Senin pekan ini saya dan kawan-kawan angkatan 2017 yang menahbiskan diri sebagai angkatan Covid diberangkatkan oleh pihak kampus ke tempat KKN dengan cara… membuka aplikasi Zoom dari rumah masing-masing. Ini tidak bisa lepas dari kampus kami yang islami dan dekat dengan para wali. Jadi wajar kami bisa berada di dua tempat sekaligus dalam satu waktu. Hehehe.
Semoga kelakar saya tadi bisa mengademkan suasana KKN yang sedang ruwet. Ini gara-gara teman-teman mahassiwa dari kelas proletar garis keras sedang tiada henti meminta kuota internet kepada kampus, yang mana saya sendiri termasuk di dalamnya, hahaha. Puncaknya, sampai pembekalan KKN, Zoom kampus dipenuhi dengan komentar-komentar dari mahasiswa bertuliskan “kuota dan UKT”.
Saya mafhum, perihal kuota internet dan penurunan UKT kita semua lemah. Tapi protes menagih janji kuota itu kemidian direspons sejumlah mahasiswa lain yang menyebutnya sebagai aksi kaum miskin yang ndeso dan korak. Waduh, kok dianggep gitu?
Jauh sebelum kekecewaan mahasiswa meluap, pihak kampus telah membuat surat edaran agar semua mahasiswa memperbarui nomor hape masing-masing di sistem akademik. Katanya, kuota internet untuk mahasiswa yang KKN akan disebar bulan Juni. Nyatanya, yang bisa mem-php bukan cuma doi, kampus pun tak mau kalah. Sudah ditunggu hingga Juni dan sampai rombongan KKN diberangkatkan secara online, kuota belum juga datang.
Maaf, urusan kuota internet, kami tak bisa setabah hujan bulan Juninya Eyang Sapardi.
Berhubung saya mahasiswa di kampus Islam, saya akan mencoba husnuzan pada pihak kampus. Saya mencoba menawarkan tiga kemungkinan alasan yang kiranya membantu mahasiswa UIN Sunan Ampel untuk memahami mengapa kuota internet tidak kunjung diberikan.
Melatih sabar
Innallaha ma’asshobirin. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Itulah pesan tersirat yang hendak disampaikan kampus kepada mahasiswa. Sebagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk bersabar agar selamat dunia-akhirat, saya meyakini keputusan kampus semata-mata untuk melatih kita agar menjadi pribadi yang lebih selow.
Menjaga marwah kampus UIN Sunan Ampel
Teman-teman mahasiswa Uinsa ingat tidak, beberapa waktu lalu di media sosial beredar peringkat kasta mahasiswa di Surabaya. Dari dua belas kampus di Surabaya, Uinsa ditempatkan di kasta antara hijrah dan jelata. Yak, sahabat, kita ada di level cenderung mendekati jelata.
Terlambatnya pemberian kuota ini setidaknya membuktikan bahwa kita, mahasiswa Uinsa, tidak jelata-jelata amat. Buktinya, di saat mahasiswa kampus sebelah yang kastanya lebih tinggi diberi kuota mulai dari 15-20 GB, kita tetap lancar jaya berkuliah dengan modal kuota hasil ngemis ke emak-bapak. Ini bukti mahasiswa Uinsa lebih kaya kan.
Dengan peristiwa ini, marwah Uinsa yang sempat terdegradasi karena pemeringkatan kasta-kasta tadi jadi terkoreksi.
Tidak bisa instan
Seperti kata pihak kampus yang dimuat pers fakultas tempo hari, pemberian kuota memang terkendala banyak hal. Misalnya soal nomor hape yang dimasukkan tidak aktif atau terdaftar sebagai nomor orang lain. Kok bisa ada rekan mahasiswa yang masih abai untuk meng-update nomor hapenya di sistem kampus ya? Heran saya.
Proses pembagian kuota ini memang tidak sat set, sak nyut mari, melainkan harus melalui proses panjang dari Maret kemarin. Bahwa kampus Uinsa punya semangat menuju World Class University tapi urusan ngirim kuota tak bisa cekatan dilakukan, wallahualam. Sebab, sekali lagi, innallaha ma’asshobirin dan jauhilah prasangka buruk.
Itulah analisis saya soal keterlambatan pengiriman kuota internet dari kampus. Semoga teman-teman yang saat ini sedang melaksanakan KKN bisa lancar semua agendanya. Dan kepada kampus, sebagaimana firman Allah bahwa setiap janji diminta pertanggungjawaban, semoga janji pemberian kuota internet segera dituntaskan oleh pihak kampus. Keburu KKN-nya selesai nih!
BACA JUGA Kuliah Online Sampai Akhir Tahun, Kosan Tetep Harus Dibayar walau Nggak Diisi, Hiks
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.