Sekarang ini, kalau mau nonton film sebenarnya tidak susah. Tidak perlu harus ke bioskop. Hanya bermodalkan internet, kita sudah bisa nonton film bagus sambil rebahan. Netflix bisa menjadi salah satu platform untuk menonton film-film keren.
Itu cara menonton film yang legal dan tentu saja harus bayar. Yang gratisan juga ada. Banyak situs-situs streaming film yang tersedia di internet. Bahkan di Youtube juga kadang ada. Tapi tentu saja harus bersabar untuk menunggu beberapa bulan setelah film tersebut tayang di bioskop.
Dulu saya berpikir—lebih tepatnya merasa heran, kenapa begitu banyak orang yang rela keluar uang untuk nonton di bioskop. Padahal ada yang gratis. Kualitasnya juga tidak kalah bagus dengan yang tayang di bioskop. Hanya memang harus sedikit sabar untuk menunggu. Di samping kalau film-film yang ada di internet itu memang bajakan. Dan mungkin ada orang-orang yang begitu menghargai sebuah karya dengan tidak menonton film bajakan.
Sekarang saya sudah tidak lagi punya pemikiran seperti itu. Soalnya saya sudah merasakan sendiri sensasi nonton di bioskop. Waktu itu, ada teman yang ajak nonton di bioskop. Saya berpikir tidak ada salahnya sekali-sekali nonton ke bioskop. Kalau tidak salah ingat, film pertama yang saya nonton di bioskop adalah film Indonesia. Judulnya “5 Cowok Jagoan”—sebuah film komedi yang cukup membuat saya terpingkal-pingkal.
Entah kenapa sejak saat itu saya jadi suka nonton di bioskop. Kalau lagi ada uang, saya pasti akan menyisihkan untuk membeli tiket nonton di bioskop. Walaupun tentu saja tidak bisa sering-sering. Saya hanya akan nonton ke bioskop jika ada film yang sedang hype saja. Seperti Joker kemarin. Karena semua orang membicarakannya, saya jadi menontonnya.
Kalau dulu saya heran sama orang-orang yang rela bayar hanya untuk nonton film di bioskop, sekarang lain lagi. Saya heran sama orang yang rela membayar tiket untuk nonton film yang sama lebih dari sekali. Dan mungkin bukan hanya saja yang punya pemikiran yang sama.
Keheranan ini tentu saja bukannya tanpa dasar. Film yang sama tidak akan punya cerita yang berbeda ditonton berapa kalipun. Ini yang menjadi dasar keheranan saya. Walaupun rasa excited dari menonton film itu tetap ada, tapi pada dasarnya saya sudah tau jalan cerita dari film tersebut. Berapa kali pun saya menontonnya, ceritanya hanya akan begitu-begitu saja.
Misalnya saja, lagi-lagi, seperti film Joker yang sudah saya nonton. Ketika saya memilih untuk menontonnya lagi di bioskop, yha pasti ceritanya tidak akan berubah. Arthur Fleck pada akhirnya tetap tidak akan diakui sebagai anak oleh Thomas Wayne. Joker tetap akan menjadi jahat. Walaupun mungkin hype dan rasa excited dari menonton film tersebut tetap saja akan ada.
Ingat, saya lagi tidak sedang nyinyir. Apalagi sampai bilang kalau kebiasaan seperti itu tidak bagus. Semua orang bisa melakukan apa saja yang dia suka. Mereka juga beli tiket noton pakai uang sendiri. Tidak ada urusannya dengan orang lain. Apalagi saya ini. Mungkin mereka-mereka itu punya feel tersendiri saat menonton film yang sama lebih dari satu kali.
Untuk menjawab rasa heran ini, saya mencoba mengamati dan menganalisa (haiyyahhh) apa yang sebenarnya membuat orang rela untuk menonton film yang sama di bioskop. Tentu saja dari hasil pengamatan terhadap orang-orang ini. Juga hasil dari analisa—mengira-ngira alasan mereka melakukan hal tersebut. Berikut adalah alasannya.
Pertama, filmnya sedang hype. Ini bisa jadi alasan beberapa orang bela-belain nonton film yang sama lebih dari sekali. Mungkin, rasanya kurang kalau nonton film seperti Avengers, Gundala, atau Joker hanya sekali. Tentu saja hal ini juga didukung dengan kemampuan finansial alias punya uang lebih.
Kalau saya punya uang lebih untuk menonton lebih dari satu film, saya lebih memilih untuk menonton film yang lain saja. Dari pada menonton film yang sama yang endingnya pasti kita sudah tau. Dengan begitu, saya bisa lebih banyak punya referensi film untuk jadi bahan obrolan saat sedang nongkrong.
Kedua, tidak menonton film secara full. Saat sedang menonton, tidak ada jaminan kita bisa tetap di dalam bioskop selama film diputar. Sangat memungkinkan bagi kita untuk meninggalkan studio. Tentu karena beberapa hal. Misalnya saja jadi kebelet ingin ke toilet, tiba-tiba ada telpon penting masuk, atau bahkan ada panggilan penting yang membuat kita terpaksa meninggalkan bioskop.
Makanya jadi ada rasa kurang puas saat menonton film tersebut pertama kali. Akhrinya memutuskan untuk menonton lagi. Dari pada penasaran dan jadi kepikiran, mending dilampiaskan.
Ketiga, sebagai bentuk dukungan terhadap film. Masih ingat dengan film Avengers: Endagame yang lalu, kan? Film itu berusaha untuk menyalip film Avatar dipuncak daftar film paling laris sepanjang masa. Yang pada akhirnya film tersebut memang berhasil menjadi film terlaris sepanjang masa.
Di balik kesuksesannya tersebut, ada orang-orang yang rela menonton Avengers: Endgame berkali-kali supaya film ini menjadi film dengan pendapatan terbanyak. Di Indonesia juga banyak yang seperti ini. Rela mononton film di bioskop lebih dari sekali sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap sebuah karya.
Keempat, ada yang ngajak. Kalau sebelumnya kita hanya sendiri saat menonton film, ada kemungkinan akan nonton lagi kalau ada teman yang mengajak. Apalagi kalau rame-rame. Kalau seperti ini, biasanya alasan utama menonton film yang sama bukan karena filmnya. Tapi lebih kepada feel-nya. Nonton rame-rame itu lebih seru.
Apalagi kalau diajaknya sekalian ditraktir. Siapa yang tidak mau coba. Kalau kayak gitu, saya juga mau. Berkali-kali pun saya siap sedia asalkan gratis. (*)
BACA JUGA Film Tentang Anti-Hero yang Lebih Bagus dari Joker Part 1 atau tulisan Muhammad Ikhdat Sakti Arief lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.