Pembangunan jogging track di area Alun-Alun Bangkalan Madura memperoleh banyak apresiasi dari warga, terutama yang sering berolahraga di sana. Tapi bagi saya, yang berasal dari pelosok desa Bangkalan, hal itu biasa saja. Tidak menarik. Sebab untuk apa saya menempuh 20 kilometer menuju Alun-Alun Bangkalan hanya untuk lari-larian. Lebih baik saya berolahraga di halaman rumah, tak perlu jauh-jauh.
Tapi bukan berarti saya tidak pernah ke Alun-Alun Bangkalan Madura, ya. Saya sering sekali berkunjung ke tempat ini, entah untuk beristirahat setelah keluyuran atau memang niatnya nongkrong di sana. Bukan karena saya suka ke sini ya, tapi memang karena tidak ada lagi fasilitas umum di Kabupaten Bangkalan selain alun-alun dan stadion. Makanya saya cukup sering ke sini. Oleh sebab itu pula saya berpendapat kalau sebenarnya Alun-Alun Bangkalan Madura butuh hal lain alih-alih jogging track.
Daftar Isi
Tempat sampah tak sebanding dengan jumlah pedagang dan pengunjung yang datang ke Alun-Alun Bangkalan Madura
Satu alasan mengapa saya sering nongkrong di Alun-Alun Bangkalan Madura adalah jajanannya. Di sisi alun-alun, terutama sisi timur, memang penuh pedagang kaki lima yang berjualan makanan. Dagangannya beragam, mulai dari cimol, cireng, cilor, sempol, pentol, telur gulung, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan minuman yang dijual.
Tapi sayangnya jumlah pedagang dan pengunjung yang banyak ini tak sebanding dengan jumlah tempat sampah yang disediakan. Saya selalu merasa kesulitan begitu selesai jajan. Harus saya buang ke mana sampahnya. Tempah sampah di Alun-Alun Bangkalan Madura sangat minim, bahkan tidak terlihat sama sekali di sisi timur. Padahal di sisi sini paling ramai dengan pedagang kaki lima, lho.
Tak jarang saya menaruh sampah bekas jajan ke dalam tas atau jok motor. Tapi kan tidak semua orang mau melakukan hal ini. Makanya tak usah kaget kalau main ke alun-alun ini banyak sampah berserakkan.
Sekalinya ada tempat sampah tidak berguna
Di sisi barat alun-alun memang terlihat tong sampah. Tapi, tempat sampah itu tidak berguna sebab bagian bawahnya sudah bolong. Jadi, kalau kita buang sampah ke situ, ya sampahnya tetap tercecer di luar tempat sampah.
Melihat tempat sampah di Alun-Alun Bangkalan Madura, saya semakin prihatin dengan kondisi kampung halaman saya ini. Tempat sampahnya saja menurut saya bisa dikategorikan sebagai sampah karena sudah tidak layak pakai. Untung saja tidak ada yang iseng membongkar dan menjualnya ke besi tua. Kan itu lebih berguna. Uangnya malah bisa dibuat untuk membeli tempah sampah baru yang lebih layak digunakan.
Jangan melulu menyalahkan rakyat
Sejujurnya saya merasa risih ketika isu sampah di Bangkalan Madura selalu menjadikan rakyat sebagai inti masalahnya. Ada yang mengatakan SDM warga Bangkalan rendah, kurangnya kesadaran, hingga sebutan meddhel bin mukong (tidak bisa dibilangin). Ingin sekali saya ngotap mulutnya. Sungguh, saya jengkel. Apalagi kalau kalimat tersebut keluar dari pejabat yang seharusnya menyediakan tempat sampah.
Tapi untungnya warga Bangkalan tidak tinggal diam. Pernah suatu hari saya melihat papan bertuliskan “INI BUKAN TEMPAT SAMPAH”. Tulisan tersebut dipajang di area Alun-Alun Bangkalan Madura. Lucunya, ada yang menambahkan tulisan tersebut dengan spidol setelah beberapa hari sehingga kalimatnya berubah menjadi “Kalau INI BUKAN TEMPAT SAMPAH, di mana tempatnya?”
Bagi saya itu bukan melanggar moral, melainkan bentuk kritikan. Kalau sudah begitu, siapa yang meddhel bin mukong? Rakyatnya atau pejabatnya?
Malah bikin jogging track di Alun-Alun Bangkalan Madura
Saya kurang paham alasan pemerintah kabupaten lebih memilih untuk membangun jogging track daripada menyediakan tempah sampah di area Alun-Alun Bangkalan Madura. Sebab meskipun sudah dibangun, masih banyak orang yang tetap memilih jogging di luar alun-alun. Makanya saya menganggap pembangunan jogging track ini kurang membawa manfaat.
Bagi saya, seharusnya anggaran membuat jogging track dibuat untuk membeli tempat sampah saja. Kan kasihan orang-orang seperti saya yang dari desa. Jauh-jauh ingin merasakan suasana alun-alun kota, eh pas sampai sana hanya disuguhkan sampah yag berserakan. Kecewa, Gaes.
Yah, tapi itu mungkin hanya disayangkan oleh saya yang berasal dari desa. Pembangunan jogging track tentu tetap banyak memperoleh apresiasi, terutama dari orang-orang yang suka dan mudah mengakses fasilitas olah raga ini. Saya yang lokasinya jauh cuma bisa melihat saja, terutama melihat sampah-sampah yang berserakan di alun-alun.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pasar Tanah Merah, Pasar Terbesar di Bangkalan Madura yang Penuh Masalah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.