Air minum kemasan mini seperti 120 ml,150 ml, dan 160 ml adalah inovasi yang seharusnya nggak pernah ada.
Orang yang pertama kali menemukan ide berjualan air minum kemasan pastilah manusia kreatif dan visioner. Bayangkan saja, sumber air yang ada di sekitar kita, yang seharusnya bisa kita nikmati dengan gratis, diperjualbelikan dengan nilai tambah ekonomi yang besar berkat kemasan dan klaim bebas bakteri sehingga baik untuk tubuh.
Industri air minum kemasan yang awalnya dibuat untuk mempermudah orang minum air saat ini menjelma menjadi industri skala besar dengan omset triliunan. Di Indonesia sendiri ada puluhan jenama air minum kemasan dari produsen lokal skala kecil hingga produsen besar taraf internasional. Produsen air mineral kemasan juga inovatif, terutama dalam mengemas produknya.
Dulu, produsen air mineral hanya mengeluarkan kemasan galon ukuran 19000 ml, kemasan botol plastik besar ukuran 1000ml, dan kemasan 750ml yang mudah dibawa ke mana-mana. Namun, saat ini produsen air mineral juga memasarkan produk air mineral kemasan mini berukuran 160ml, 150ml, dan 120ml. Sebagai pelanggan setia air mineral kemasan galon, saya tidak paham mengapa produsen air mineral membuat kemasan mini yang lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya itu.
Daftar Isi
#1 Air minum kemasan mini menambah sampah plastik
Plastik adalah bahan yang sulit terurai, gelas dan botol kemasan plastik membutuhkan waktu antara 50 tahun hingga 450 tahun lamanya untuk bisa terurai dengan lingkungan. Oleh karena itu, kita dihimbau untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai, salah satu caranya dengan membawa kantong belanjaan sendiri saat berbelanja di minimarket.
Di tengah maraknya kampanye eco friendly dan zero waste untuk demi menjaga bumi tetap lestari, produsen air mineral justru membuat kemasan air mineral mini ukuran 160ml, 150ml, dan 120ml yang boros plastik. Hasil riset Net Zero Waste Management Consortium, selain sampah kantong kresek, botol plastik terutama kemasan kecil menjadi penyumbang terbesar sampah plastik di Indonesia.
Selama ini kita sering melihat produsen air mineral kemasan melakukan kampanye gaya hidup sehat dan mencintai bumi, salah satu programnya adalah dengan menanam pohon. Di sisi lain, produsen air mineral malah membuat air mineral kemasan mini yang jelas-jelas bertentangan dengan spirit mencintai bumi. Kemasan mini menghasilkan banyak sampah plastik yang sulit terurai sehingga merusak bumi. Agaknya produsen air mineral kemasan mini tidak benar-benar mencintai bumi, mereka hanya mementingkan cuan dan keuntungan.
#2 Harganya mahal dan tidak ekonomis
Selain menghasilkan sampah dan berpotensi besar merusak lingkungan. Kemasan air mineral mini (160 ml, 150 ml, dan 120 ml) juga membuat masyarakat Indonesia membeli air dengan harga yang lebih mahal. Harga satu galon (isi 19000 ml) merek Club adalah Rp20.000, sementara harga satu karton air mineral kemasan 150 ml merek yang sama adalah Rp21.000.
Jika dilihat dari harganya memang tidak jauh berbeda, hanya Rp1.000 saja. Namun, satu karton berisi 48 air mineral kemasan 150 ml, artinya satu karton tersebut hanya berisi air 7200 ml atau tidak sampai setengah galon. Kalau dilihat dari harga yang kita keluarkan dengan jumlah air yang kita dapatkan air kemasan mini 150 ml mahal dan tidak ekonomis.
Sudahlah mahal, merusak lingkungan pula, lantas apa sih manfaat air mineral kemasan mini ini?
#3 Nggak melegakan tenggorokan
Air minum kemasan kemasan diciptakan untuk memudahkan manusia agar bisa minum air bersih di mana saja dan kapan saja. Misal, kemasan 250 ml biasanya ditaruh di kotakn snack. Air mineral kemasan 750 ml biasa digunakan saat ada meeting, workshop, atau acara-acara lain dengan durasi waktu sedang. Kalau air mineral kemasan galon 19000 ml jelas berguna untuk kebutuhan minum di rumah, kantor, ataupun kos-kosan. Air mineral 1000 ml juga masih banyak dibutuhkan. Banyak digunakan saat kita sedang berpergian jauh, camping, atau di bawa dalam tas untuk olahraga.
Kalau air minum kemasan mini 160 ml, 150 ml, atau yang lebih kecil lagi 120 ml digunakan untuk apa? Air kemasan ini nggak melegakan tenggorokan setelah kita makam. Apalagi kalau kita sedang olahraga. Membawa air kemasan mini adalah tindakan sia-sia karena nggak bisa membuat hausnya hilang, ada malah ribet membuka tutup plastiknya. Di taruh di mobil untuk berjaga-jaga andai ada teman yang nebeng di mobil dan kehausan juga tidak bisa. Masa kita nawarin teman air ukuran mini yang tak bisa meredakan haus, yang ada malah kita dikira pelit.
Lantas, apa gunanya air mineral kemasan mini (160 ml, 150 ml, dan 120 ml) ini selain menumpuk sampah?
#5Air minum kemasan mini mendukung kebiasaan yang keliru
Masyarakat Indonesia yang malas ribet lebih memilih membeli air kemasan mini untuk disajikan di meja saat momentum Lebaran. Katanya, kalau disediakan air minum kemasan gelas 250ml para tamu sering tidak menghabiskannya, sehingga air kemasan mini dijadikan solusi agar tidak mubazir. Sementara, tamu enggan menghabiskan minumannya karena bisa kembung kalau harus minum sebanyak itu di tiap rumah.
Masalahnya, sejak kapan orang bertamu atau bersilaturahmi saat Lebaran harus makan dan minum air? Sudah saatnya menghentikan budaya wajib basa-basi sambil makan dan minum saat Idulfitri. Kalau nggak haus, nggak perlu minum. Kalau sudah mengambil minum, wajib dihabiskan. Hal-hal semacam ini perlu dibiasakan ketika bertamu. Toh, agama Islam juga menganjurkan kita untuk mencintai bumi beserta isinya. Sudah saatnya berhenti dari menyepelekan sampah dari makanan atau minuman yang kita konsumsi. Sampah minuman kamu adalah tanggung jawab masing-masing.
Di sisi lain, untuk para produsen air minuman dalam kemasan, kalian seharusnya paham kalau produk kalian itu kebanyakan berakhir menjadi sampah. Seharusmya kalian mencari inovasi baru supaya kemasannya ramah lingkungan. Bukannya malah memfasilitasi masyarakat Indonesia yang malas mencuci gelas dan rakus (tidak menghabiskan minumannya) dengan membuat kemasan air mineral mini.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.