Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Sinetron

Lorong Waktu Episode 13, Musim 1: Sesuatu yang Tidak Kita Sukai Bisa Jadi Hal Baik

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
8 Oktober 2020
A A
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Tadinya di awal Lorong Waktu episode 13, Haji Husin sempat ngambek. Tidak mau lagi ikut bertualang atau jalan-jalan bersama Zidan memasuki lorong waktu. Alasannya, Haji Husin merasa Ustad Addin sering nggak bener memilih tempat pendaratan. Kalau bukan tempatnya yang berbahaya, pasti posisinya yang nggak nyaman.

Tidak mau bertualang sendirian, Zidan pun berusaha membujuk Pak Haji. Ustad Addin juga tidak tinggal diam, dia berusaha meyakinkan Pak Haji bahwa perjalanan kali ini pendaratannya dijamin aman dan nyaman. Setelah berpikir sejenak, Pak Haji pun akhirnya setuju. Beliau kembali bertualang bersama Zidan.

Tempat yang mereka kunjungi kali ini adalah sebuah rumah yang penghuninya cuma ada dua. Ibu Heri dan anak gadisnya bernama Erna. Suaminya Bu Heri alias Pak Heri diceritakan lagi kerja di tempat jauh. Di pelosok gitu lah ceritanya. Selain tidak ada kabar, Pak Heri ini juga sudah dua bulan tidak mengirim uang. Itulah sebabnya Bu Heri merasa takut kalau-kalau ada penagih utang yang datang.

Nah, karena ketakutan itulah Bu Heri sengaja membuat suasana rumahnya seolah-olah sedang kosong alias tidak berpenghuni. Si Erna anaknya, bahkan untuk sekadar membuka gorden pun dilarang.

Dalam keadaan merasa ketakutan, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak bertubuh gendut, bertampang galak, dan bersuara besar. Kelak diketahui bahwa nama bapak-bapak itu adalah Ucok. Oleh Bu Heri dan Erna, Pak Ucok ini sempat disangka sebagai penagih utang. Berkali-kali Pak Ucok memberi salam dan menggoyang-goyangkan gembok pagar rumah, tetapi tidak direspons Erna dan mamanya.

Belum hilang ketakutan mereka atas kedatangan Pak Ucok yang masih terus memanggil dari luar, tiba-tiba dari arah kamar Erna terdengar suara orang asing yang disangka sebagai rampok. Suaranya Haji Husin dan Zidan, tentu saja. Perlahan, dengan membawa sebatang sapu, Erna dan mamanya berjalan mendekat ke arah sumber suara. Lalu, tepat ketika Haji Husin dan Zidan keluar dari kamar tersebut, Erna langsung mukulin Haji Husin pakai sapu—berkali-kali. Meski sudah dijelaskan oleh Zidan bahwa mereka bukan rampok, Erna dan mamanya tetap tidak percaya. Alhasil, mereka dikunci di dalam kamarnya Erna.

Sementara itu, karena merasa tidak ada respons, Pak Ucok memutuskan manjat pagar dan mengetuk pintu sambil memberi salam dengan suara besar. Pak Ucok yakin betul bahwa di dalam rumah tersebut memang ada penghuninya. Mengetahui Pak Ucok sudah semakin dekat, Erna dan mamanya merasa semakin ketakutan. Tidak tahu harus minta tolong kepada siapa, Erna dan mamanya akhirnya memilih minta tolong kepada Haji Husin.

Haji Husin pun akhirnya keluar dari kamarnya Erna lalu bersiap membuka pintu rumah. Sementara Haji Husin siap membuka pintu, di luar, Pak Ucok juga sudah siap untuk mendobrak pintu. Tepat ketika Haji Husin membuka pintu, dari arah luar, dengan kekuatan penuh, Pak Ucok yang siap mendobrak pintu, terlempar masuk ke dalam rumah. Kepalanya membentur pegangan kursi yang terbuat dari kayu. Akibatnya, kening Pak Ucok jadi terluka.

Baca Juga:

Menanti Crossover DMCU (Deddy Mizwar Cinematic Universe)

Lorong Waktu Episode 14, Musim 1: Jalan-jalan ke Masa Lalunya Aura

“Maafkan kami, Pak. Kami sangat ketakutan,” kata Bu Heri kepada Pak Ucok yang keningnya sudah diperban oleh Pak Haji.

“Soalnya kami pikir, Bapak adalah perampok. Hehehe. Soalnya…,” sambung Erna.

“… soalnya Om kasar sih pakai gedor-gedor pintu segala,” potong Zidan.

“Ah, itu sudah pembawaan saya. Mungkin karena saya kerja di hutan,” Pak Ucok menjelaskan.

“Ooo.” Erna dan mamanya manggut-manggut.

“Ngomong-ngomong, Pak, ente maksudnya ngapain kemari?” tanya Haji Husin.

“Eh, nama saya Ucok, Pak. Saya teman baik Pak Heri. Pak Heri tidak bisa pulang ke sini karena dalam beberapa bulan ini kerjaan di perusahaan kami sangat berat. Kami sedang membangun sebuah desa kecil yang terkena bencana alam dan lokasinya kebetulan sangat jauh dari segala-galanya, Pak. Jadi, Pak Heri tidak bisa pulang dan dia memberikan kuasa kepada saya untuk mengambil uang gajinya.”

“Ooo,” ucap Bu Heri.

“Ah, ini kebetulan saya pulang ke kota ini dan ini titipan dari Pak Heri, Bu.” Pak Ucok pun memberikan sebuah amplop kepada Erna.

“Ibu? Saya ini anaknya. Emangnya tampang saya tua apa? Heh,” Erna protes dengan suara kesal.

“Oh, maaf. Eh, Bu, ini titipan dari Pak Heri,” kata Pak Ucok lalu menyerahkan amplop tersebut kepada Bu Heri.

“Eh, terima kasih, Pak. Eee, tapi… tapi sebentar, Pak. Saya mau bicara, sebentar aja, Pak.” Bu Heri pun mengajak Pak Ucok sedikit menjauh dari ruang tamu.

“Saya mau tanya, Pak, bagaimana kabarnya Pak Heri?”

“Oh, alhamdulillah, Bu, baik-baik saja.”

“Begini, Pak. Eee, eee, aduh.”

“Saya bantuin ye? Saya bantuin ye?” Haji Husin menawarkan.

“He-eh, he-eh. Iya ya,” ucap Bu Heri sambil ngangguk-ngangguk.

“Eh, begini, Cok. Maksudnye Ibu Heri ini, di sane kan Pak Heri udah lama… ah, ape Pak Heri di sono udeh…. Maksudnya, begini, Cok. Maksudnye ape di sane, Pak Heri di tempat kerjanye di sono kan jauh dari mane-mane. Di sane kan lama. Nah, ape dia udeh….”

“Udah punya bini muda belom!” potong Zidan.

Mendengar ucapan Zidan, Bu Heri merasa lega, “Nah, itu tuh, Pak.”

“Oh, kalau soal itu, Ibu tidak usah khawatir. Pak Heri tetap mencintai Ibu dan dia tidak pernah terpikat dengan wanita-wanita lain.”

“Syukurlah kalau begitu. Alhamdulillah. Saya telah berburuk sangka, Pak, terhadap suami saya.”

“Hah, tapi tadi Ibu pun berburuk sangka sama saya. masa saya disangka perampok?” protes Pak Ucok.

Erna yang tadinya duduk di sofa, berdiri lalu meminta maaf kepada Pak Ucok, “Bang Ucok, atas nama keluarga Pak Heri, kami minta maaf yah, Pak.”

“Iya.”

“Alhamdulillah. Jadi udah beres. Kite di sini semua terhindar dari yang namenye buruk sangka. Nih, asal tahu aje….”

“Asal tahu aja, buruk sangka itu sudah menuju ke fitnah,” Zidan memotong ucapan Haji Husin.

Merasa kesal omongannya dipotong, Haji Husin pun ngomel-ngomel ke Zidan. Sementara mereka berdebat, Ustad Addin memulangkan mereka. Sesampainya di ruangan Ustad Addin, perdebatan itu masih berlangsung. Ustad Addin yang tampaknya mau mengingatkan bahwa sebentar lagi waktunya buka puasa, tidak diberi kesempatan untuk berbicara. Ustad addin akhirnya memilih meninggalkan ruangan lalu mengunci dari luar. Di dalam, Haji Husin dan Zidan berakting seolah-olah Zidan dipukulin Haji Husin. Namun, Ustad Addin tidak terkecoh sama sekali. Dia lebih memilih melakukan hal yang lebih penting, yaitu memukul beduk.

Sebagai penutup Lorong Waktu episode 13, ada pesan pada akhir tayangan yang bunyinya: “Mungkin engkau tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu.” Persis seperti yang dialami Bu Heri dan Errna yang sempat tidak menyukai kedatangan Pak Ucok, Haji Husin, dan Zidan. Padahal kedatangan mereka bermaksud baik.

Ikuti sinopsis Lorong Waktu musim 1 di sini serta tulisan Utamy Ningsih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: Lorong WaktuLorong Waktu Musim 1sinopsis sinetron
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 1, Musim 1: Berkenalan dengan Mesin Waktu Buatan Ustad Addin

9 September 2020
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 7, Musim 1: Penyebab Zidan Dewasa Jadi Bejat Terungkap

21 September 2020
sinopsis si doel anak sekolahan episode 1 musim 1 season 1 mandra mojok.co

Si Doel Anak Sekolahan Episode 1, Musim 1: Pengenalan Para Tokoh, dari Sudut Pandang Mandra

29 Mei 2020
serial tv

Mengenang Serial TV Ramadan: Lorong Waktu

13 Mei 2019
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 10, Musim 1: Cara Terbaik Melawan Lintah Darat

29 September 2020
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 9, Musim 1: Haji Husin dan Zidan Disandera Lintah Darat

28 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.