Aldi Taher Itu Nggak Salah, Mindset Kita lah yang Perlu Dibenahi

Aldi Taher Itu Nggak Salah, Mindset Kita lah yang Perlu Dibenahi

Aldi Taher Itu Nggak Salah, Mindset Kita lah yang Perlu Dibenahi (Pixabay.com)

Kalau kita masih mencemooh dan menertawakan Aldi Taher, saya yakin kita tidak sedang jujur dengan diri sendiri.

Melihat respons netijen yang budiman, terkait hebohnya sosok Aldi Taher, saya kembali teringat dalam sebuah film Asia, Tai Chi Hero. Film yang mengisahkan lahirnya nama tai chi. Dalam sebuah adegan di film tersebut, menceritakan seorang murid yang tidak bisa benar-benar melihat dengan jujur dan teliti tentang persoalan yang ia hadapi. Singkat cerita, guru besar kemudian dawuh (mengatakan) “cobalah lihat dengan betul-betul”. Pada akhirnya sang murid pun paham, melihat semua persoalan dengan jujur, dan menemukan akar masalahnya.

Tidak, saya tidak ingin mendiskusikan secara penuh, bagaimana aliran Tai Chi itu tercipta. Tapi melalui sedikit potongan film tersebut, saya ingin mengajak kalian untuk menggunakan kacamata itu dalam melihat kasus Aldi Taher.

Bagi saya, begitu juga seharusnya kita melihat kasus ini, layaknya dawuh guru dalam film Tai Chi Hero. Coba lihatlah dengan betul-betul, Aldi Taher adalah sosok yang jujur, dan tanpa tedeng aling-aling dalam mengutarakan setiap maksud serta tujuannya. Ia adalah sosok yang pas, untuk bertengger di atas menara istana sebagai wakil rakyat, katanya.

Lantas dengan sikap yang begitu, apa kira-kira alasan yang tepat untuk mentertawakan beliau? Nggak ada. Begini lho.

Aldi Taher itu jujur!

Pertama, soal dirinya yang maju sebagai calon legislatif. Secara terang-terangan Aldi mengatakan, yakin terpilih dan menjawab tantangan dari Deddy Corbuzier, jika sampai sosoknya terpilih nanti Deddy akan pindah negara. Dari sini saja, banyak netijen yang mencibir, mengatakan niatnya udah salah lah, nggak mementingkan rakyat lah, dan lain sebagainya.

Jujurlah, cibiran kalian itu hanya emosional belaka, atau kalian terjebak dalam permainan janji-janji palsu?

Padahal, Aldi Taher itu jujur, nggak banyak janji untuk lain-lain, ia hanya pengin baca Al-Qur’an di Senayan. Ia yakin, Indonesia akan maju kalau ulil amrinya baca Al-Qur’an. Bahkan saat disinggung soal visi misi oleh salah seorang wartawan, Aldi memilih tidak menjawab, baginya akan berdosa jika berjanji kalau nanti nggak ditepati. Lho pie, luar biasa to. Terlepas tujuannya apa, tapi semangat yang di usung adalah ke-jujur-an.

Coba, selama ini kampanye pendidikan murah, biaya kesehatan murah, serta janji politis lainnya yang seolah-olah bak pahlawan untuk rakyat, Setelah terpilih, mana yang terealisasi? Ada? Mbelgedes.

Kalau seorang calon legislatif, yang jujur layaknya Aldi Taher tapi kok kemudian dicibir netijen. Saya jadi bertanya-tanya, ini netijen sebenarnya mau caleg yang penuh janji-janji perubahan gitu, tapi palsu? Atau gimana?

Jika benar demikian, lagunya Sebumi, “kalau nggak janji nggak menang” masih sangat relate hari ini. Ya karena, masyarakat kita masih senang diberi janji-janji, padahal palsu.

Baca halaman selanjutnya

Pindah-pindah partai itu biasa…

Pindah-pindah partai itu biasa

Kedua, soal dirinya yang berpindah-pindah partai. Heran saya, giliran orang lain yang pindah-pindah partai nggak jadi omongan, tapi kalau itu Aldi Taher yang melakukan tiba-tiba jadi omongan. Sudahlah, toh beliau bukan satu-satunya orang yang pindah-pindah partai, banyak kok yang serupa. Tapi maksud saya, apa pun itu tolong hargai keputusan beliau.

Lagian nih ya, partainya aja menerima kok kalian sewot. Justru, Aldi Taher memberikan pelajaran penting, bahwa jangan terlalu mendewakan salah satu partai. Semua itu berdasarkan kepentingan. Saya berandai-andai kalau sebenarnya Aldi Taher ingin menunjukkan jika partai itu hanya kendaraan saja, tak lebih. Jadi jangan fanatik buta. Tapi ya itu kan saya hanya mengandaikan, semoga saja benar. Kalaupun salah, anggapan saya benar to? Jangan mendewakan partai, maksudnya.

Yang salah siapa, yang kena hujat siapa

Ketiga, rame tentang Aldi Taher sebagai bakal calon legislatif dari dua parpol sekaligus. Dan sampai-sampai ia diundang ke salah satu stasiun televisi. Tapi lagi-lagi dalam kasus ini Aldi Taher yang dicibir netijen.

Sebenarnya bagi saya dalam kasus tersebut, ini orang-orang partai yang memanfaatkan Aldi Taher untuk mendongkrak nama partainya, atau justru sebaliknya? Kok bisa sampai si Aldi Taher ini didaftarkan oleh dua partai yang berbeda sekaligus, dan beda jenis lembaga lagi.

Padahal menurut Pak Hasyim Asy’ari selaku ketua KPU RI, itu jelas nggak boleh. Bahkan KPU akan meminta klarifikasi dari Partai Bulan Bintang, yang mengusung Aldi sebagai caleg DPRD DKI. Juga dari Partai Perindo, selaku partai pengusung Aldi sebagai caleg DPR RI.

Jadi jangan salahkan Aldi dalam kasus ini. Sekali lagi Aldi Taher justru menunjukkan bahwa partai-partai yang ikut berkompetisi nanti, masih banyak celah. Selain malu, partai-partai ini harusnya juga berterima kasih kepada beliau. Kita semua yang ikut mentertawakan dan mencibir, juga harus berterima kasih. Dengan begitu ia juga menunjukkan ke kita, kalau masih banyak partai yang nggak serius berkompetisi. Buktinya? Ya masih gampang dikadalin seperti Aldi Taher ini contohnya.

Itu baru satu lho, bayangkan kalau ternyata banyak yang dobel-dobel daftar caleg. Meskipun nanti KPU akan memverifikasi, tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya banyak partai yang hanya main-main. Mau sampai kapan?

Maka kembali ke film Tai Chi Hero. Cobalah lihat betul-betul, bisa jadi masalahnya bukan pada Aldi Gallagher.

Penulis: Faiz Al Ghiffary
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Aldi Taher Layak Menjadi Bapak Britpop Indonesia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version