Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Alasan Umpatan Daerah Hanya Boleh Diucapkan oleh Penutur Asli

Kuncoro Purnama Aji oleh Kuncoro Purnama Aji
9 Agustus 2021
A A
Alasan Umpatan Daerah Hanya Boleh Diucapkan oleh Penutur Asli terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Mengumpat adalah salah satu cara dalam mengekspresikan emosi diri. Walaupun kasar, tapi mengumpat sangat diperlukan untuk menjaga diri tetap waras. Ada banyak sekali diksi umpatan di dunia ini. Setiap bahasa dan daerah pun pasti memiliki umpatan masing-masing. Jawa dengan umpatan yang lugas dan tegas. Atau umpatan Sunda yang sering ditambahkan setiap akhir kalimat.

Namun seiring dengan masifnya mobilisasi penduduk dan arus informasi yang semakin cepat, kata umpatan daerah kini telah banyak melebur dan tersebar ke mana-mana. Tak jarang kita menemukan orang Sumatra mengumpat dengan umpatan Jawa, atau bahkan sebaliknya.

Adanya hal tersebut menurut saya bukanlah hal yang baik, dan semestinya tidak boleh terjadi. Bagi saya, sebuah umpatan daerah hanya boleh diucapkan oleh penutur asli daerah tersebut. Untuk orang yang bukan penutur asli, sebaiknya jangan sok-sokan mengumpat dengan umpatan daerah tertentu. Ada beberapa alasan yang membuat sebuah umpatan daerah hanya boleh diucapkan oleh penutur asli.

Pertama, orang yang bukan penutur asli akan terdengar wagu ketika mengumpat dengan umpatan daerah tertentu. Saya memiliki teman yang berasal dari luar daerah. Di tempat saya, di Jawa, umpatan yang sering terucap ketika sedang emosi adalah “asu”. Karena teman saya sering mendengar umpatan tersebut, alhasil dia jadi ikut-ikutan untuk mengumpat hal yang sama.

Ketika “asu” terucap dari mulut teman saya ini, ada sesuatu yang terasa aneh dan tidak pas. Umpatan yang seharusnya kasar, berubah menjadi umpatan yang wagu. Seperti ada sesuatu yang kurang ketika dia mengucapkan umpatan tersebut. Intonasi yang tidak pas serta pelafalan yang tidak sempurna, membuat umpatan “asu” menjadi aneh untuk didengar. Seperti ada perubahan dari “asu” menjadi “asuk”, yang mana hal tersebut membuat umpatan ini jadi tidak ada serem-seremnya.

Kedua, berpotensi menimbulkan miskonsepsi ketika umpatan daerah diucapkan oleh orang yang bukan penutur asli. Mengumpat pada dasarnya adalah bentuk ekspresi diri dari sebuah emosi yang ditahan. Meskipun begitu, mengumpat harus sesuai dengan situasi, adab, dan konteks.

Sebuah umpatan tidak bisa sembarangan diucapkan begitu saja. Seperti umpatan “bajigur”. Bagi orang Jawa, kata “bajigur” adalah kata kasar ketika diucapkan untuk melampiaskan emosi. Tetapi dalam dunia kuliner, bajigur adalah sebuah minuman. Maka dari itu, dalam mengucapkan umpatan ini diperlukan pemahan serta konteks yang pas. Tak bisa sembarang ceplas-ceplos begitu saja.

Ada juga umpatan “pantek”, yang mana umpatan tersebut adalah kata kasar level ultimate bagi orang Minang. Tapi karena umpatan tersebut kini banyak diucapkan oleh orang yang bukan asli Minang, alhasil kata tersebut seakan menjadi umpatan yang lumrah. Padahal kata tersebut tidak boleh diucapkan sembarangan.

Baca Juga:

Cak, Cik, Cok: Cara Sederhana Arek Surabaya Membedakan Level Umpatan dari Bunyi Vokal

Orang Sunda Punya Aksen Paling Indah di Indonesia, Terdengar Lembut dan Merdu di Telinga Arek Suroboyo seperti Saya

Ketiga, semakin luas umpatan daerah menyebar, akan semakin banyak modifikasi dari kata umpatan tersebut. Kini kita mengenal banyak sekali umpatan yang telah dimodifikasi atau diplesetkan. Salah satunya yaitu umpatan “anjing”. Yang kini banyak diplesetkan menjadi “anjir”, “anjrit”, ataupun “anjay”.

Walaupun hal tersebut digunakan untuk memperhalus sebuah umpatan, tapi hal itu justru akan menambah masalah ke depannya. Kata “anjay” saja sempat dipermasalahkan kemarin. Jangan sampai suatu saat nanti muncul orang-orang yang akan mempermasalahkan kata umpatan lainnya. Lagi pula, semakin banyak modifikasi kata umpatan lama-kelamaan akan membuat umpatan tersebut jadi ramashok.

Maka dari itu, sudah semestinya umpatan daerah hanya boleh diucapkan oleh penutur aslinya. Lagi pula mengumpat itu digunakan untuk melampiaskan emosi diri biar tidak jadi gila, kan? Jadi tak perlu kita mengumpat dengan kata-kata yang kita sendiri tidak tahu artinya.

BACA JUGA Mengenal Bahasa Daerah yang Tak Boleh Disebut Sembarangan di Daerah Lain dan tulisan Kuncoro Purnama Aji lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: bahasa daerahNusantara Terminalpenutur asliumpatan
Kuncoro Purnama Aji

Kuncoro Purnama Aji

Pengais rezeki.

ArtikelTerkait

Mitos Masa Kecil yang Dianggap Aneh padahal Bisa Dibuktikan secara Logika terminal mojok

Mitos-mitos Masa Kecil yang Dianggap Aneh padahal Bisa Dibuktikan secara Logis

8 Agustus 2021
Unpopular Opinion: Mahasiswa Rantau Itu Nggak Perlu Belajar Bahasa Daerah

Unpopular Opinion: Mahasiswa Rantau Itu Nggak Perlu Belajar Bahasa Daerah

30 November 2022
ngapak umpatan misuh jogja solo banyumas mojok

Dalam Menyederhanakan dan Meningkatkan Kadar Umpatan, Orang Ngapak Lebih Orisinal

28 Oktober 2020
Beberapa Hal yang Harus Diketahui Sebelum Kuliah, Menangis, dan Tertawa di Palangka Raya terminal mojok

Beberapa Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Kuliah, Menangis, dan Tertawa di Palangka Raya

10 Agustus 2021
Cak, Cik, Cok: Cara Sederhana Arek Surabaya Membedakan Level Umpatan dari Bunyi Vokal

Cak, Cik, Cok: Cara Sederhana Arek Surabaya Membedakan Level Umpatan dari Bunyi Vokal

13 September 2024
Dear Trans7, Budaya Indonesia Bukan Soal Makanan Saja terminal mojok

Dear Trans7, Budaya Indonesia Nggak Melulu Soal Makanan

27 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.