Bagi sebagian orang, menjadi karyawan baru di suatu perusahaan terkadang terasa menyebalkan. Banyak faktor yang menyertai. Beberapa di antaranya, harus beradaptasi dengan lingkungan baru, memperkenalkan diri kepada rekan kerja yang baru, bahkan nggak sedikit pula yang sampai harus jaga image. Nggak bisa langsung bertindak serampangan begitu saja. Yah, namanya juga anak baru.
Selain itu, disadari atau nggak, ada satu kebiasaan karyawan baru yang hampir selalu terlihat. Bahkan, tergolong template: merasa nggak enak kalau pulang lebih dulu/cepat dari para rekan kerja lain yang senior.
Saya bisa memahami situasi tersebut. Sebab, beberapa tahun yang lewat, saya—dan pastinya klean-klean semua—pernah berada di posisi serupa.
Pada situasi tersebut, sulit disangkal bahwa kebanyakan karyawan senior biasanya permisif dan berkata, “Sudah, nggak apa-apa. Pulang duluan, gih. Besok, kan, harus kerja lagi,” tetap saja ada perasaan yang mengganjal dan nggak enak. Iya, sih, ujung-ujungnya memang bakalan pulang juga. Tapi, ya gimana. Overthinking akan hal tersebut tetap sulit dihindari.
Saya cukup yakin, perasaan nggak enak yang dirasakan oleh karyawan baru untuk pulang lebih dulu dari para seniornya pasti mengganggu. Oleh karena itu, saya mau memberi alasan logis kepada kalian—khususnya para karyawan baru—dalam menanggapi persoalan ini. Biar bisa merasa bodo amat pulang lebih dulu. Dengan catatan, kerjaan kalian sudah beres, lho.
#1 Masih adaptasi dan tahap pengenalan
Ya, memang sudah sewajarnya di minggu-minggu awal atau selama masa probation (percobaan), karyawan baru masih harus beradaptasi dengan lingkungan kerja. Masih melihat, menerawang, dan menerka apa yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi persoalan ini dan itu.
Selain itu, beban kerja juga belum banyak atau nggak sebanyak karyawan senior. Secara perlahan, masih dikenalkan cara mengerjakan tugas A, B, C, dan seterusnya. Hitung-hitung latihan, lah. Itulah kenapa, menjadi sangat wajar jika para karyawan baru masih bisa pulang on time. Dan nggak perlu merasa nggak enak kalau mau pulang lebih dulu.
#2 Kalau kerjaan memang sudah beres, mau ngapain lagi?
Ini kelanjutan dari poin pertama. Sederhana saja. Jika memang nggak diberi mandat untuk lembur atau diminta menemani senior sampai kerjaannya beres, untuk apa menunggu lama-lama? Apalagi kalau kerjaan kalian sudah beres. Ya, mau ngapain lagi gitu?
Kecuali, kalian memang niat banget membantu meringankan pekerjaan senior, sedang menunggu teman atau hal lain, tentu saja menjadi lain persoalan. Intinya, selama pekerjaan dan/atau kewajiban sudah diselesaikan, artinya kalian sudah memenuhi tanggung jawab sebagai karyawan.
#3 Observasi kinerja senior di kantor: tipe pekerja efektif atau tukang mangkir?
Meskipun masih berstatus sebagai karyawan baru, nggak ada salahnya, kok, memperhatikan kinerja senior di kantor. Kita harus jeli, apakah karyawan lain sudah bekerja secara efektif dan efisien? Atau memang load pekerjaannya sedang banyak, sehingga karyawan senior pulangnya terlambat?
Begini. Lantaran sudah tahu celah dalam menyeselaikan pekerjaan, nggak sedikit senior yang akhirnya punya ritme kerja masing-masing. Ada yang leha-leha di awal, lalu baru bekerja dengan giat setelah jam isoma atau lewat pukul 3 sore. Pun sebaliknya. Ada yang digeber di awal, leha-leha di akhir, sehingga berakibat pekerjaan nggak selesai tepat waktu. Sebab target utamanya, mau kerja cepat atau lambat, yang penting beres.
Nah, jika sudah demikian, sebagai karyawan baru, kalian rela gitu pulang terlambat hanya karena itu?
#4 Nggak disebutkan dalam kontrak kerja bahwa karyawan baru harus nunggu senior pulang lebih dulu
Nah, ini yang paling penting. Saya pikir, dalam ruang lingkup kerja secara formal, hampir nggak ada, bahkan nggak akan pernah ada pasal dalam kontrak kerja yang menyatakan bahwa setiap karyawan baru yang masih dalam tahap probation atau dengan durasi tertentu, harus memastikan para karyawan senior pulang lebih dulu, barulah karyawan baru bisa pulang.
Kita semua bekerja berdasarkan kontrak, kan? Iya, kan? Iya, dong. Kalau di kontrak sudah jelas nggak ada bunyi pasal tersebut, ya kenapa juga harus merasa nggak enak untuk pulang lebih dulu dibanding senior lainnya? Gimana? Logis, kan?
BACA JUGA Mixed Feeling HRD Saat Mengetahui Ada Karyawan yang Ajukan Resign dan artikel Seto Wicaksono lainnya.