Obat-obatan yang beredar di pasaran, entah itu di warung, minimarket, ataupun apotek, sebagian besar harus diminum secara oral (mulut), dan harus melewati indra pengecap manusia yang bernama lidah. Banyak sediaan obat diminum secara oral ini seperti tablet, pil, kaplet, kapsul, sirup, tablet efervesen, puyer, suspensi, tablet kunyah, dan masih banyak lagi.
Sebagai seorang apoteker, saya sering mendengar keluhan teman-teman mengenai rasa obat-obatan yang pahit yang harus mereka minum saat sakit. Bahkan saya punya teman yang kesulitan meminum obat tablet dan harus menyelipkan tablet tersebut ke dalam potongan pisang sebelum bisa diminum dengan terpaksa.
Ada juga kawan yang mengeluhkan rasa pahit obat yang nggak hilang-hilang dari lidahnya sehingga saat dia sendawa, aroma getir nan tengik masuk ke saluran napasnya. Maka nggak usah heran kalau banyak orang yang tobat saat disuruh minum obat.
Daftar Isi
Pahit pada obat itu baik
Loyd Allen, PhD., seorang apoteker sekaligus menjadi pemimpin redaksi International Journal of Pharmaceutical Compounding, menyatakan bahwa membuat obat-obatan yang lebih mudah diterima indra perasa kita bukanlah sebuah solusi. Sebab, saat obat dibuat menjadi enak dan lebih mudah diterima indra perasa kita, ada kemungkinan risiko senyawa atau zat aktif di dalam obat menjadi rusak dan terganggu.
Kalau sudah begitu, takutnya terapi yang diberikan obat nggak bisa menyembuhkan seseorang secara optimal. Selain itu, jika semua sediaan obat bercita rasa enak dan memiliki aroma harum, ada kemungkinan terjadi risiko konsumsi yang berlebihan atau overdosis.
Menambah rasa sama saja menambah biaya produksi
Jika obat-obatan yang diklaim pahit tadi dibuat menjadi enak, tentu akan menambah biaya produksi. Dengan menambah biaya produksi, hal tersebut akan berpengaruh pada harga jual obat-obatan di pasaran. Lagi pula penambahan rasa nggak mempengaruhi efektivitas cara kerja obat. Malah yang ditakutkan bisa mengganggu zat aktif pada obat seperti yang saya sampaikan sebelumnya.
Selain itu, jika ada penambahan zat pemanis seperti sukrosa dan sorbitol, dapat akan menimbulkan masalah baru karena tingkat kepekaan zat tersebut terhadap panas cukup tinggi. Zat seperti sukrosa dan sorbitol yang melibatkan suhu tinggi harus dihindari dan nggak bisa dilakukan oleh pelaku industri farmasi.
Sudah ada solusinya, kok
Sejatinya, masalah pahit pada obat-obatan ini sudah ada solusi konkretnya. Ada beberapa solusi yang sudah ditawarkan industri farmasi sendiri untuk menutupi atau bahkan menghilangkan rasa pahit pada obat, misalnya dengan flavoring agent. Flavoring agent ini bertugas menambah rasa dari obat-obatan yang akan diproduksi.
Penambahan flavoring agent aslinya diperuntukkan untuk sediaan obat anak-anak seperti sirup. Penambahan flavoring agent ini memiliki peran penting dalam proses kesembuhan pasien. Bisa dibayangkan kan apa jadinya jika obat-obatan untuk anak-anak itu rasanya getir nan tengik? Selain anak nggak mau minum obat, hal itu akan menambah kekhawatiran orang tua.
Obat-obatan yang memiliki rasa manis dan aroma buah akan lebih enak untuk ditelan. Anak-anak jadi tertarik untuk mengonsumsinya yang kemudian membuat pengobatan mereka jadi lebih efektif. Terdapat beberapa flavoring agent yang biasanya digunakan, misalnya minya aromatik dari jinten, cengkeh, lemon, spearmint, mawar, peppermint, licorice, vanili, mawar, dll.
Alternatif lain jika ingin menghindari rasa pahit adalah membeli obat dengan sediaan kapsul. Sebab, lidah kita nggak akan menyentuh obat secara langsung. Alih-alih terasa pahit, lidah pasien nggak akan merasakan apa-apa karena kapsul berbahan gelatin yang minim rasa.
Sekarang sudah paham kan kenapa obat-obatan memang sengaja dibuat rasanya pahit? Sudahlah, nrimo ing pandum saja. Yang penting lekas sembuh.
Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Petunjuk Singkat Membaca Lambang Obat bagi Orang Awam.