Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Alasan Orang Suka Langsung Komen Artikel Padahal Baru Baca Judul doang

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
26 Mei 2020
A A
artikel

Alasan Orang Suka Langsung Komen Artikel Padahal Baru Baca Judul doang

Share on FacebookShare on Twitter

Baru baca judul artikel aja jari langsung tergelitik buat ngetik komen.

Saya belakangan mulai rutin menulis dan mengirimkan tulisannya ke Terminal Mojok. Puji syukur beberapa tulisan saya akhirnya dilirik oleh redaktur dan ditayangkan. Sejak itu pula saya semangat lagi buat menulis.

Kerajinan saya dalam menulis ini berbanding lurus dengan kerajinan orang mengomentari tulisan-tulisan saya. Dari lubuk hati yang terdalam, saya sangat berterima kasih kepada mereka yang suka komen di tulisan saya itu. Soalnya, tanpa komentar mereka, tulisan saya jadi hambar. Meskipun ya saya tahu nggak semua dari mereka membaca lengkap tulisan saya karena banyak yang suka komen di luar konteks tulisan alias komennya malah ke mana-mana wqwq.

Tapi nggak apa-apa, wajar. Kalo urusan komentar, netizen kita kan paling semangat melakukannya. Baru beberapa menit artikel dibagikan, pasti sudah banjir komentar. Khususnya buat artikel-artikel yang membahas isu sensitif, punya kedekatan, dan… dibagikan di halaman Facebook.

Loh ini serius, artikel yang dibagikan di Facebook paling cepat dikomentari. Saya pernah perhatikan baru 2 menit artikel dibagikan, di sana sudah ada komentar. Padahal kan, satu artikel utuh di Mojok, normalnya selesai dibaca 5-10 menitan. Canggih nggak tuh?

Curiga saya, orang yang komen cepat tadi nggak baca artikelnya secara utuh. Yang penting pokoknya komen dulu dari judul, baca artikel bisa belakangan. Orang kayak gini biasanya jadi bulan-bulanan pembaca lain yang greget ikut komen di komentarnya dia soalnya komennya ngaco atau nggak nyambung blass. Akhirnya tentu saja terjadi perang komentar—dengan orang yang komen cepat tadi ngeyel ketika diingatkan atau ditunjukan kekeliruannya. Hadeeeh.

Kira-kira kenapa ada orang yang suka kayak gitu?

Saya punya jawabannya, khusus buat kamu-kamu yang baca artikel ini. Kalau kamu nggak baca, siap-siap menjadi bagian dari mereka—atau malah sudah?

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

3 Hal yang Bikin Saya Merasa Ngenes Saat Ikut Program Kampus Mengajar

Saya mengamati perilaku orang yang hobi komentar tanpa membaca lengkap artikel dari setiap link yang dibagikan. Saya juga tanya-tanya dengan handai tolan yang kebetulan memiliki tabiat demikian. Hasilnya adalah… jeng, jeng, jeng!

Sebagai netizen, saya membaca jawaban mereka ketika ada yang nembak cewek pertanyaan “udah baca artikelnya, mas/mbak?” Mereka mempunyai alasan tersendiri dan ajaibnya lagi saya menangkapnya kok ya logis juga.

#1 Takut kehilangan momentum

Ada semacam kesan tersendiri kalau bisa menjadi orang pertama yang ngasih like dan komentar pada setiap postingan yang dibagikan, tidak terkecuali link artikel di media online. Begitulah netizen kita. Banyak di antara mereka yang cepet-cepetan pengin komentar dulu. Takut kehilangan momentum atau keduluan orang lain.

Meski beberapa media online atau yang memposting link jarang ngasih balasan, nyatanya adu cepat komentar tetap berlangsung. Mereka penginnya komentar dulu, ya sekadar supaya dianggap orang pertama yang tahu. Kendati belum tentu baca lengkap artikelnya.

Sering terjadi di Halaman Facebook. Saya amati di FP Mojok saja ketika ada satu orang yang memancing diskusi—untuk tak menyebutnya kegaduhan—dengan berkomentar, entah dia membaca lengkap artikelnya atau tidak, yang jelas sesaat setelah itu seseorang lain menanggapinya.

Selepas itu ada orang lain lagi yang ikut menimpalinya. Karena sudah terlanjur berbuah diskusi yang panas, komentar pun semakin banyak. Nah di fase inilah waktu untuk membaca sirna, dan lebih banyak orang memilih untuk ikut nimbrung gitu aja.

Nggak baca artikelnya sama sekali, bahkan mungkin baca judulnya saja tidak. Mumpung momentumnya pas. Ada postingan, cek kolom komentarnya, dan ikut berkomentar. Setelah ditanya, eh nggak tahu yang lagi dikomentari itu cuma link artikel.

#2 Nggak punya waktu membaca

Membaca artikel lengkap di media online itu paling-paling sekitar 5-10 menit saja. Kira-kira dalam sepeminuman teh kita bisa membaca artikel pendek hingga 5 artikel loh.

Tetapi ya mau bagaimana lagi. Membaca adalah kegiatan tersulit buat dilakukan. Rasanya membaca artikel itu berat banget. Penginnya sih, baca langsung paham isinya. Tulisan di media online pun terpaksa deh menyesuaikan.

Banyak media-media online yang menaruh judul yang panjang banget. Fungsinya jelas: buat memudahkan pembaca agar secepat mungkin mengetahui inti artikelnya. Sehingga cukup dengan membaca judulnya, anggaplah paham, terus bisa komentar deh.

Padahal bisa jadi judul artikel dan isinya nggak punya kemistri sama sekali. Tetapi bodo amat, yang penting komentar biar kelihatan paham dan mengerti, iya nggak? Toh, kalau baca artikelnya dulu, malah entar nggak keburu buat ikutan komentar yang sedang ramai-ramainya.

#3 Nggak punya kuota

Link-link artikel biasanya nggak cuma disebar via Twitter, Facebook, atau media sosial yang bersifat publik lainnya, tapi juga WhatsApp. Orang lebih leluasa menyebar link artikel via WhatsApp, karena jauh lebih privat dan strategis.

Orang-orang yang ada di WAG, misalnya, yang isinya kerabat sendiri, teman sendiri, atau kumpulan mantan pacar sendiri. Membagi link jadi nggak perlu malu-malu. Apalagi untuk sekadar cari perhatian, ya anggaplah sebagai bahan diskusi di WAG.

Hasrat berkomentar pun tak terkendali. Tak jarang saya menjumpai orang-orang yang langsung komentar ketika link artikel baru saja satu menit di-share. Saat disinggung supaya baca artikelnya dulu, mereka membalas pesan itu dengan pesan yang menyayat hati: “nggak punya kuota”. Gubrak!!!

Saya bingung mau balas apa. Mau nyuruh dia buka link dan baca artikelnya, nggak mungkin. Pengin menyuruhnya diam agar nggak usah komentar, nanti saya yang dikeluarkan WAG, atau nanti saya yang kena marah.

Nggak punya kuota adalah alasan paling efektif saat ditanya “sudah baca artikelnya belum?” Intinya komentar dulu, baca artikelnya nanti kalau sudah punya kuota internet. Saya memakluminya sih, ya barangkali beneran nggak ada kuota atau cuma punya kuota chattingan.

Namun ada juga yang ngaku-ngaku nggak punya kuota, tapi ikut bersuara di kolom komentar di Twitter dan Facebook. Ibarat pengemis yang datang ke rumah kamu dengan mengendarai Avanza. Duh, kalau begini caranya, iba pun ogah saya.

#4 Malas

Setiap orang berhak malas, tidak ngelakuin apa-apa. Setuju nggak? Begitu pula dalam membaca artikel.

Misalnya, ada orang yang nggak malas ngomentari artikel atau berita hanya dari judulnya, tapi malas kalau baca isinya, ya biarin aja. Biarkan dirinya berkomentar. Sedangkan kita? Malas juga buat menanggapinya.

Well, itulah tadi alasan-alasan orang lebih suka mengomentari artikel dengan membaca judul saja, tanpa mau baca artikelnya. Barangkali alasan-alasan tersebut juga bisa kamu pakai. Selamat berkomentar~

BACA JUGA Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia Itu Bukan Hoax, Saya Jadi Korbannya! dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 November 2021 oleh

Tags: artikelminat bacaminat komentarNetizen
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

oligarki

Saat Oligarki Media Mainstream Dihadang oleh Kekuatan Media Sosial Bersama Hashtagnya

2 Oktober 2019
Laporan Microsoft DCI Keliru, Netizen Indonesia Itu Cuma Baperan kok terminal mojok.co

Memasuki Era Berpengaruhnya Pendapat Netizen dalam Menentukan Nasib Para Anonim

1 Januari 2020
Unsur Sadis di Balik Dongeng Eropa yang Diadaptasi oleh Disney terminal mojok.co

Pada Dasarnya Semua Orang Itu Suka Membaca

25 Mei 2020

Mojok Nggak Naikin Artikelmu? Tenang, selain Menangis, Kamu Bisa Lakukan 5 Hal Ini

7 Juli 2020
Pelecehan Seksual pada Anak Itu Tak Pernah Sepele dan Tak Akan Pernah Sepele!

Pelecehan Seksual pada Anak Itu Tak Pernah Sepele dan Tak Akan Pernah Sepele!

1 Juli 2022
4 Hal tentang Perpustakaan Sekolah yang Patut Diragukan Kebenarannya

Perpustakaan Sekolah Sepi Bukan karena Minat Baca Rendah, tetapi (Dibikin) Nggak Bisa ke Perpustakaan!

4 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.