Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ritual Memutari Ring Road Jogja, Wahana Pelepas Galau ala Muda-mudi Setempat

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
8 Januari 2021
A A
Ritual Memutari Ring Road Jogja, Wahana Pelepas Galau ala Muda-mudi Setempat terminal mojok.co

Ritual Memutari Ring Road Jogja, Wahana Pelepas Galau ala Muda-mudi Setempat terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pasca patah hati, saya mencoba tradisi ala muda-mudi setempat ketika ambyar, yakni memutari Ring Road Jogja—sebuah jalan arteri yang memeluk Kota Istimewa ini. Entah bagaimana ceritanya, muda-mudi Jogja seakan mufakat tanpa harus mengadakan rapat bahwa mubengi Ring Road ialah mediator terbaik untuk melepas ambyar di dada.

Saya kira hanya konsep, ternyata hal ini memang benar apa adanya. Memutari Ring Road Jogja, bukan bermaksud meromantisasi ya, bisa dibilang area wisata bagi warga lokal. Lha gimana lagi, kata Pemerintah Kota Jogja kan warganya jangan plesiran ke area Tugu. Iya sih iya, di sana itu memang area untuk wisatawan. Kami paham kok, Pak dan Buk. Jadilah Ring Road Jogja sebagai pelepasan dendam kesumat.

Saya mencoba tradisi kawula muda Jogja ini beberapa hari yang lalu. Saya galau skripsian dan pacar saya galau progres projekannya. Lantas saya menawari media yang-yangan sesuai protokol kesehatan, “Muterin Ring Road Jogja, yuk? Katanya bisa melepas galau. Lak yo galau nggak musti perihal cinta, to?” Setelah beberapa pertimbangan, dirinya menyetujui.

Helm, masker, hand sanitizer, dan pembatas sekat antara orang boncengan kami gunakan. Saya kok jadi mikir, ini orang yang-yangan kok bentuknya lebih mirip kayak ojek online lagi ngantar penumpang, ya? Tapi, nggak masalah. Apa salahnya dianggap ojek online? Semua profesi itu hormat tanpa sekat. Panjang umur kelas pekerja.

Kami memulai dari area Jalan Bantul. Lalu ke Barat ke arah Gamping. Sepanjang perjalanan saya berhati-hati walau jam sebelas malam, sepi nggak bisa diganggu gugat kedigdayaannya. Beberapa menit, kok galau saya nggak hilang, ya? Justru kepikiran bab 4 yang nggak beranjak ke mana-mana. Pacar saya pun sama saja, ia masih mikir tentang proyeknya.

Sepanjang perjalanan setelahnya, ketika roda-roda motor kami sudah menggelinding di area Gamping dan beringsut ke arah Utara, pacar saya nggak habis-habisnya merangsang insting ngegombal saya. Pitikih. Lagi stres mikirin skripsi je malah disuruh mikir. Katanya, “Mas, nek Bandung itu terbuat dari rindu, maka Pleret itu terbuat dari apa?”

Saya kemekelen sebentar, seselo itu dirinya bertanya tentang daerah itu. Lantas saya jawab, “Pleret diciptakan Tuhan saat Ia sedang tegang.” kata saya menciptakan keheningan sesaat. Beberapa super-second setelahnya, ia bertanya kenapa ketegangan dan saya menjawab, “Karena njeblas dikit bakalan ketemu Tanjakan Cino Mati.”

Ia tertawa. Untung saja ia paham daerah Bantul. Tanjakan Cino Mati itu adalah sebuah tanjakan yang acapkali fotonya diposting di Info Cegatan Jogja. Entah itu rem blong atau mobil yang nggak kuat menanjak. Tanjakan itu menakutkan puol. Hampir menyerupai tanjakan di Rock Bottom-nya Spongebob.

Baca Juga:

Pengalaman Mengunjungi Tamansari Jogja, Istana Air di Mana Sejarah Kerajaan Berpadu dengan Kehidupan Sosial Masyarakat

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Condongcatur menyapa kami. Galau saya belum hilang seutuhnya. Ia malah bilang begini, “Kalau ke sana (arah Magelang), itu rumahku, Mas.” entah berapa kali ia membanggakan daerah asalnya itu. Daerah yang katanya dia, terbuat dari Borobudur, Artos, dan Agus Mulyadi.

Saya sakjane pengin bilang begini, “Magelang itu Kota Sejuta Bunga, betapa kasihannya sekarang nama kota itu nggak bisa digunakan karena satu bunganya singgah di bumi Jogja.” Namun, saya urungkan, bukan karena malu, tetapi hujan deras mengguyur kami ketika kami melewati Jembatan Layang Janti.

Kami berteduh di salah satu warung klontong tutup di bilangan Blok O kompleks TNI AU. Bersama dengan muda-mudi lain, ada mas dan mbak yang kebetulan sendirian. Wajah-wajah mereka lelah. Ternyata kami nggak sedang menjalani ritus galau ala muda-mudi Jogja sendirian.

Dalam lindungan teras sebuah toko, akhirnya kami bercerita, dapat apa saja selama memutari Ring Road Jogja. Hasilnya ya nihil, saya nggak dapat rasa lega, pun dirinya nggak merasakan ringan bebannya dari tuntutan proyekan. Lantas kami tertawa, kok ya bisa pekok banget muterin Ring Road Jogja yang begitu luas, mengitari pinggiran kota yang beririsan tipis dengan Bantul dan Sleman, buang-buang bensin, demi tujuan yang kelewat sia-sia.

Di Ring Road Selatan, setelah kami memutuskan membelah gerimis, perut kami pun menyatakan tanda bela sungkawa atas keroncongannya cacing-cacing di perut saya. Di sekitar Terminal Giwangan, kami membeli mie Magelangan. Di sebuah gerobak kecil yang masih penuh mi-nya, saya bisa taksir si pedagang belum dapat pembeli dari sore. Coba jualan di area Tugu, Pak. Ah lupa, Tugu kan area wisata. Bukan tempat rakyat seperti kami.

Ia bercerita bahwa di Magelang itu nggak ada yang namanya mi magelangan. Adanya Agus Magelangan. Ini kali kedua nama Mas Agus diucapkan. Saya nggak cemburu, tapi kalah tanding, lha saya kira hanya saya je fans Agus Mulyadi yang paling die-hard, jebul masih ada lagi yang lebih militan. Menyangkut pautkan semua yang berbau Magelang dengan sosok Agus Mulyadi.

Dengan santainya, saya nimpali, “Di Jogja ya nggak ada itu namanya Gudeg Jogja. Adanya ya gudeg tok, nggak ada embel-embel nama kotanya.” Dengan wajah paling ndlogok, ia hanya bilang, “Weh iya juga, ya?”

Pada akhirnya memutari Ring Road Jogja itu bukan perkara melepas galau berkepanjangan, namun tentang bagaimana caranya saja. Misal ngobrol seperti saya, ada juga yang menangis, atau membaca dan mengumpat sampah-sampah visual di setiap perempatan. Keselamatan adalah nomor satu. Pun dari situlah galau kemudian lepas, menjadi perasaan paling lega.

Saya hanya melihat lampu-lampu kota pinggiran Jogja yang mulai meremang. Pinggiran yang terlupakan, pinggiran yang dimarjinalkan. Bersama dirinya yang sedang makan mi magelangan, saya berbicara pelan di lampu petromak bakul mie dhokdhok yang berpendar. “Dik, aku kayaknya aku sudah nggak galau, deh.”

“Lah, bagus dong. Terus masalahnya apa?” tanyanya, nggak memperhatikan saya.

“Lha ya ini, galau hilang, masuk angin datang.” lantas tersedak mi magelang adalah harga yang nggak bisa ditawar-tawar oleh salah satu kembang dari Kota Magelang.

BACA JUGA Luang Prabang Adalah Kota Terbaik di Asia Tenggara untuk Tujuan Bulan Madu dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2021 oleh

Tags: travelingwisata jogja
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

4 Oleh-Oleh Jogja yang Sebaiknya Kalian Pikir Ulang sebelum Membelinya Mojok.cp

4 Oleh-Oleh Jogja yang Sebaiknya Kalian Pikir Ulang sebelum Membelinya

3 Desember 2024
7 Rekomendasi Tempat Wisata Terbaik di Jogja yang Sayang Dilewatkan  

7 Rekomendasi Tempat Wisata Terbaik di Jogja yang Sayang Dilewatkan  

7 Oktober 2024
Desa Wisata Jogja Menyimpan Sisi Gelap yang Perlu Segera Diperbaiki Mojok.co

Desa Wisata Jogja Menyimpan Sisi Gelap yang Perlu Segera Diperbaiki

8 Desember 2024
Jogja Itu Nggak Istimewa dan Tidak Lagi Sama (Pexels)

Jogja Itu Nggak Istimewa dan Tidak Lagi Sama karena yang Istimewa Itu Orang-orangnya

10 Februari 2025
4 Alasan Orang Solo Lebih Sering Plesir ke Jogja Dibanding ke Semarang Mojok.co

4 Alasan Orang Solo Lebih Sering Plesir ke Jogja Dibanding ke Semarang

10 November 2025
Kalau Tidak Pernah Nyasar di Labirin Sawojajar Malang, Anda Mungkin Orang Sakti mojok.co/terminal

Kalau Tidak Pernah Nyasar di Labirin Sawojajar Malang, Anda Mungkin Orang Sakti

9 Maret 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.