Empat bulan setelah resmi dibuka untuk umum, Alun-Alun Jember seperti menjadi magnet baru bagi warga Jember untuk berkegiatan. Namun alih-alih bisa dimanfaatkan dengan baik, beberapa fasilitas justru sudah dalam kondisi yang memprihatinkan. Bahkan sajak awal rencana revitalisasi alun-alun dilakukan pada tahun 2023 lalu, saya sudah sanksi duluan dengan besaran dana yang dikucurkan oleh Pemkab Jember.
Masalahnya, dengan anggaran Rp24,5 miliar, kala itu Pemkab Jember hanya memikirkan cara menghabiskan uang ketika waktu pembangunan saja tanpa berpikir panjang untuk aspek perawatannya. Akibatnya seperti yang saya tuliskan di atas, beberapa fasilitas di alun-alun sudah mulai mengalami kerusakan di sana sini.
Kualitas bangunan Alun-Alun Jember yang dipertanyakan
Saya ingat betul beberapa pekan setelah dibuka, tak sedikit fasilitas Alun-Alun Jember sudah mengalami kerusakan. Hal ini dilaporkan warganet di media sosial. Mulai dari lantai granit, fasilitas toilet, pembatas pohon, ring basket, hingga genangan air yang muncul di beberapa titik menjadi perhatian pengunjung.
Kondisi toilet baru-baru ini juga memprihatinkan. Jika sebelumnya ketika awal dibuka, toilet alun-alun dibuka selama 12 jam saja, kini sudah dibuka 24 jam. Namun saat dibuka 24 jam, banyak warga yang mengeluh karena kondisi toilet kotor. Selain itu wastafel dan kran air dilaporkan sudah patah.
Terlepas kerusakan itu ditimbulkan oleh pengunjung, seharusnya ada petugas yang ditempatkan untuk berjaga di Alun-Alun Jember, termasuk petugas kebersihan. Sementara itu untuk lantai granit dan fasilitas lain yang mengalami kerusakan, seharusnya segera dicarikan solusi. Masa iya baru direvitalisasi sudah rusak lagi. Gimana sih kualitas bahan-bahan yang dipakai. Kalah sama bangunan peninggalan Belanda yang awet sampai sekarang, dong.
Tak sesuai realitas
Idealnya, dengan besaran dana Rp24,5 miliar yang dikucurkan oleh Pemkab Jember bisa membangun Alun-Alun Jember yang semakin baik tanpa menafikan aspek lain seperti perawatan. Meski dalam klausul rincian anggarannya, perawatan masuk dalam kontrak dengan pengembang selama satu tahun. Namun tanpa struktur bangunan yang baik, upaya tersebut hanya seakan menunggu waktu hingga kontrak berakhir.
Apalagi dalam klausul pembangunan Alun-Alun Jember yang disetujui DPRD Jember, anggaran tersebut terdiri dari proyek landscape alun-alun sebesar Rp17,4 miliar lalu pembangunan struktur videotron sebesar Rp6,5 miliar serta menara air sebesar Rp459 juta. Tentu fakta itu membuat gagasan ideal yang dicanangkan dengan anggaran besar harapannya bangunan proyek akan aman justru sebaliknya. Membuat idealitas tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Revitalisasi alun-alun sebenarnya tak mendesak seperti memperbaiki jalan rusak
Jika melihat kondisi Alun-Alun Jember saat ini bagi saya, ada atau tidaknya tetap tidak memiliki implikasi secara dhohir. Sebaliknya, hal yang mungkin tidak dipikirkan pemangku kebijakan di Jember malah berimplikasi dalam keseharian saya. Sebut saja jalan berlubang.
Menurut saya, urgensi untuk melakukan revitalisasi alun-alun tidak mendesak seperti memperbaiki jalan yang rusak. Sebab keselamatan saya tidak terancam apabila alun-alun tak diperbaiki. Tapi kalau jalan yang rusak dibiarkan, justru mengancam pengguna jalan.
Saya tetap berpikir revitalisasi alun-alun hanya menjadi proyek ambisius di tengah ironi jalan yang rusak di wilayah Jember. Sebab Pemkab hanya sibuk merias wajah kabupatennya tanpa memikirkan hal fundamental seperti infrastruktur jalan. Tidak percaya? Coba saja melintas di Jalan Raya Rambipuji, Balung hingga ke arah Puger yang kini mengalami kerusakan parah imbas kendaraan truk pengangkut semen yang hilir mudik setiap hari.
Akan tetapi semua kembali lagi ke pemangku kebijakan. Saya hanya berharap dana puluhan miliar yang dikeluarkan untuk proyek revitalisasi alun-alun tak berakhir sia-sia. Semoga segera ada tindak lanjut atas fasilitas alun-alun yang rusak.
Penulis: Anik Sajawi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Alun-alun Jember Itu Tempat Nongkrong Asyik asalkan Nggak Ada Pengamen yang Mengusik.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
