Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Akui Saja, Kita Ini Iri dengan Madura

Syifa Ratnani Faradhiba Jane oleh Syifa Ratnani Faradhiba Jane
16 September 2019
A A
iri dengan orang madura

iri dengan orang madura

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu sewaktu pertama kali saya pergi merantau, banyak sekali orang yang mengira saya berasal dari Madura. Tak sedikit yang langsung mengajak saya bercakap-cakap menggunakan bahasa Madura. Saya memang berasal dari Jawa Timur, namun saya selalu menyangkal semua itu dengan sangat keras bahkan barangkali bernada tidak terima dikira sebagai orang Madura.

Semua penyangkalan dan rasa tidak terima tersebut bukannya muncul begitu saja, ada benang merah yang perlu ditarik lurus jauh ke belakang. saya menghabiskan masa kecil di lingkungan dengan ujaran buruk tentang orang-orang Madura, di Jakarta. Rasanya tak terhitung berapa banyak memori yang menempel dikepala tentang anjuran menghindari jalanan tertentu yang banyak di huni sekelompok dari sana secara paksa atau memori tentang pemulung, copet dan tukang palak yang berkeliaran di sekitar Pasar Senen dan Terminal Bulakkapal yang selalu dikaitkan dengan mereka. Memori-memori tersebut datang dari banyak orang, orang tua, para budhe dan mpok-mpok yang membantu kami mencuci dan bersih-bersih rumah. Penggambaran orang dari daerah ini sebagai orang sarkas dan setumpuk stereotip buruk lainnya juga saya dapatkan dari bagaimana televisi memberikan informasi tersebut.

Ketika saya kerap disangka sebagai orang Madura berdasarkan kriteria fisik tertentu yang banyak dipetakan, memori itu muncul dan melahirkan penolakan yang begitu besar. Namun lantas setelah melewati banyak lingkaran pertemanan yang beragam termasuk berteman dengan mereka yang memang asli dari pulau itu, serta berkesempatan mendatangi forum-forum diskusi ilmiah maupun non-ilmiah, saya jadi punya pertanyaan pada diri sendiri, memangnya ada yang salah dengan menjadi orang Madura?

Seiring dengan banyaknya kesempatan untuk bisa mengeksplorasi berbagai topik, saya sepakat bahwa segala memori masa kecil melalui penggambaran serta ujaran buruk berkaitan dengan orang Madura adalah stereotip. Adalah hal yang digeneralisir semena-mena. Akibatnya setiap kali ada kesempatan melaporkan sebuah kejadian seputar Madura maka yang dikaitkan adalah unsur kekerasan, pecahnya kasus Sampang misalnya membuat semua orang seolah maklum atas kekerasan yang kerap kali dikaitkan dengan identitas asal mereka. Padahal menyoal kekerasan rasanya bukan milik satu suku tertentu saja, saya rasa tanpa melibatkan suku, setiap manusia berpotensi melakukan tindak kekerasan sehingga pun setiap kelompok apapun juga mungkin untuk melakukan perilaku kekerasan.

Lantas apa yang menyebabkan stereotip ini tumbuh subur bahkan menurun? Saya rasa penyebabnya adalah rasa iri. Orang Madura adalah orang-orang yang gigih, kegigihan mereka tidak dapat disaingi dengan mudah, kegigihan ini pula yang barangkali menjadi cikal bakal dominasi atas suatu wilayah tertentu di luar tanah Madura, kegigihan yang tidak dimiliki oleh orang-orang dari suku lain barangkali. Barangkali juga ada benarnya bahwa mereka adalah orang yang keras kepala, betapa tidak, tak peduli sekaya apapun mereka, sarung dan peci hitam adalah outfit andalan, identitas yang tak akan mudah mereka lepaskan sekalipun berada di tengah gegap gempita kota-kota urban. Tak banyak dari generasi muda di luar suku Madura yang mampu menerapkan identitas sukunya dalam kehidupan sehari-hari kala ini. Budaya religiusitas orang-orang Madura juga merupakan buah yang harum, yang layak untuk di petik. Solidaritas suku Madura juga hal yang kerap buat saya iri, tidak sedikit kawan-kawan saya yang berasal dari Madura bahu-membahu saling membantu keuangan kawan yang lain selama berada di perantauan.

Saya juga kerap takjub akan keindahan laut Madura dan bagaimana pandangan kita akan tanah mereka yang dicitrakan kering dan tidak elok adalah keliru. Madura memang dianugerahi tanah yang tandus dan kering, namun hal itu justru melahirkan semangat juang masyarakatnya yang merupakan berkah dari Tuhan yang sungguh tak benar dijadikan kambing hitam atas ulah beberapa oknum yang merugikan. Jika kita kerap kali mendengan nama “Agus” di televisi sebagai seorang kriminal, tidak lantas menjadikan setiap mereka yang bernama Agus adalah penjahat bukan?

Semakin dewasa saya juga semakin sepakat bahwa sate yang enak ya satenya orang Madura, di kota manapun mereka kita temukan, sate mereka selalu mendominasi. Warung Sate Pak Sabar di sudut Kota Malang misalnya, kerap kali memberikan bonus gulai gratis atau nasi gratis lengkap dengan keramahannya, hal ini kian meyakinkan saya untuk terus mengikis habis memori masa kecil tentang stereotip buruk orang Madura. Belum lagi olahan bebek songkem dan masakan lainnya di warung-warug Madura yang tersebar di Surabaya yang aduhai tak bisa dilewatkan begitu saja. Kini, setiap kali ada orang yang mengira saya berasal dari sana, saya akan tersenyum senang, sebab ingin rasanya jadi bagian dari suku yang istimewa ini, saya juga yakin bahwa kita adalah bagian dari banyak suku lainnya sebab sudah semestinya kita merasa menjadi orang Madura, menjadi orang Padang, menjadi orang Sumbawa, menjadi orang Papua, menjadi orang Indonesia. (*)

BACA JUGA Jangan Heran, Orang Madura Memang Harus Demo Apalagi Menyangkut Harga Tembakau atau tulisan Syifa Ratnani Faradhiba Jane lainnya.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 September 2019 oleh

Tags: Indonesiakebudayaanorang madurarassampangstereotipSuku
Syifa Ratnani Faradhiba Jane

Syifa Ratnani Faradhiba Jane

ArtikelTerkait

liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Benahi Dulu Liga, Baru Kita Berharap pada Timnas

21 Desember 2020
5 Stereotip Buruh Pabrik yang Perlu Dikoreksi Terminal Mojok

5 Stereotip Buruh Pabrik yang Perlu Dikoreksi

6 Februari 2022
Sebagai Warga Bangkalan, Saya Iri pada Sampang Madura yang Diam-diam Mulai Berbenah. Bangkalan Lewat!

Dear Bupati Sampang, Masih Banyak Masalah yang Belum Selesai, Tak Usah Jauh-jauh Ngurusin Salat Jama’ah

11 Agustus 2025
pura-pura merdeka

Bukan Belum Merdeka, Jangan-Jangan Kita Hanya Pura-Pura Merdeka

20 Agustus 2019
angka kemiskinan, orang miskin temennya orang miskin

Mencari Angka Kemiskinan Tidak Berbanding Lurus dengan Makan Gorengan

20 Agustus 2019

Ketika Tonari no Totoro Ambil Setting di Indonesia

27 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.