Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Terstruktur Sistematis Dan Masif : Ketika Musik Wakatobi Berjaya di Negerinya Sendiri

Taufik oleh Taufik
28 Juni 2019
A A
musik wakatobi

musik wakatobi

Share on FacebookShare on Twitter

Era keterbukaan informasi macam sekarang ini membuat semua hal seakan tidak ada kontrol dan aturan yang jelas. Pun dalam hal musik—bahwa beberapa waktu lalu sempat terjadi terjadi polemik dalam dunia permusikan terkait berbagai aturan, kita bisa memaklumi. Baik sebagian sebagai pencipta maupun sebagian yang lain sebagai pencintanya.

Tidak dinyana jika musik juga merambah ke pelosok akibat berkembangnya zaman pada era ini. Saya tidak memungikiri ada sebagian kecil orang di desa saya akhirnya mengenal dan bahkan menyukai musik khas korea—Kpop. Ada yang terpapar music dengan aliran koplo panturaan, music melayu khas grup band Malaysia dan banyak aliran lainnya. Saya sendiri salah seorang penikmat musik dengan berbagai genre. Salah satu yang paling sering saya dengarkan adalah musik indie lokal, atau mungkin sebagian mengenalnya dengan sebutan folk.

Dari sedikit penjelasan di atas, ada satu hal yang tidak bisa diganggu gugat dan menjadi template khusus orang-orang di desaku, atau mungkin juga seluruh masyarakat Kabupaten Wakatobi. Bahwa orang-orang seperti saya yang menyukai musik indie atau teman-teman saya yang menyukai KPop dan aliran lainnya yang kami bawa dari luar tidak bisa mempengaruhi musik khas Wakatobians. Aliran musik yang sudah terbentuk sejak dahulu kala. Sebuah perpaduan antara alunan musik dangdut lawas dan sedikit modifikasi khas zaman sekarang serta lirik yang Wakatobi banget. Masih harus di tambah dengan logat Sulawesi yang tidak kalah khasnya.

Musik yang tren dari sejak tahun 80an ini menjadi ciri yang tidak bisa kami atur dan ganti. Perkembangannya juga benar-benar tidak ada yang dapat mengontrolnya. Hampir merata di seantero Wakatobi. Soal penggemar? Mungkin hanya saya yang bukan fans garis keras. Semua orang di desa saya bahkan di seluruh pelosok Wakatobi adalah die hard musik ini. Ibarat koplo untuk orang-orang pantura, musik ini tidak terganti oleh jenis apapun. Musik khas Wakatobi untuk seluruh umat di Wakatobi—tidak ada yang lain.

Walau pada suatu titik, saya juga kesal karena musik yang menurut saya baik atau paling tidak, enak di dengar, tidak pernah dianggap di tempat ini. Di sisi lain, saya tidak heran dan tidak akan pernah takut dengan budaya ini. Bahwa walau penikmatnya hanya masyarakat Wakatob—tapi budaya ini, paling tidak untuk beberapa puluh tahun ke depan akan tetap terjaga. Semua orang bersepakat secara tidak tertulis bahwa budaya ini harus lestari.

Ada juga suatu budaya yang saya rasa akan menambah semakin lestarinya budaya musik Wakatobi adalah acara joget khas Wakatobi. Sebuah tradisi sebagai paduan antara joget dan lagu khas Wakatobi. Bahwa dua hal ini ibarat sejoli yang tak terpisah. Setiap acara kondangan atau acara apapun yang punya acara tambahan macam joget Wakatobians ini, maka keduanya kembali menjadi pengingat masyarakat bahwa disini, kedua budaya ini masih eksis dan terkampanye secara terstruktur sistematis dan massif.

Ini memang bukan semacam kampanye khas salah satu calon presiden beberapa waktu lalu. Tapi memang begitu keadaannya. Terstruktur, karena dari anak SD sudah tahu dan mendendangkan musik ini. Lalu pada level diatasnya, di atasnya, di atasnya lagi. Tidak heran dulu kepala sekolah saya pernah berkelakar, “mungkin suatu waktu nanti orang mati akan disetelkan musik dangdut alih-alih bacaan Alquran saking sakralnya musik dangdut Wakatobians ini dibanding kitab suci.”

Sistematis, karena budaya semacam ini sudah mengakar dalam diri setiap orang Wakatobi. Sekali mendengarkan musik ini, semua akan berkumpul, menghayati dan pada akhirnya mengamalkan dalam bentuk joget. Pernah pada suatu tempat di Pulau Jawa, saya mengetahui orang sesama Wakatobi hanya dari alunan musik khas Wakatobi ini.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Massif, walau sebenarnya jika ditelisik secara detail masih adanya satu atau dua orang yang kurang suka dengan musik macam ini, tapi bisa dipastikan 98% masyarakat Wakatobi adalah die hard musik ini. Bahkan jika ada sebuah kontes banyak-banyakan jumlah lagu di playlist, musik jenis ini akan ada di urutan paling atas playlist semua orang dengan persentase diatas 80%.

Semua yang berkunjung ke daerah ini, bahkan dari orang yang bukan asli sini sekalipun, pada akhirnya akan minimal menjadi penikmat musik Wakatobi. Karena asupan musik ini yang sudah macam kampanye caleg dan capres pada masa kampanye. Penolakan terhadap musik ini juga benar-benar nihil bahkan tidak ada karena budaya yang sudah mengakar tadi.

Ibarat kata, masuk Wakatobi, maka tanggalkan musikmu karena kamu tidak akan butuh itu. Masyarakat disini akan menyuguhimu dengan musik jenis baru khas Wakatobi.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2022 oleh

Tags: IndonesiaKearifan Lokalkekayaan budaya indonesiamusik wakatobi
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

Perbedaan Starbucks di Jepang dan Indonesia Terminal Mojok

Perbedaan Starbucks di Jepang dan Indonesia

17 Mei 2022
dangdut

Tolong Dimengerti Bahwa Tidak Semua Orang Indonesia Suka Dangdut

24 Juni 2019
Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria Terminal Mojok

Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria

10 Desember 2022
merah putih

Merah Putih Tetap Berkibar di Papua

2 September 2019
4 Hal yang Saya Rasakan Saat Tinggal di Pulau Terluar Indonesia Terminal Mojok

4 Hal yang Saya Rasakan Saat Tinggal di Pulau Terluar Indonesia

2 Juni 2022
11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda Mojok.co

11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda

20 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.