Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Serba Serbi Sambat: Mari Kita Nyate dengan Bijak!

Ade Vika Nanda Yuniwan oleh Ade Vika Nanda Yuniwan
12 Agustus 2019
A A
nyate

nyate

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah jadi agenda wajib ketika perayaan hari raya Idul Adha, menu daging mendadak jadi makanan jutaan umat yang bakal muncul selama beberapa pekan. Pekan lho, Lur, pekan! Bersyukur rasanya, ketika hati ini adem ayem melihat isi freezer kulkas yang penuh dengan daging-daging segar. Kalau bukan pada momen Idul Adha, saya yakin, paling mentok ibu kalau beli daging, ibu cuma beli daging ayam.

Tapi ya namanya berkah Idul Adha, kami sekeluarga pasti dalam berpekan-pekan akan menyantap menu olahan daging ala ibu. Dari soto, rendang, rawon, bakso, empal, semur, bumbu rujak, bahkan sampai sate pun akan dihidangkan juga oleh ibu. Untuk menu sate ini, di hari H Idul Adha biasanya tidak perlu menunggu ibu yang masak. Lha wong tetangga kanan, kiri, depan, belakang, tenggara, hampir semuanya lomba nyate.

Tidak lomba juga sebenarnya. Istilah lomba nyate saya maksudkan untuk para tetangga kanan kiri, depan belakang saya yang pada heboh kipas-kipas tusuk satenya. Pada saling kebul asap satenya. Ya wajar saja, mereka kan ingin merayakan Idul Adha paripurna yang selain salat Ied, ikut menyembelih sapi dan kambing, kini bagian mereka untuk pesta daging. Ya salah satunya dengan nyate, Bor. Kampung saya mendadak banyak tukang sate.

Tapi dasar manusia. Suka semaunya sendiri. Sudah tahu tinggal di pemukiman minim lahan, mereka nyate juga di pinggir jalan. Hampir tiap rumah tetangga saya (selain rumah saya pastinya) pada nyate, ya walhasil kegiatan weekend-an para keluarga itu jadi serba kocar-kacir di pinggir jalan—ya motornya, ya anak kecilnya, ya istrinya, ya peralatan nyatenya. Semu lengkap tumpah ruah di pinggir jalan yang ruasnya nggak seberapa ruas.

Apa daya saya, ingin negur, tapi tidak ingin memecah keintiman keluarga mereka dengan nyate. Namanya keluarga lagi berakhir pekan kok saya ganggu. Tapi mau nggak protes kok baju dan rambut saya ini bau sangit daging kambing. Mata saya juga perih tiap keluar rumah karena asap sate. Akhirnya, mau tidak mau akhirnya mau, dan dengan keikhlasan hati saya berbagi juga sambatan ini kepada sobat mojok seqalean.

Pertama, bukannya saya adalah tipe tetangga yang durjana tapi kok alangkah baiknya memanage tempat dan waktu itu rasanya memang perlu. Maksud saya, bagi tetangga saya yang berniat berakhir pekan dengan nyate bareng keluarga setidaknya gantian dengan tetangga sebelah (sekiranya salah satu terlebih dulu tau kalau mereka akan mulai nyate). Dengan gitu, ruas jalan yang sempit setidaknya tidak perlu berbagi bahu hanya untuk sekedar perayaan nyate. Gitu, Bor!

Kedua, saya yakin seratus persen. Berbagi itu memang baik, dan berpahala. Alih-alih kecipratan sate buatan mereka, saya malah kebagian sisa sampah nyate mereka. Rumah kami memang berdempetan, tapi bukan berarti sampah mereka juga sampah saya juga kan? Setidaknya kalau mereka sudah mau diribetkan dengan acara nyate mereka, mereka juga mau bertanggung jawab dengan sampah-sampah sisa nyate mereka.

Saya melihat ada sampah kecap, sampah plastik hitam ala bungkus arang, sisa plastik bungkus daging kurban, bekas-bekas sate daging yang sengaja dibuang karena (mungkin) dagingnya alot, terlalu hangus, atau bisa jadi beberapa anggota keluarga anti jeroan. Belum lagi sisa-sisa sampah plastik kacang yang mereka jadikan bahan untuk membuat sambal kacang. Woy, itu acara kalian kenapa nggak tanggung jawab sama sampahnya?

Baca Juga:

Sate Klatak Pak Jede Jogja, Sate Klatak Paling Enak di Lidah Orang Semarang

5 Barang yang Sebaiknya Jangan Dijadikan Hampers Lebaran

Ketiga, bagaimana menurut kalian jika tetangga kanan, kiri, depan, belakang—selemparan batu sama-sama sedang nyate dan menghasilkan polusi asap? Ya baunya sedap sih, tapi namanya asap, nggak dihirup, nggak dilewatin, ya tetep aja bikin sepet bin perih, Bor. Bahkan asap bakar arangngnya sampai masuk ke dalam rumah. Saya—meskipun sudah mandi—yakin seribu kali kalau bau saya nggak ada bedanya sama sebelum mandi. Sudah keramas, bau sangit lagi saya.

Kalau mereka niat nyate bebarengan, bukankah lebih enak kalau gabung dengan tetangga lain yang juga pengin nyate? Dengan begitu momentum Idul Adha kan bisa lebih syahdu, karena ternyata nyate di hari raya Idul Adha juga bisa nyambung silaturahmi—nggak cuma saat unjung-unjung di hari raya Idul Fitri aja.  Barangkali dari rentan waktu antara Idul Fitri ke Idul Adha sudah merasa bersalah satu sama lain, kan bisa langsung maaf-maafan. hehe

Keempat, kenapa sih, atau apa salahnya sih kalau mereka menunda sehari saja acara nyate mereka demi kemaslahatan tetangga umat—salah satunya saya—yang kurang suka asap. Ya siapa juga yang suka menghirup asap? Asap rokok aja bikin sesak cuy, ini asap arang. Saya menyarankan, sebaiknya nyate menggunakan peralatan yang ramah lingkungan grill pan—misalnya. Pakai grill pan saya rasa, kegiatan nyate bakal lebih go green. xixixi

Ya, jadi begitu, Mz Mb. Kalau mau memeriahkan hari raya Idul Adha dengan nyate, sambatan saya di atas—sekaligus saran—mungkin bisa mengilhami sobat-sobat per-online-anku yang mengalami hal serupa. Atau bahkan yang akan berniat nyate di pemukiman padat penduduk. Ayo, kurangi egoisnya yhaaa, mari kita nyate dengan bijak—masih dalam nuansa hari raya lho… (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: Hari Rayaidul adhaiduladhaIdulfitrisatewisata kuline
Ade Vika Nanda Yuniwan

Ade Vika Nanda Yuniwan

Pekerja literasi yang mencintai buku, anak-anak, dan pendidikan. Suka berdiskusi sambil nulis ringan untuk isu-isu yang di sekelilingnya.

ArtikelTerkait

Sate Cak Ali: Titik Kumpul Suporter Persis Solo, Tempat Paling Nyaman untuk Kembali

Sate Cak Ali: Titik Kumpul Suporter Persis Solo, Tempat Paling Nyaman untuk Kembali

17 Maret 2025
Besok-besok, kalau Jadi Panitia Kurban, Jangan Aji Mumpung

Besok-besok, kalau Jadi Panitia Kurban, Jangan Aji Mumpung

11 Juli 2022
minta maaf online

Memangnya Kenapa Kalau Minta Maaf Online?

6 Juni 2019
para perempuan

Hal-hal Khas yang Datang Bersama Hari Raya dan Ucapan Terima Kasih Kepada Para Perempuan

12 Agustus 2019
3 Ciri Sate Batibul Tegal yang Enak Terminal Mojok

3 Ciri Sate Batibul Tegal yang Enak

11 Desember 2022
Kenapa Tokoh Masyarakat Sering Kebagian Kepala Kambing Saat Iduladha? libur iduladha

Kenapa Tokoh Masyarakat Sering Kebagian Kepala Kambing Saat Iduladha?

8 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.