Belakangan ini di Terminal Mojok, banyak artikel rekomendasi makanan murah di beberapa kampus. Itu artinya, di kampus-kampus tersebut juga banyak makanan mahalnya. Bahkan, bisa jadi makanan mahalnya yang mendominasi? Kalau kamu kuliah di Unnes, nggak perlu ada rekomendasi makanan murah, karena semua makanan di Unnes terbilang murah.
Dulu sebelum saya kuliah, saya sempat mendengar kabar burung bahwa Unnes adalah kampus rakyat. Unnes kampus yang memihak rakyat kecil. Memfasilitasi mereka yang miskin, berprestasi, dan mau melanjutkan studi di perguruan tinggi. Biaya perkuliahannya juga murah. Makanya banyak orang miskin yang mempertaruhkan masa depannya di sana. Setidaknya anggapan itu berlaku sampai tahun 2015. Sependek yang saya tahu, setelahnya Unnes tumbuh dengan wajah yang berbeda.
Meskipun Unnes adalah kampus dengan mahasiswa bidikmisi terbanyak se-Indonesia, mahasiswa tajir melintirnya juga nggak kalah banyak. Apalagi mereka yang dari jalur seleksi mandiri. Bisa dipastikan mereka adalah makhluk dengan privilese yang nggak tahu menahu soal asam garam kehidupan. Kuliah di Unnes membuat mereka layaknya turun dari menara gading lalu berbaur dengan rakyat jelata.
Oleh karena “isu” ini masih sangat baru, hal ini belum begitu disadari oleh para pengusaha di situ. Banyak yang menjual makanan murah dengan maksud menyesuaikan kemampuan kantong mahasiswa. Atau boleh jadi makanan di Unnes murah karena sudah mengakar mekanisme pasarnya, jadi rasanya sulit untuk memulai dengan harga yang agak mahalan. Takut nggak laku. Kalaupun laku bakal sedikit, masih kalah sama mereka yang menjual dengan harga murah. Akhirnya banyak yang memilih berjualan dengan harga murah, tentu dengan kualitas makanan yang juga dibikin kualitas murah.
Nasi Padang misalnya. Dulu waktu saya masih di Tangerang Selatan, masuk warung Padang itu rasanya kayak keren banget. Yang datang kebanyakan orang-orang berseragam. Nah, saya yang orang pinggiran merasa dapat privilese ketika duduk di situ. Misal ada teman yang lewat, langsung saya sapa penuh bangga. Menyapa sekaligus memberitahu kalau saya lagi makan di tempat yang lumayan mewah, meskipun sendirian. Lha iya, wong waktu itu masih jomblo.
Tapi, di kampus Unnes, warung Padang mengalami distorsi kualitas. Jadi nggak ada kebanggaan sama sekali kalau makan di situ. Warung Padang di Unnes bisa diakses siapa saja, harganya murah.
Pertama mengetahui hal ini rasanya sudah kayak culture shock. Saya bakal berswafoto ria kalau lagi makan di warung Padang yang biasanya, lalu kirim ke gebetan saking bangganya. Tapi, sekarang sudah nggak bisa lagi karena gebetan saya tahu warung Padang di sini hampir sama dengan warung biasa lainnya. Bahkan, ada yang memakai aturan prasmanan dan harga tetap murah. Rp6.000 sudah bisa makan kenyang.
Kalau ngomongin nasi goreng, seperti yang saya bilang di awal. Misal nggak murah semua, minimal ada versi murahnya. Di kampus Unnes, hampir semua jenis nasi goreng ada. Sampai saat ini, masih nasi goreng Brebes yang jadi favorit saya. Harga rata-rata nasi goreng Brebes sekitar Rp8.000-10.000 per porsi. Ada yang lebih mahal, ada juga yang lebih murah. Yang paling murah harganya Rp6.000.
Lokasi nasi goreng paling murah ini berada di Banaran, dekat banget dengan gerbang utama Unnes. Kalau kamu dari arah Sampangan, kira-kira 50 meter sebelum gerbang utama Unnes. Namanya “Nasi Goreng Bu Tun”. Meskipun murah, porsi dan rasanya nggak terlalu mengecewakan. Rasanya lumayan enak, porsinya besar, lengkap dengan lalapan dan telur ceplok utuh di atasnya. Kalau di tempat lain harganya bisa Rp10.000. Anak-anak kelas proletar yang nggak mau modal biasa kencan di sini.
Oh, ya, ada ungkapan yang seolah sudah menjadi tradisi lisan, “Kamu belum Unnes, kalau belum pernah makan di Warung Bu Tun.”
Dua sampel saja saya kira cukup karena jenis makanan di Unnes lainnya pun murah-murah. Di mana-mana ada makanan murah. Jadi, buat kamu mahasiswa baru yang belum sempat pergi ke kampus karena pandemi atau kamu yang berminat kuliah di Unnes, nggak perlu khawatir soal harga makanan. Dibandingkan kampus sebelah, Unnes jauh lebih ramah kantong mahasiswa. Mari kuliah di Unnes! Eh.
BACA JUGA Membahagiakan Ibu dengan Menjadi Anak Manja dan tulisan Muhammad Rohman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.