Alun-alun Kidul Jogja adalah salah satu destinasi wisata populer di Kota Gudeg. Tempat ini sudah sejak lama menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kalangan, baik penduduk lokal maupun wisatawan. Aktivitas seperti mencoba berjalan dengan mata tertutup melewati dua pohon beringin kembar atau menikmati sajian kuliner pinggir jalan sering menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Namun, di balik pesonanya, Alun-alun Kidul juga menyimpan sisi lain yang sering kali mengganggu pengunjung, yaitu keberadaan pengemis dan pengamen yang kian marak.
Pengemis dan pengamen yang jumlahnya tidak sedikit membuat sebagian pengunjung merasa risih dan terganggu. Mereka tidak segan-segan menghampiri pengunjung, bahkan terkadang memaksa untuk diberi uang atau meminta secara berulang-ulang. Suasana liburan yang seharusnya menyenangkan menjadi sama sekali di luar ekspektasi.
Fenomena ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Banyak yang mengeluhkan tindakan para pengemis dan pengamen yang dianggap terlalu agresif. Tidak sedikit pula yang merasa tidak nyaman karena harus terus-menerus menolak permintaan mereka, yang kadang diiringi dengan pandangan atau sikap yang kurang menyenangkan. Situasi ini membuat pengunjung sulit untuk menikmati suasana Alun-alun Kidul tanpa gangguan.
Bukan masalah baru
Masalah ini sebenarnya bukan hal baru di Alun-alun Kidul. Seiring dengan meningkatnya jumlah pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota, jumlah pengemis dan pengamen juga turut bertambah. Mereka memanfaatkan keramaian tersebut untuk mencari nafkah dengan cara yang sayangnya seringkali tidak mempertimbangkan kenyamanan orang lain. Kondisi ini tidak hanya mengurangi kenyamanan, tetapi juga mengurangi citra pariwisata Yogyakarta yang selama ini dikenal dengan keramahannya.
Tak sedikit keluhan wisatawan muncul perkara pengamen dan pengemis. Mereka merasa bahwa kawasan ini tidak lagi nyaman untuk dikunjungi, terutama bagi mereka yang ingin menikmati suasana malam yang tenang dan santai. Dampaknya, tidak sedikit pengunjung yang memilih untuk tidak berlama-lama di Alun-alun Kidul, dan bahkan ada yang menghindari tempat ini sama sekali.
Pemerintah daerah sebenarnya sudah beberapa kali mencoba untuk menertibkan keberadaan pengemis dan pengamen di Alun-alun Kidul. Namun, upaya tersebut sering kali kurang efektif. Setelah penertiban dilakukan, mereka kerap kembali lagi dengan jumlah yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya tentang ketertiban, tetapi juga menyangkut masalah sosial yang lebih mendalam, seperti kemiskinan dan kurangnya lapangan kerja.
Dilema di Alun-alun Kidul
Di sisi lain, keberadaan pengemis dan pengamen ini juga menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi, mereka dianggap mengganggu dan merusak citra Alun-alun Kidul sebagai destinasi wisata. Tetapi di sisi lain, mereka adalah bagian dari masyarakat yang mencoba bertahan hidup di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Banyak dari mereka yang tidak memiliki pilihan lain selain mengandalkan belas kasihan dari para wisatawan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, hal ini bukan berarti keberadaan pengemis dan pengamen di Alun-alun Kidul harus dibiarkan begitu saja. Masalah yang sudah menahun ini harus segera diselesaikan. Caranya banyak, dan pemerintah lah yang bisa eksekusi semua solusi. Bagaimanapun, Jogja hidup dari pariwisata. Jika pariwisatanya tercoreng, tentu dapur banyak orang ikut terganggu.
Alun-alun Kidul Jogja merupakan cerminan dari kehidupan sosial yang kompleks, di mana berbagai kepentingan bertemu dan kadang saling berbenturan. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi masyarakat marginal dan kenyamanan pengunjung adalah tantangan yang harus dihadapi bersama. Dengan pendekatan yang tepat, Alun-alun Kidul dapat kembali menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua pihak, tanpa mengesampingkan mereka yang selama ini mencari nafkah di sana.
Penulis: Kholilatur Rahmah
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.