Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ada yang Hilang dari Imam Tarawih Kita: Perhatian pada Makmumnya. #TakjilanTerminal43

Kevin Winanda Eka Putra oleh Kevin Winanda Eka Putra
7 Mei 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Bulan puasa jelas merupakan bulan yang penuh berkah bagi siapa pun. Termasuk yang namanya imam masjid. Wabil khusus imam salat Tarawih. Kalau kalian mengikuti beberapa qari’ ternama, kalian bisa temukan satu dua jadwal mereka ketika jadi imam Tarawih. Terlihat seperti tour konser untuk menjajakan suara emasnya dari masjid ke masjid.

Bagi saya  imam Tarawih masa kini telah mengalami peningkatan luar biasa, salah satunya suara mereka. Terutama setelah terkena arus gelombang hijrah, satu persatu qari’-qari’ itu muncul, makin dikenal dan dicintai oleh kalangan muda. Sebut saja Muzammil, Taqy Malik, Salim Bahanan, sampai Hanan Attaki. Siapa anak muda yang telah hijrah tidak mengetahui nama-nama besar di dunia per-qari’an duniawi tersebut.

Gelombang itu sampai pula ke lingkungan kampung saya. Satu persatu anak-anak muda, utamanya dari pesantren, mulai menggantikan yang sepuh untuk jadi imam Tarawih. Di tahun ini saja hanya tinggal satu imam senior yang mau dan masih bisa mengimami Tarawih. Selebihnya dibagikan ke generasi muda-muda ini.

Regenerasi imam macam ini sangatlah positif. Selain karena imam di masjid saya sudah mulai sepuh-sepuh, suara beliau-beliau ini seperti sudah tidak semerdu sepuluh lima belas tahun lalu. Alih-alih merdu, bacaannya kadang juga sudah tidak bisa digolongkan tartil, terdengar malah seperti kaset kusut, sulit didengarkan dan ditranslasikan di telinga.

Pun kadang bacaan mereka yang lambat, semakin menjadikan suasana salat Tarawih tak lagi dipenuhi kehikmatan. Waktu berjalan sangat lama sekali, membikin makmum hilang khusyu’ bahkan malah ngomel dalam hati. Eh, itu saya sendiri sih. Daripada malam Tarawih jadi berantakan, akhirnya praktis semua dirombak dan digantikan oleh imam-imam muda.

Saya akui kalau berdiri menjadi makmum salat Tarawih masa kini sangatlah menyenangkan. Bagaimana tidak, selain disuguhkan suara indah nan merdu dari para imam, waktu seakan berjalan lebih cepat tapi tidak buru-buru.

Cepat dalam konteks ini bukan dalam sepuluh menit bisa dua puluh rakaat. Melainkan bisa menikmati waktu dengan lebih syahdu. Surat yang kalau kita baca sendiri itu bisa berjam-jam, oleh imam masa kini bisa hanya lima sepuluh menit saja. Pemenggalannya juga kadang pas, tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Membuat suasana khusyu’ terbangun lagi dalam diri.

Namun, sepenglihatan saya yang sudah rabun ini ya, kok sepertinya ada yang kurang dari imam masa kini, ya. Entah ini saya yang main kurang jauh atau kurang pengetahuan dan wawasan. Kekurangan tersebut saya rangkum jadi satu kata, yakni perhatian. Oke untuk mempermudah bayangan kalian, saya coba ilustrasikan sedikit. Kebetulan ini juga kejadian di masjid kampung saya baru-baru ini.

Baca Juga:

6 Tempat Berburu Takjil di Kota Makassar. Takjil Hunter, Merapat!

9 Tempat Takjil di Sleman biar Ngabuburitmu Lebih Berwarna

Kasus #1

Beberapa malam lalu, salat Tarawih kami dipimpin oleh imam muda masa kini. Kebetulan waktu itu sedang hujan. Ada beberapa jamaah yang terlambat salat isya bahkan sampai empat rakaat. Nah, si imam muda ini seakan tidak mau tahu kalau makmum yang di belakangnya ini terlambat lama.

Langsung saja begitu beberapa orang selesai melakukan salat sunah ba’diah, imam langsung berdiri dan mengatakan Tarawih akan dimulai. Ia meninggalkan makmum yang masbuk isya lama tadi. Otomatis, karena tidak ingin ketinggalan Tarawih, saya lihat salat mereka dipercepat, khusyu’ dan tuma’ninahnya hilang seketika.

Sekilas di mata awam ini oke-oke saja. Tapi bagi saya sudah seharusnya imam memperhatikan makmum-makmumnya, bukan? Sependek pengetahuan saya, kalau syarat jadi imam itu bukan hanya menguasai bacaan salat, suaranya bagus, dan tartil, tetapi juga memperhatikan kondisi makmumnya. Itulah mengapa sebelum salat dimulai, imam dianjurkan melihat belakang dulu.

Jelas itu bukan prosedur formal, tapi ya memang harus diperhatikan. Kalau ada makmum orang tua maka nanti surat yang akan dibaca tidak usahlah panjang. Kalau ada makmum yang ketinggalan ya ditunggu dulu. Apalagi salat Tarawih hukumnya sunah, tidak sewajib isya’. Jadi usahakan untuk menunggu dulu makmum masbuk itu dulu, bukan?

Kasus #2

Selanjutnya, ini baru saja juga saya alami ketika menulis tulisan ini. Lagi-lagi oknumnya adalah imam muda. Kan kita tahu kalau intisari dari salat Tarawih adalah rehat atau istirahat. Itu berarti salatnya tidak usah diburu-buru. Jeda yang dipakai untuk rakaat satu dengan yang lain itu juga agak lama. Untuk menarik nafas dan mengelap keringat, seperti saya yang gampang keringetan ini.

Nah, afdalnya kan begitu. Tapi di masjid kampung saya tadi, imam sama sekali tidak memberi jeda. Selepas salam, langsung berdiri melanjutkan rakaat berikutnya. Begitu terus sampai witir selesai. Iya, sih, dalam salatnya masih bisa tuma’ninah. Jelas perhatian kepada makmum di sini tidak dijalankan sepenuhnya. Alih-alih istirahat, ini bagi saya malah pemanasan olahraga. Selesai Tarawih, baju saya kebes keringet. Bak sehabis main futsal.

Kasus #3

Kasus selanjutnya, ini berlaku di masa pandemi begini ini. Memang masjid sudah mulai dibuka untuk digunakan salat jamaah. Tapi kan ada aturannya bukan dari pemerintah atau MUI. Bahwa kalau salat jamaah itu hendaknya melakukan protokol kesehatan dan menjaga jarak.

Nah, kasus ini barangkali yang sering terjadi di masyarakat. Alih-alih menjalankan protokol tersebut, si imam masa kini tetap saja bilang lurus dan rapatkan saf. Bilangnya pun tidak menghadap ke makmum, tidak mengecek benar-benar safnya lurus atau tidak. Atau ada saf yang bolong atau tidak.

Ini contoh nyata lain dari ketiadaan perhatian lagi, bukan? Seyogyanya imam tidak berkata seperti itu. Kan, ini lagi pandemi. Apalagi sekarang makmum-makmum sudah jarang pakai masker.

Jadi, apa yang bisa saya simpulkan dari berbagai kasus di atas? Saya akui kalau suara-suara kalian ini merdu dan bikin hati nyaman. Namun, kalau kalian masih belum memperhatikan makmum, ya, buat apa? Ibaratnya, imam itu pemimpin, harusnya rakyat-rakyat yang dipimpinnya juga merasa diperhatikan. Khawatirnya, kalau ini jadi kebiasaan malah nanti bikin kualitas salat berjamaah kita menurun.

*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.

BACA JUGA Merasakan Ramadan yang Sama dari Tahun ke Tahun karena Lagu-lagu Ini dan tulisan Kevin Winanda Eka Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 Mei 2021 oleh

Tags: imam salatSalat TarawihTakjilan Terminaltartil
Kevin Winanda Eka Putra

Kevin Winanda Eka Putra

Bukan siapa-siapa dan tidak ingin jadi siapa-siapa.

ArtikelTerkait

Mengenang Kelahiran Anak Pertama di Bulan Ramadan Melalui Novel Ketika Cinta Bertasbih. #TakjilanTerminal05

Mengabadikan Nama Pengarang Novel ‘Ketika Cinta Bertasbih’ Menjadi Nama Anak Pertama Saya yang Lahir di Bulan Ramadan. #TakjilanTerminal05

15 April 2021

Iklan Djarum 2004 Adalah Iklan Ramadan Terbaik Indonesia. #TakjilanTerminal15

20 April 2021
Mengenang Sinetron ‘Ikhlas’: Tontonan Buka Puasa yang Bikin Penonton Nggak Ikhlas. #TakjilanTerminal13 terminal mojok.co

Mengenang Sinetron ‘Ikhlas’: Tontonan Buka Puasa yang Bikin Penonton Nggak Ikhlas. #TakjilanTerminal13

19 April 2021

Suasana Ramadan di Kampung Saya yang Zona Merah. #TakjilanTerminal25

25 April 2021
Pasar Ekologis Argowijil, Tempat Favorit Warga Gunungkidul Berburu Takjil Terminal Mojok

Pasar Ekologis Argowijil, Tempat Favorit Warga Gunungkidul Berburu Takjil

12 April 2022
3 Program TV Saat Sahur yang Sungguh Bikin Kangen. #TakjilanTerminal27 terminal mojok.co

3 Program TV Saat Sahur yang Sungguh Bikin Kangen. #TakjilanTerminal32

28 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.