Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sebat

Tips Bergaul dengan Perokok walau Tidak Merokok

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
24 Juli 2020
A A
merokok cengkeh ingatan tentang nenek MOJOK.CO

merokok cengkeh ingatan tentang nenek MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Terkadang saya merasa jadi orang yang paling aneh ketika berada di tongkrongan. Pertama, gim yang dimainkan kawan saya kebanyakan MOBA, sedangkan saya adalah gim gacha. Kedua, sebagai satu-satunya orang yang suka dengan Persiba di tengah mereka yang menyukai PSS dan PSIM. Ketiga, sebagai pamungkas, menjadi orang yang tidak merokok di tengah mereka yang merokok.

Kata orang, menjadi orang yang tidak merokok adalah anugerah. Halah kopet jaran. Saya kasih tahu ya, nggak merokok itu nggak ada keren-kerennya blas. Tendensi saya nggak ngerokok itu hanya dua, nggak punya duit sisa uang jajan dan penyakitan. Kata hati pengen macak jadi Sartre, yang terjadi malah seperti mas-mas sakau yang sedang asik main catur di cakruk. Pethangak-pethunguk kayak wong bingung.

Sebenarnya jargon “berkawan dengan siapa saja” adalah hal yang lumrah di era neo-kontemporer ini. Namun, percaya nggak percaya, masih ada beberapa manusia yang menganggap “kawanmu itu menentukan masa depanmu”. Mungkin begini maksudnya; berkawan dengan orang yang sedang kepising, masa depanmu akan jadi ngisingan.

Namun ada juga seseorang yang kesulitan beradaptasi dalam keadaan seperti ini. Sebagai orang yang hampir tiap hari dipaksa merokok tapi bisa mengelak, berikut adalah kiat sukses dari saya, untuk kalian yang ingin bertahan di tengah belantara kawan-kawan perokok.

Pertama-tama ya jelas, pahami medan. Saya kasih contohnya. Di fakultas saya, sebal-sebul dan aturan itu sebuah kertas tipis yang bisa diajak kompromi. Dosen tetenguk di lantai dua, ngobrol sama mahasiswanya dan mereka sambil sebat. Pria wanita sama saja, semua melebur menjadi suatu kesatuan utuh. Asap rokok adalah kawan, join lencer sudah menjadi ritus khusus.

Ketika KKN, merokok jadi kunci. Tersebar teori bahwa yang nggak merokok itu biasanya nggak bisa srawung. Mereka hanya bolak-balik program, habis itu tidur di dalam kamar. Sedangkan yang merokok lebih luwes, bisa srawung sama siapa saja, bisa ngelinting sama ketua desa, hingga bisa ngobrolin tembakau dengan warga desa.

Dari dua kejadian, kita pahami bahwa bertahan dalam kondisi gabut adalah mendalami obrolan. Misal ngobrolin Mbak Yeyen, sebisa mungkin kamu simak, kalau sudah saatnya guyon, lepaskan saja. Yang jelas jangan menyela-nyela obrolan orang lain.

Kedua, biar nggak kelihatan gabut-gabut banget, alihkan dalam sebuah kegiatan. Tapi sebagai pengecualian, jangan main ponsel semisal obrolannya intim. Ketika saya KKN, dalam suasana rapat desa, ketika sebagian besar sedang asik ngelinting, coba kamu alihkan pada suatu hal yang ada di sana. Pas itu, saya sibuk ngelamuti gula aren karena kopi belum awoh dan teh lagi nggak usum.

Baca Juga:

Perokok di Toilet Umum Adalah Spesies yang Sama Busuknya dengan Mereka yang Merokok Sambil Berkendara

Tulungagung, Kota yang Siap Bersaing dan Menggeser Kudus sebagai Pemilik Takhta Kota Kretek

Cen kelihatannya wagu, tapi itu adalah bentuk penghargaan kepada penghuni rumah yang memberikan kita sajian unggulan. Kalau adanya kopi dan kamu punya penyakit maag, coba seruput dikit saja. Tapi lakukan itu ketika para kawanmu sedang sibuk ngelinting dan obrolannya bukan hal penting.

Kalau kasus saya, yang disajikan tuan rumah adalah mbako, gula aren, dan air putih. Ya sudah, salah satu saya santap saja. Lak yo nggak lucu kalau cuma nguyup air putih. Apa lagi ngelamuti mbako. Ngelothaki gula aren memang nggak keren, tapi upaya itu yang coba saya tekankan bahwa hidangan yang diberikan, saya nikmati dengan sempurna.

Ketiga, nggak usah anti-antian lah. Maksud saya, nggak merokok ya sudah nggak usah merokok, ketika ditawari ya tinggal menolak. Jangan jadi orang nggak asik macam itu tuh, yang mengharam-haramkan segalanya. Kalau pola pikirmu begitu, lama-lama lak yo bernapas itu hukumnya bakalan haram.

Rokok nggak akan membuat Anda cerdas meskipun sebagian besar para filsuf ditemani oleh rokok ketika membuat mahakaryanya. Ngerokok pun nggak membuatmu jadi bodoh. Semua itu salah dan nggak ada yang benar. Yang benar adalah menghapus pola pikir bahwa orang yang beda haluan dengan Anda, baik perokok maupun tidak, itu adalah menjijikan.

Jika kawanmu tidak ada yang menggeneralisasi seperti itu, syukurlah. Namun, di beberapa tempat, perbedaan mendasar seperti merokok dan nggak merokok saja bisa jadi perdebatan yang panjang. Aturan ada untuk ditegakkan walau beberapa karet juga. Menjalankan sembari melihat keadaan sekitar adalah pilihan yang utama.

Saya jadi teringat sebuah petuah dari filsuf asal Mongolia. Katanya, “nggak usah mikir kamu merokok apa nggak, asal pas jadwal ronda, kamu dateng”. Kebetulan filsuf itu namanya Pak RT.

Tapi patut disyukuri jika kawanmu itu rokokan. Aromanya masih bisa dihindari dengan menggunakan masker atau nabok cangkemnya. Dari pada berkawan dengan tipe manusia yang sulit untuk dinalar. Yakni tipe orang yang ngentutnya bau telur ceplok. Edan, nggak bisa dihindari pakai apapun, baunya langsung merangsak masuk ke dalam pertahanan hidung.

BACA JUGA Manchester United Layak Dibenci Karena Fans Mereka Seperti Anak Kecil dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 Januari 2022 oleh

Tags: PergaulanperokokRokok
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

bahasa indonesia

Ketika Menggunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar Malah Ditertawakan

3 Agustus 2019
4 Kesalahan Perokok Pemula yang Sering Dilakukan Terminal Mojok

4 Kesalahan Perokok Pemula yang Sering Dilakukan

9 Januari 2022
Alasan Saya Tak Mau Beli Korek di Alfamart

Alasan Saya Tak Mau Beli Korek di Alfamart

20 Februari 2023
Kasta Rokok di Jawa Timur, dari yang Populer Sampai yang Penting Pernah Nyoba

Perokok Nggak Modal, Hama Tembakau yang Harus Dibasmi

12 Maret 2023
Mempertanyakan Alasan Santri Suka Ngerokok dan Ngopi Terminal mojok

Mempertanyakan Alasan Santri Suka Ngerokok dan Ngopi

29 Januari 2021
nongkrong

Mau Nongkrong Takut Kere, Tak Ikut Nongkrong Malah Dighibahin, Tuman!

2 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.