadakan event internasional bertajuk Seoul International Cafe Show. Diselenggarakan sejak tahun 2002, event ini menjadi coffee show terbesar di Asia.
Pada event tahunan ini, dipamerkan berbagai produk industri seperti kopi, teh, bakery, dan dessert. Bahkan sampai ke bahan, mesin kopi, hingga strategi bisnis juga ada, lho. Suatu festival bisnis dan kebudayaan yang wajib banget didatengin pencinta kopi di Korea Selatan.
Nyatanya, coffee culture di Korea Selatan nggak ngadi-ngadi, Yeorobun. Di Seoul sendiri tercatat ada 18.000 kafe yang bisa kamu kunjungi. Konsumsinya pun nggak main-main, rerata 1 orang Korea Selatan menghabiskan 12,3 cangkir kopi per minggu. Meskipun budaya ngopi ini kelihatannya keren banget, tapi jangan ikut-ikutan gitu juga. Tetap sesuaikan sama kemampuan lambung kamu ya, Gaes. Hehehe.
Penulis: Maria Monasias Nataliani
Editor: Intan Ekapratiwi