Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Plastik Kresek Harus Dijual Mahal

Tappin Saragih oleh Tappin Saragih
22 Juli 2019
A A
sampah plastik

sampah plastik

Share on FacebookShare on Twitter

Gerakan peduli lingkungan—go green—sudah lama dibicarakan dalam dunia bisnis. Tahun 80an berkembang istilah triple bottom line  (3P) yakni people, planet, profit.  Bisnis diharapkan tidak hanya memikirkan keuntungan (profit) semata tapi juga harus peduli terhadap dua P lainnya. Seiring berjalannya waktu istilah sustainability ikut berkembang. Singkatnya, kita diajak peduli pada kehidupan secara menyeluruh demi keberlangsungan hidup bersama.

Kemudian, lambat laun di dalam bisnis maupun di dalam masyarakat berkembanglah sebuah gerakan nyata untuk merespon isu itu. Perusahaan misalnya mengadakan program CSR (corporate social responsibility)­­. Di masyarakat muncul gerakan peduli hewan terutama hewan langka. Ada pula gerakan peduli keragaman hayati—varietas tumbuhan. Semua hal yang merusak lingkungan seperti pertambangan, limbah perusahaan, pembalakan atau pembakaran hutan dan seterusnya mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan—pemerintah, NGO, media.

Salah satu persoalan yang sering menjadi pusat perhatian gerakan peduli lingkungan adalah masalah sampah. Bagaimana tidak? Di setiap negara, sampah—plastik, elektronik—mengalami penumpukan yang mengerikan setiap harinya. Sedangkan solusi terbaik untuk menanganinya belum ditemukan. Lalu laut pun menjadi salah satu korbannya. Sampah-sampah yang dibuang ke sungai akhirnya terbuang ke laut dan mengancam kehidupan laut. Karena itu, gerakan “kurangi pemakaian plastik” semakin lantang bergaung di mana-mana.

Jadi jangan heran, belakangan ini banyak negara terutama negara seperti Filippina, Malaysia dan Indonesia menunjukkan sikapnya dengan protes. Negera-negara itu mengembalikan sampah seperti plastik makanan dan minuman—sampah toxic—ke perusahaan asalnya seperti Unilever di Belanda. Negara seperti Indonesia dari dulu memang kerap kali menjadi tempat pembuangan sampah dari berbagai negara dunia maju. Jadi wajar kalau di Indonesia banyak bisnis barang second, atau awul-awul. (saya sendiri masih sering beli baju awul-awul , hehe)

Untuk mengatasi persoalan sampah ini secara khusus plastik, sebenarnya sudah ada beberapa aturan dan kebijakan dari pemerintah kita. Misalnya, plastik berbayar. Saya sendiri sudah mengalaminya berulang kali saat berbelanja ke supermarket atau minimarket seperti Superindo dan Indomaret. Tapi apakah cara itu sudah berbuah baik—berdampak signifikan?

Dari pengalaman dan pengamatan saya, kebijakan plastik berbayar itu belum bisa disebut berdampak signifikan. Meski berbayar, saya lihat orang-orang masih menggunakan plastik saat berbelanja. Saya sendiri misalnya saat berbelanja lebih sering malas bawa tas—tempat belanja. Selain itu, harga plastik yang harus saya bayar juga murah. Jadi ada semacam pikiran, “Ah, tiga ratus rupiah kok. Sepuluh plastik juga masih tiga ribu doang.” Nah, karena murah, saya merasa itu tidak masalah. Daripada repot bawa tas atau keranjang kan?

Dari pengalaman itu, saya yakin masih banyak orang yang berpikiran seperti saya. Warung-warung kecil atau pasar juga masih menyediakan plastik gratis sampai saat ini. Setiap kali saya ke pasar belanja kebutuhan sehari-hari—saya masak sendiri, plastik kresek belanjaan saya bisa mencapai empat atau lima. Yang lain—terutama keluarga—pasti menggunakan plastik kresek yang lebih banyak.

Lalu bagaimana? Menurut saya pribadi, kalau mau serius ya plastik yang dijual jangan murah tapi mahal sekalian.  Jangan nanggung. Misalnya, setiap penggunaan satu plastik kresek Rp 50.000. Saya yakin orang-orang takut kehilangan uangnya sehingga dari rumah mereka akan menyiapkan tempat belanja sendiri. Kalau cuma dua atau tiga ratus rupiah, itu malah percuma. Kalau dipikir-pikir, kebijakan itu malah menjebak—menguntungkan perusahaan.

Baca Juga:

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Ketika Ibu Rumah Tangga Bisa Membeli Rumah dari Mengumpulkan Sampah

Alternatif lain, menggunakan plastik yang ramah lingkungan. Walaupun dengan jujur saya sendiri sebenarnya masih ragu seperti apa bentuk plastik tersebut. Sejauh mana plastik tersebut ramah terhadap lingkungan. Jangan-jangan ‘ramah lingkungan’ hanya sekedar jargon marketing saja. Sebab selama ini, konsep go green atau ramah lingkungan sudah sering disalah-gunakan sebagai alat jualan semata. Ramah lingkungan hanya tempelan belaka sementara isinya tetap busuk.

Yang terakhir, edukasi masyarakat. Sebuah aturan atau kebijakan tidak akan berdampak  signifikan tanpa adanya kesadaran dari para konsumen. Karena itu, jadi sangat penting kalau masyarakat juga diberikan penyuluhan—edukasi. Semua elemen masyarakat harus saling bekerja sama. Pemerintah, perusahaan, aktivis—NGO, dan konsumen harus saling bahu membahu. Kalau tidak, sampah plastik akan terus menerus menjadi persoalan kita bersama hingga ke masa depan.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: buang sampah sembaranganimpor sampahkelestarian lingkunganSampahSampah Plastik
Tappin Saragih

Tappin Saragih

ArtikelTerkait

Taman Kali Tuntang Demak, Kali Bersejarah yang Jadi Taman Penuh Sampah

Taman Kali Tuntang Demak, Kali Bersejarah yang Jadi Taman Penuh Sampah

28 Juli 2024
Bakar Sampah Pagi-pagi Adalah Dosa Besar Terminal mojok

Bakar Sampah Pagi-pagi Adalah Kerjaan Manusia Jahat di Muka Bumi

19 Februari 2021
3 Alasan Kenapa Alun-alun Situbondo Nggak Ramah Buat Pengunjung, dari Masalah Sampah hingga Keamanan yang Dipertanyakan!

3 Alasan Alun-alun Situbondo Nggak Ramah Buat Pengunjung, dari Masalah Sampah hingga Keamanan yang Dipertanyakan!

23 Maret 2025
3 Privilese Warga Bantargebang yang Nggak Dimiliki Warga Daerah Lain

3 Privilese Warga Bantargebang yang Nggak Dimiliki Warga Daerah Lain

18 Agustus 2023
Kalau Recycle Sampah Dirasa Berat, Mari Mulai dengan Reduce dan Reuse

Kalau Recycle Sampah Dirasa Berat, Mari Mulai dengan Reduce dan Reuse

11 November 2019
promo

Diet Plastik Memang Baik, Tapi Godaan Promo GoFood dan GrabFood Susah Dilawan!

15 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Sate Klatak Pak Jupaini Jogja: Rasanya Nggak Kalah dengan Pak Bari dan Pak Pong, dan Amat Cocok untuk Pekerja Kantoran

Sate Klatak Pak Jupaini Jogja: Rasanya Nggak Kalah dengan Pak Bari dan Pak Pong, dan Amat Cocok untuk Pekerja Kantoran

6 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.