Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Nasib Menjadi Anak Bungsu: Dari Disayang Sampai Dengan Menjadi Pesuruh

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
26 Juni 2019
A A
anak bungsu

anak bungsu

Share on FacebookShare on Twitter

Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ada yang mengenal dengan istilah anak bontot—lebih familiar dengan sebutan anak bungsu asal bukan anak bawang. Mitosnya, anak bungsu dikenal sebagai sosok yang manja dan saya menjadi salah satu dari sekian banyak anak bungsu yang belum bisa mematahkan mitos tersebut. Yasudah lah, terima saja jika kami memang begini adanya. Toh, biasanya anak yang manja itu menggemaskan.

Bukan tanpa alasan, sebagai anak yang paling terakhir dilahirkan pastinya memiliki kakak yang lahir lebih dulu—entah berapa pun perbedaan usianya—dan sudah sewajarnya jika kemudian sang kakak menyayangi, mengayomi, juga melindungi adiknya. Dari situ, perlahan hubungan batin dan rasa sayang dalam artian satu keluarga terbentuk. Begitu kira-kira.

Sudah 25 tahun lebih saya menjadi adik profesional bagi seorang kakak. Dari mulai disayang, dimanja, sampai dengan ditraktir menjadi hal yang biasa dirasakan juga diterima. Apalagi jika jatah uang jajan habis, biasanya saya akan langsung minta tambahan ke kakak dan biasanya akan selalu diberi tanpa ada embel-embel lain.

Belum lagi jika sedang ada masalah dengan teman, saya selalu dibela lebih dahulu—paling tidak di depan teman-teman—jika setelahnya terbukti saya yang salah tetap akan kena tegur juga, sih. Walau tidak selalu menjadi teman curhat yang baik paling tidak kakak menjadi pendengar yang baik bagi adik bungsunya.

Jika sedang merasa bosan di rumah, tak jarang sebagai anak bungsu saya sering diajak jalan-jalan berdua. Bahkan saking asiknya berinteraksi sambil bercanda, orang lain melihat kami seperti pasangan yang sedang berpacaran karena terlihat sangat kompak dan terbilang serasi. Meski traktiran tidak selalu yang mahal, tapi cukup membuat mood—yang sebelumnya merasa bosan—kembali membaik.

Jika satu sekolah pun—khususnya sewaktu SD—terasa menyenangkan karena tidak ada teman yang berani usil. Siapa berani, pasti akan langsung dicari oleh kakak saya. Pada masa itu, saya merasa aman karena selalu dilindungi. Karena hidup harus seimbang, tentunya selain ada hal menyenangkan—menjadi anak bungsu—ada juga hal yang kurang mengenakan.

Dimulai dari menjadi seorang pesuruh. Belum tahu siapa yang memulai, tapi dari dahulu sebelum senioritas ada di lingkungan pendidikan, siapa sangka justru semuanya berawal dari rumah saat beberapa kakak dengan alasan mager—dan itu-itu saja—dengan gampangnya menyuruh seorang adik untuk banyak hal, beli sesuatu di warung, menyapu, cuci baju, dan masih banyak lagi. Padahal, yang diminta tolong sang kakak.

Lalu dengan mudahnya berkata, “tapi kamu kan anak paling terakhir, kamu nurut dong sama yang lebih tua”. Dalam posisi terdesak seperti itu—sebagai anak bungsu—saya selalu berpikir kalau bisa memilih lahir lebih dulu sebagai seorang kakak dan bisa menyuruh sesukanya, ya saya juga mau. Walau sewaktu dalam situasi tersebut, jurus andalan kami para anak bungsu adalah merengek dan lapor pada Ibu sampai akhirnya para Kakak lah yang kena imbasnya—dimarahi.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

Sebab itu, wajar jika banyak para kakak yang iri terhadap adik-adiknya—terutama yang bungsu—karena seringkali mendapat pembelaan dari orang tua meski yang salah adalah adiknya. Dengan bermodalkan ucapan “adikmu kan masih kecil—ngalah dong—Kak”, sang kakak langsung tak berkutik.

Sebelum dibanding-bandingkan dengan anak-anak lain di luar sana, sudah menjadi keresahan tersendiri bagi anak bungsu dibandingkan dengan para kakaknya, apalagi jika sang kakak memiliki banyak keunggulan dari segi akademik atau bagaimana mereka dengan rajinnya membantu orang tua tanpa diminta.

Maka tak jarang pula anak bungsu terkadang mendapat celotehan yang kurang mengenakan seperti “kok kamu ngga seperti kakakmu, sih? Dia rajin dan IPK-nya tinggi, lho”. Seringkali mental saya turun saat dihadapkan dengan situasi demikian, rasanya dibandingkan itu selalu tidak menyenangkan—bahkan dengan saudara kandung sendiri.

Namun, itu semua sudah terjadi dan menjadi kenangan juga bahan cerita tersendiri bagi kami—saya dan Kakak—yang sudah sama-sama beranjak dewasa. Dan untuk para anak bungsu siapa pun dan di mana pun berada bersabarlah, tidak ada menang atau kalah dalam gambaran situasi seperti yang diceritakan. Kelak yang tersisa hanyalah keceriaan dari para saudara kandung di rumah dan berpotensi dirindukan oleh para orang tua ketika kita semua sudah menjalani hidup masing-masing.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2022 oleh

Tags: Anakanak bungsuCurhatKeluargamasa kecil
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis Kenapa Sih Orang Suka Berkomentar dan Terbawa Suasana Pas Nonton Sinetron?

Kenapa Sih Orang Suka Berkomentar dan Terbawa Suasana Pas Nonton Sinetron?

4 November 2019
Alasan Banyak Nama Anak Zaman Sekarang Semakin Rumit Mojok.co

Alasan Banyak Nama Anak Zaman Sekarang Semakin Rumit

21 Januari 2025
pasal

Menghakimi Status di Instastory: Pasal Mana Pasal?

19 September 2019
jajanan jaman dulu es mony es wawan es krim viennetta es potong es goyang mojok.co

Lupakan Viennetta, Jajanan Jaman Dulu Juga tentang Es Mony dan 6 Es Lainnya

9 April 2020
mboncengin

Rasanya Ketika Mboncengin Orang Pakai Motor

2 Agustus 2019
takmir kampus

Tugas Takmir Kampus yang Jarang Diketahui Orang

6 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.