Ada yang Lihat Hilal di Old Trafford?

Sepak Bola dan Sihir Adalah Kolaborasi yang Erat Tak Terbantahkan terminal mojok.co

Sepak Bola dan Sihir Adalah Kolaborasi yang Erat Tak Terbantahkan terminal mojok.co

Sidang Isbat berakhir dengan penetapan awal Ramadan jatuh pada tanggal 6 Mei 2016.  Hilal di Indonesia telah terlihat di 34 provinsi titik pemantauan munculnya bulan sabit muda. Merentang ke Inggris sana, satu jam kemudian masih waktu Indonesia, salah satu tim medioker terkuat melakukan pemantauan hilal. Hilal yang dimaksud adalah penetapan keikutsertaan Liga Champions musim 2019/2020.

Tersebutlah Haji Pogba, sang pengamat hilal dari tim berlogo setan. Bersama rekan-rekan Alkuffar-nya di Manchester United, Haji Pogba menuju Stadion John Smith, markas Huddersfield, untuk melakukan pemantauan. Belum cukup 10 menit, Mctominay, salah seorang staf kafir Haji Pogba melihat hilal. Namun, secara ajaib, awan raksasa yang dikirim Isaac Mbenza menutupi pandangan mata, 50 menit kemudian.

Bidang komunikasi Manchester United berusaha menghubungi titik pemantauan yang lain. Haji Pogba harap-harap cemas. Rekan-rekan kafirnya dag dig dug ser menunggu info valid A1. Moshi moshi moshi! Notifikasi memenuhi layer tablet staf komunikasi Emyu. Ia pun berbisik kepada pembina pemantauan hilal sekaligus pakar astronomi bagian supersub, Ole Gunner Solkjaer. “Hilal belum nampak di Old Traffor”, bisiknya lirih.

Haji Pogba melirik serius kea rah bangku cadangan. Ole Gunner Solkjaer menggeleng, sembari mengangkat tiga jari. Rekan-rekannya memandang nanar ke arah Haji Pogba. Mufti sepakbola asal Prancis ini mengangguk pelan. Memberi tanda kepada yang lain, bahwa Setan Merah kembali turun kasta ke Liga Europa. Di Stamford Bridge, titik pemantauan yang lain, sedang terjadai badai besar, yang bikin hilal tak berani nongol sedikit pun.

Manchester United sempat berharap banyak usai kedatangan Ole Gunner Solkjaer menggantikan Jose Mourinho pada pertengahan musim. Para pundit astronomi kawakan cum ahli nujum sepakbola, kemudian meramalkan bahwa hilal Liga Champions akan terlihat di Old Trafford, sementara Stamford Bridge masih akan betah jadi penyelenggara Liga Europa musim depan. Manchester United akan masuk jajaran empat besar, yang didasarkan pada statistik awal Ole Gunner Solkjaer

Sebagai caretaker, Solkjaer meraih 14 kemenangan, dua kali imbang, dan tiga kali kekalahan. Manchester United main kesetanan, bahkan sampai merangsek ke empat besar klasemen Liga Inggris. Maret silam, Manchester United bahkan menunjukkan tajinya di Liga Champions.  Emyu mencatatkan comeback fantastis atas PSG.

Setan merah menghapus semua yang tertulis di atas kertas statistik mentereng pemilik Parc des Princes. Tidak ada urusan dengan pemain muda terbaik dunia, Kylian Mbappe. Lebih-lebih lagi kepada Neymar, aktor lapangan hijau calon pemenang Piala Oscar.

Comeback is real. Ahli nujum sepakbola pun memandang comeback, sebagai realitas seutuhnya. Padahal, kemenangan itu hanya citraan semata. Hal ini demi membuat kamu-kamu fans Emyu semakin terlena oleh setan-setan merah. Mereka yang semakin terlena, akan mengedepankan emosi. Dan tidak peduli fakta kalau Manchester United masihlah tim medioker.

Era pasca kebenaran, era penyembahan setan merah informasi, benar-benar menyesatkan. Manchester United berani sekali anda ya, bermain-main dengan yang namanya simulakra. Kasian fans-fans kalian kini, yang masih terperdaya oleh delusi akan kedigdayaan masa silam. Kasian pula Romelu Lukaku yang dengan sombongnya bilang kalau setan merah bakal gacor musim depan, ya di Liga Europa tentunya. Hahaha. Tapi noh, musim depan masih ada Arsenal, hati-hati bosque.

Pergantian pelatih ternyata tidak membawa dampak apa-apa. Setan merah masih berakhir di posisi enam klasemen musim ini. Mungkin kedatangan Ole Solkjaer, sedikit menunda waktu Emyu untuk keluar dari The Big Six, andai masih berada dalam genggaman tangan panas dingin Mourinho. Bahkan, Haji Pogba dan kawan-kawan berada satu dua tingkat di bawah rival bersejarah mereka, Liverpool dan rival sekota Manchester Biru.

Usai ditetapkan sebagai pelatih permanen, Solkjaer malah melempem. Anak asuhnya menelan empat kekalahan dalam delapan pertandingan terakhir. Grafik permainan MU kelihatan menurun. Manchester United tidak mampu mengambil kesempatan dalam kesempitan – di dalam gua – yang dialami tiga tim lain. Padahal Tottenham, Arsenal, dan Chelsea, yang turut bersaing atas dua tiket sisa Liga Champions, kerap malu-maluin pendukungnya sendiri.

Dua hasil seri di dua laga terakhir, menegaskan satu maklumat penting, bahwa Manchester United akan bertarung di Liga Europa musim depan. Semenjak juara bersama Mourinho, jangan-jangan DNA liga kasta kedua di Eropa ini sudah tertanam kuat dalam diri Manchester United. Hei fans Emyu, kapan kira-kira hilal Liga Champions akan terlihat lagi? Coba kamu tanyakan pada 11 ahli nujum sepakbola, yang salah kasih prediksi itu.

Exit mobile version