Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Adakalanya Manusia Itu Masih Menjadi Alternatif GPS Terbaik

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
23 Februari 2020
A A
Adakalanya Manusia Itu Masih Menjadi Alternatif GPS Terbaik
Share on FacebookShare on Twitter

Pada zaman dulu manusia merupakan GPS paling mutakhir untuk mencari sebuah tempat atau lokasi. Meski peta cukup membantu dalam mencari suatu daerah, tapi peta tak bisa memberi petunjuk pada kita saat mencari rumah Pak Budiman atau Pak Sobririn RT 2. Dengan bantuan GPS manusia, hanya bermodal bertanya, kita bisa sampai ke tempat tujuan. Walaupun pada kenyataannya, GPS versi manusia ini, tidak terlalu akurat. Ada juga kejadian yang sama dengan yang dialami saat menggunakan Google Map, kadang kita bisa ditunjukan jalan yang blusuk-blusuk atau bahkan kita juga bisa tersesat karena jawaban yang salah.

GPS versi manusia ini tak jarang sering membingungkan. Orang-orang yang kita tanyai ini kadang memberi petunjuk jalan dengan sebuah patokan. Misalnya, “Terus saja lurus, nanti ada masjid belok kiri, lalu kalau ada TK belok kanan, terus saja nanti sampai ketemu rumah dengan cat warna biru tua, nah  tiga rumah dari rumah cat biru itulah rumahnya Pak Budiman.”

Mencari sebuah tempat dengan modal bertanya seperti ini sama halnya seperti tengah memecahkan tantangan sandi morse di pramuka. Kita harus jeli mengamati simbol-simbol dan kode yang ditunjukan oleh orang yang kita tanya. Misalnya nama masjid, warna rumah, gardu, sawah, sampai jumlah tiang listrik pun harus kita pahami. Kalau sampai meleset, paling-paling kita akan nyasar dan kita harus bertanya ulang pada orang lain.

Terlebih lagi, GPS versi manusia ini kadang suka melebih-lebihkan. Bilangnya rumah Pak Budiman sudah dekat lagi tinggal lurus saja. Ternyata yang dimaksud dekat versi orang itu, jauhnya alaihim. Tak sedikit jarak 6 km itu dibilang dekat, padahal kita nyangkanya tinggal 6 meter lagi. Sesungguhnya jauh dan dekat bagi tiap orang memang relatif sih ya, tidak bisa dipukul rata. Jadi jangan mudah cepat percaya.

Lain halnya dengan zaman dulu yang hanya mengandalkan orang asing sebagai penunjuk jalan, di zaman modern ini kita bisa bergerak sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain. Dengan sebuah telepon genggam kita sudah bisa berkelana ke negeri antah berantah yang belum pernah kita pijakan kaki di sana. Hanya dengan menuliskan lokasi yang kita tuju, maka Google Map akan melayani kita dan memberikan sebuah rute dari mulai rute tercepat, terjauh, hingga rute yang terlancar. Semua hal bisa diinformasikan oleh si Google ini. Misal ada kecelakaan atau kemacetan, si Google ini akan memberi tahu kita untuk mencari jalan lain agar kita tidak terjebak macet.

Google Map ini meski canggihnya minta ampun, tapi tetap saja juga tak luput dari kekurangan. Tak ada aplikasi yang benar-benar sempurna. Ada kalanya saat kita mencari tempat, HP kita tiba-tiba mati karena kehabisan baterai. Kalau HP mati, otomatis aplikasi juga koid. Hal ini juga berlaku saat kita berada di pedesaan atau pegunungan yang minim sinyal internet, maka Google Map ini tentu tak bisa diakses.

Kalau sudah begini mau tak mau GPS versi manusia ini masih saja tetap berfaedah. Apalagi kalau di pedesaan. Kadang mencari rumah itu lebih akurat dengan bertanya pada orang, karena tak jarang Google Map ini suka menyesatkan. Biasanya orang desa itu lebih ramah jika dimintai tolong untuk memberi tahu petunjuk arah rumah. Tak jarang mereka bahkan mengantarkan kita sampai tujuan. Mereka memastikan bahwa kita tak kesasar dan selamat sampai rumah yang kita cari.

Adanya teknologi ini kadang membuat kita membatasi diri untuk berinteraksi dengan manusia lain. Kita jadi segan bertanya pada orang lain. Padahal kita ini bukan hanya makluk individu, ada kalanya kita juga merupakan makhluk sosial. Saya yakin dan optimis kok, kalau kita sopan dan ramah saat bertanya, tentu orang lain juga akan menyambutnya dengan hal yang serupa. Jika seumpama kita ketemu dengan orang yang ketus dan menyebalkan, tentu itu pas apesnya kita saja. Dan jangan berpikir bahwa semua orang akan bersikap seperti itu semua saat ditanyai sebuah tempat.

Baca Juga:

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Sulitnya Nyetir di Jakarta: Salah Belok, Salah Jalur, Bisa Fatal!

Meski GPS versi manusia ini banyak memiliki kekurangan, tapi percayalah bahwa di saat-saat genting, hal ini juga bermanfaat juga. Biar sesekali kita berinterasi dengan manusia lain, nggak cuma dengan gadget terosssssss.

BACA JUGA Google Maps Ternyata Juga Hobi Ngeprank atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2020 oleh

Tags: budaya bertanyagoogle mapsGPStersesat
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

Google Maps: Aplikasi Rusak yang Makin Rusak Gara-gara Ulah Penggunanya yang Tolol tiktok

Google Maps: Aplikasi Rusak yang Makin Rusak Gara-gara Ulah Penggunanya yang Tolol

9 Februari 2024
Kalau Tidak Pernah Nyasar di Labirin Sawojajar Malang, Anda Mungkin Orang Sakti mojok.co/terminal

Kalau Tidak Pernah Nyasar di Labirin Sawojajar Malang, Anda Mungkin Orang Sakti

9 Maret 2021
Gen Z: Generasi Google Maps, tapi Buta Geografi

Ironi Gen Z: Generasi Google Maps, tapi Buta Geografi

20 Februari 2024
Sulit Romantis dengan Pacar yang Nggak Bisa Baca Google Maps terminal mojok.co

Sulit Romantis dengan Pacar yang Nggak Bisa Baca Google Maps

27 Januari 2021
Google Maps Ternyata Juga Hobi Ngeprank

Google Maps Ternyata Juga Hobi Ngeprank

12 November 2019
7 Fitur Rahasia Google Maps yang Jarang Diketahui Orang Terminal Mojok.co

7 Fitur Rahasia Google Maps yang Jarang Diketahui Orang

9 Mei 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.