Acara susu gratis di SD membawa saya ke ingatan-ingatan yang saya rawat dalam kepala.
Susu merupakan kebutuhan sangat mahal bagi saya yang masuk dalam kategori keluarga layak mendapatkan bantuan sosial. Betapa tidak, alih-alih membeli susu, mending membeli nasi ataupun lauk ikan asin mengganjal lapar. Kalau sayur, bisa diambil dari ladang orang lain mengingat daerahku pada saat itu masih belum banyak dibanguni beton. Meskipun begitu, keluargaku sendiri mengusahakan kami ini semua mendapatkan pendidikan yang layak dengan gaji seadanya.
Oleh karena hal tersebut, banyak yang dikorbankan orang tua kepada kami. Salah satunya tidak memberikan susu untuk yang sudah besar. Kalau ingat sejak kecil, susuku dulunya bermerek mahal dan bungkusnya kaleng. Begitu eksklusif susu itu bagiku sampai kalengnya digunakan tempat benang ataupun minyak goreng oleh mamaku dan tanteku yang saat ini sudah meninggal dunia. Ya itu waktu dulu sebelum memiliki adik. Setelah itu, mau tidak mau susu itu terpaksa dikorbankan untuk membeli kebutuhan adik. Kesal sih, tapi dia lebih butuh. Alhasil, aku bersedih tidak mendapatkan susu. Padahal susu itu sangat bagus bagi anak-anak golden age demi tumbuh kembang. Namun, mengingat ekonomi keluarga yang pas-pasan, ya udah, sebagai kakak ngalah dong. Kan udah besar, kata orang tua.
Mengingat susu itu sangat penting, salah satu strategi perusahaan susu menjual barangnya adalah mendatangi beberapa sekolah. Inilah hal yang paling disenangi. Betapa tidak, aku bisa minum susu gratis, tanpa harus minta-minta sama orang tua meskipun terima saja rasa susu yang ada. Suka tidak suka, terima saja selama kamu bersyukur bisa menikmati susu gratis secara eksklusif dari perusahaannya.
Kalian pasti berpikir, kan bisa beli susu sachet di kedai-kedai? Beda sekali sensasinya. Selain gratis, hadiah eksklusif dari perusahaan susu menjadi salah satu incaranku dan tidak ada dijual di kedai. Dari stiker, pulpen, hingga buku catatan menjadi incaran walaupun yang dapat hanya stiker doang. Hadiah-hadiah itu sangat istimewa bagiku dan jika bisa jangan sampai hilang ataupun habis. Mungkin tahun depan nggak bakal dapat tuh hadiah, sehingga hadiah eksklusif itu dirawat seperti anak sendiri. Di kedai mana ada itu, kecuali ada promo khusus membeli banyak susu. Uang jajan sendiri tidak mampu membeli susu yang banyak itu. Masak minta sama orang tua? Kasihan lah mereka. Ada kebutuhan yang lebih penting lagi dibandingkan membeli susu.
Saking senangnya mendapatkan susu gratis, temanku pernah bercerita mendatangi setiap kelas agar dapat porsi tambahan. Memang pegawainya menandai yang sudah dapat, tetapi karena masih bocah, temanku ini diistimewakan mendapatkan banyak susu gratis. Belum lagi dukungan neneknya yang menjadi guru di sana menjadi alasan temanku ini banyak mendapatkan susu. Kenyang tuh dia ditambah privilesenya sebagai cucu guru. Dibandingkan denganku, meskipun sepupuku guru sekolahku, mana bisa eksklusif mendapatkan susu gratis tiap kelas. Ya disamaratakan dengan siswa lain. Dalam hati, enak juga si teman ini bisa mendapatkan susu gratis setiap mendatangi kelas. Aku? Syukur-syukur dapat satu susu gratis.
Sayang, susu gratis itu hanya berlaku saat SD saja. Padahal pengen kali minum susu itu lagi. Sangat eksklusif kali ketika perusahaan susu itu datang ke sekolah. Kalau waktu itu kamera ponsel sejernih sekarang, bakal berfoto sama pegawai di sana biar ada kenangan pernah mendapatkan susu secara gratis. Namun ya sudahlah, kamu kan sudah besar. Sudah mampu membeli susu dari uang jajan ataupun gaji kamu. Jangan harap mengulang masa lalu demi mendapatkan susu gratis.
BACA JUGA Propaganda Khusus di Balik Iklan Susu Formula atau tulisan Kristiani lainnya.