Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

3 Film Korea tentang Kesenjangan Sosial selain Parasite

Raynal Payuk oleh Raynal Payuk
7 Desember 2020
A A
3 Film Korea tentang Kesenjangan Sosial selain Parasite terminal mojok.co

3 Film Korea tentang Kesenjangan Sosial selain Parasite terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kemenangan historis Parasite sebagai film terbaik di ajang Academy Award ke 92, membuka mata banyak penikmat film terhadap sinema Korea Selatan. Sinema dari negara ini mendapat kebangkitan kembali setelah tumbangnya rezim militer sayap kanan pada tahun 1987. Sebelumnya, sinema Korea Selatan mendapat banyak sensor dari militer yang berkuasa selama lebih dari 15 tahun. Mengambil tema isu kritis terhadap pemerintah atau kesenjangan sosial dalam film, sudah pasti mustahil, terutama di tengah paranoia rezim militer terhadap ideologi komunisme dan Korea Utara.

Namun, dengan kebebasan berpendapat pascareformasi Korea Selatan, sinema negara tersebut mulai berani mengambil tema kontroversial, tabu, dan kritis sebagai bahan utama industri perfilman mereka. Parasite dalam hal ini bukanlah satu-satunya film dengan tema kesenjangan sosial yang menghiasi sinema Korea. Di bawah ini beberapa film dengan tema sama dengan Parasite yang menarik untuk ditonton pecinta hiburan asal negeri ginseng.

# The Host

Sebelum Bong Joon Ho menyutradarai Parasite dan Snowpiercer, terdapat film berjudul The Host. Film bergenre monster ini menunjukkan untuk pertama kalinya ke penonton, kemahiran Bong dalam mengutak-atik unsur-unsur yang dianggap pakem dalam suatu genre. Ia memutuskan untuk tidak mengambil sudut pandang ilmuwan dan militer seperti terlihat dalam banyak film monster Hollywood, Bong berhasil menyelipkan banyak komedi satir terhadap pemerintah Korea Selatan dan militer Amerika Serikat.

Satir tersebut dihadirkan lewat perantara keluarga Park, keluarga miskin yang tinggal di bantaran sungai Han. Di dalam keluarga tersebut terdapat Gang-doo, pria ceroboh yang ditugaskan menjaga lapak dagang keluarganya; Hee-bong, ayah dari Gang-doo sebagai pemilik lapak; dan Hyun-seo, anak remaja dari Gang-doo.

Saat Hyun-seo diculik oleh monster sungai Han yang terbentuk dari mutasi bahan kimia hasil buangan pangkalan militer Amerika Serikat, keluarga Park bertekad untuk menemukan anggota termuda mereka kembali. Bantuan datang dari dua saudara Gang-doo, Nam-il sebagai mantan aktivis mahasiswa yang berakhir pengangguran dan Nam-joo sebagai atlet panahan peraih medali perunggu.

Keberadaan karakter seperti Nam-il berhasil menyelipkan ironi terhadap sulitnya mencari pekerjaan bagi lulusan baru bahkan pascaperjuangan mahasiswa untuk mewujudkan reformasi Korea Selatan. Di lain pihak, karakter seperti Nam-joo menunjukkan betapa kompetitifnya masyarakat Korea akibat sistem kapitalisme, di mana menjadi nomor satu adalah segalanya. The Host adalah salah satu bukti bahwa genre apa pun bisa menjadi kritik politis dan sosial selama ada sutradara yang tepat.

#2 Sympathy for Mr. Vengeance

Film arahan sutradara Park Chan-wook ini mungkin tidak sepopuler Oldboy. Namun, karya pertama dari trilogi balas dendam ini memiliki dua karakter utama dengan latar belakang berbeda drastis. Di satu sisi terdapat Park Dong-jin sebagai CEO perusahaan ternama dan di lain pihak ada Shin Ha-kyun sebagai buruh pabrik tuna rungu. Setelah kehilangan kedua anggota keluarganya secara tragis, kedua pria ini memutuskan melakukan balas dendam. Perjalanan berdarah kedua pria ini untuk menghakimi siapa pun yang dianggap menzalimi mereka akhirnya bersinggungan.

Beberapa tema dalam film ini kembali ditemukan dalam trilogi balas dendam selanjutnya, yaitu Oldboy. Konflik antara si kaya dan miskin diintensifikasi dengan keinginan mereka untuk balas dendam terhadap satu sama lain. Namun pada akhirnya, pesan utama dari trilogi ini adalah balas dendam tidak pernah menyelesaikan masalah dan tidak ada kata menang dalam balas dendam, selain rasa sakit. Baik sebongkah batu kali atau sebutir bulir pasir, di dalam air keduanya sama-sama tenggelam.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

#3 Burning

Karya sutradara Lee Chang-dong ini adalah film Korea Selatan pertama yang masuk daftar 9 terbaik untuk nominasi Film Berbahasa Asing terbaik di Academy Award. Satu tahun sebelum Parasite menang di kategori tersebut. Terkenal akan film melankolisnya, Burning berbeda dari kebanyakan karya sutradara yang pernah menjadi Menteri Kebudayaan Korea Selatan ini. Film ini berkutat pada hubungan pertemanan antara Lee Jong-su dan Shin Hae-mi dengan Ben, playboy kaya raya nan misterius.

Jong-su digambarkan sebagai mahasiswa Sastra dengan mimpi menjadi penulis novel dan terpaksa bekerja serabutan setelah lulus. Keadaan rumahnya juga tidak baik sejak ibunya pergi meninggalkannya dan ayahnya baru-baru ini didakwa menyerang orang lain. Di lain pihak, Hae-mi digambarkan bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) dan tinggal sendiri setelah keluarganya terlilit hutang.

Kontras langsung terasa saat penonton dihadapkan dengan Ben dan gaya hidupnya. Pada usia muda, Ben mengendarai mobil sport dan tinggal di apartemen di daerah mewah. Pekerjaannya tidak jelas selain mengundang wanita kencan dengannya di kafe, makan malam di restoran mewah bersama keluarganya, dan mengundang temannya pesta minum wine. Namun, Ben tidak pernah kekurangan uang ataupun teman, berbanding terbalik dengan Hae-mi dan Jong-su.

Sebagai genre thriller psikologis, Burning menekankan diri pada perspektif antara si kaya dan miskin dengan dialog minim. Bagaimana mereka melihat satu sama lain dan dunia, terlihat lewat tindakannya daripada kata-kata. Penonton akhirnya diberi kebebasan untuk menentukan interpretasi mereka terhadap situasi karakter. Dan kesimpulan penonton bisa jadi dipengaruhi status ekonomi mereka sendiri.

Dilihat dari keberadaan film di atas, kebebasan sinema Korea Selatan untuk mengambil tema sensitif dan kontroversial bisa dibilang salah satu kunci kesuksesan mereka. Dalam industri seni, kebebasan berekspresi adalah faktor utama dalam perkembangan sektor tersebut. Semoga sutradara Indonesia semakin banyak yang berani seperti mereka dalam mengangkat isu sosial dan politik sebagai bagian dari ekspresinya.

BACA JUGA Rekomendasi Film Korea Bergenre Komedi buat Hibur Hari Beratmu dan tulisan lainnya dari Raynal Arrung Bua.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2020 oleh

Tags: Film KoreaparasitePolitiksosial
Raynal Payuk

Raynal Payuk

Mantan Pers Kampus Dalam Pencarian Jati Diri dan Pekerjaan

ArtikelTerkait

4 Film Korea Bertema Perjalanan yang Terasa Kontemplatif terminal mojok.co

4 Film Korea Bertema Perjalanan yang Terasa Kontemplatif

1 Februari 2022
Menelusuri 5 Jenis Kaos yang Sering Dipakai Pakdhe-pakdhe ke Sawah terminal mojok.co

Bertemu Pekerja Sawah yang Mengira Survei Politik Bakal Membuatnya Dipenjara

20 November 2020
10 Film Korea Paling Buruk Sepanjang Masa Terminal Mojok

10 Film Korea Paling Buruk Sepanjang Masa

29 September 2022
surveyor politik pilkada pemilu mojok

Pengalaman Saya Jadi Surveyor Politik di Masa Pemilu yang Panas

10 November 2020
Suara Hati Penggemar Berat Nidji: Giring, Nge-band Lagi, dong

Suara Hati Penggemar Berat Nidji: Giring, Nge-band Lagi, dong

5 Maret 2023
Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya terminal mojok.co

Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya

22 Januari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa Mojok.co

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

11 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi
  • UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan
  • Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.