Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Mendengarkan Didi Kempot, Mengulang Masa Lalu

Allan Maullana oleh Allan Maullana
5 Mei 2020
A A
5 Lagu Sunda yang Maknanya Nggak Kalah sama 'Cidro' dan 'Sewu Kutho' terminal mojok.co didi kempot campursari sunda keroncong sunda

5 Lagu Sunda yang Maknanya Nggak Kalah sama 'Cidro' dan 'Sewu Kutho' terminal mojok.co didi kempot campursari sunda keroncong sunda

Share on FacebookShare on Twitter

Penyanyi campursari Surakarta Didi Kempot meninggal dunia pagi ini, 5 Mei 2020, pukul 7.45 di Solo karena henti jantung. Keluarga besar Mojok.co turut berduka cita. Semoga arwah Almarhum diterima di sisi Allah Swt. dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. Selamat jalan, Lord Didi!

Didi Kempot, pertama kali saya mendengar nama itu belasan tahun silam. Ketika saya duduk di bangku kelas 5 SD. Saya masih ingat beberapa lagu yang familier di telinga saya, meskipun sudah pasti saya tidak hafal liriknya. Untuk memperkuat ingatan itu, sambil bekerja pagi ini, saya menyetel lagu-lagunya.

Entah mengapa, tanpa Pak Haji, tanpa Zidan, dan tanpa menekan tombol enter, gerbang lorong waktu terbuka begitu saja. Kenangan saya tersedot masuk. Ingatan saya mendarat pada masa lalu. Masa-masa di mana Bapak sering sekali mendengarkan lagunya di akhir pekan.

Dari mana datangnya cinta kalau bukan dari mata lalu turun ke hati. Dari mana saya mendengar nama Didi Kempot, kalau bukan dari bapak saya sendiri.

Tujuh belas tahun yang lalu, di hari Minggu, Bapak dan saya berboncengan naik motor ke Pasar Babelan, Bekasi Utara. Niatnya mau potong rambut di pangkas rambut si Uda, begitulah kami menyebut lokasi itu. Ancer-ancernya kurang lebih dekat masjid Jami Nurul Khoir Babelan.

Selesai memangkas rambut, tanpa direncanakan, kami mampir di sebuah toko CD dan kaset-kaset pita yang melapak di emperan toko elektronik persis di samping gang masjid itu. Saya memilih CD Sheila On 7 dan bapak memilih CD Didi Kempot. CD-CD itu bajakan.

CD Sheila On 7 pilihan saya dites lebih dulu. Setelah itu CD Didi Kempot pilihan Bapak dites. Dua-tiga lagu dimainkan, jari-jemari bapak mulai berayun mengikuti irama musik. Tidak sampai satu lagu selesai, ketika dirasa CD-nya sudah oke tanpa ada macet, CD pun dibungkus. Kemudian kami pulang.

Sampai di rumah, Bapak langsung menyetel CD Didi Kempot itu. Seketika Bapak ikut berdendang. Dengan lirik-lirik lagu yang berbahasa Jawa, bapak fasih sekali menyanyikannya. Sesekali Bapak lupa lirik sehingga ia hanya bersenandung, “Nana… na… nana….”

Baca Juga:

Cidro 2 Adalah Lagu Jawa Terbaik, yang Lain Minggir Dulu

4 Musisi Jawa Legendaris yang Nggak Kalah Keren dari Didi Kempot

Lagu-lagu Didi Kempot masih terus melantun dari ponsel saya ini. Dari satu lagu ke lagu lainnya, fragmen demi fragmen ingatan saya tentang Bapak dan lagu-lagu Didi Kempot semakin jelas teringat.

Saya masih ingat banget, waktu itu saya sambil sembunyi mengintip Bapak yang sedang duduk di balai bambu. Mata Bapak menatap langit yang mendung kelabu. Dengan penghayatannya, ia bernyanyi, “Janji lungo mung sedelo. Jare sewulan ra ono. Pamitmu naliko semono….” Lagu Stasiun Balapan sedang berdendang.

Di lain waktu, di hari yang berbeda, dan di akhir pekan yang berbeda pula, saya baru aja selesai maraton kartun yang disiarkan di TV. Dari Minggu pagi sampai siang. Terus Bapak bilang, “Nak, tivinya Bapak matiin ya. Kita Didi Kempotan.”

CD player sudah hidup. Satu lagu siap dimulai, saya diberi remot oleh bapak. Katanya, lagu pertama boleh saya yang milih. Entah alasannya apa. Saya memegang remot sambil melihat cover CD Didi Kempot, langsung saja saya pencet remot sesuai dengan nomor yang tertera di daftar lagu. Saya lupa nomornya keberapa. Tapi saya masih ingat lagunya. Kemudian kami bernyanyi bersama dengan gembira, “Kucoba, coba melempar manggis. Manggis kulempar, mangga kudapat….”

Salah satu penampilan langsung Didi Kempot terbaik di acara yang diselenggarakan SMA N 1 Wonosari, Gunungkidul, DIY.

Kalau denger lagu Klengkeng Bandungan. Wah, saya suka tersenyum-senyum kecil. Soalnnya, bapak pernah keselek jengkol goreng saat menyanyikan lagu itu sambal makan. Siang itu, emak saya udah selesai masak. Kami langsung makan siang. Makanan segera disediakan di depan tivi. Makan dengan cara lesehan.

Ada pete, lalapan, ada capcai, ada jengkol goreng, tempe goreng, dan ada sambal juga. Satu suapan ke mulut Bapak masih aman. Dua suapan, tiga, empat, lima, masih aman. Satu suapan dan seterusnya ke mulut saya pun masih aman. Sampai tiba Bapak makan sambil nyanyi, “Sakjane pengen jajan. Neng sanguku pas-pasan.”

Saya menyahut, “Klomat-klamit, koyok wong nyidam.”

Ibarat duet maut dalam satu panggung yang megah, Bapak langsung menyambar lirik berikutnya, “Klengkenge bunder-bunder. Disawang pancen seger. Sopo wonge ora kemecer….”

Belum sampai saya menyambut lirik yang dilempar oleh Bapak, ia malah keselek jengkol. Batuk sejadi-jadinya. Awalnya Emak biasa saja, tapi batuknya nggak kelar-kelar. Akhirnya Emak panik. Emak menyodorkan segelas air minum buat Bapak sambil bilang, “Ehm. Ehm. Rasain. Rasain, Lu, aki-aki. Makanya makan jangan sambil nyanyi.”

Mendengar Emak mengoceh-oceh, melihat Bapak tersedak nggak berhenti-henti, saya malah ketawa geli banget. Ketawa sejadi-jadinya. Eh, dasar apes, saya juga malah ikutan tersedak. Emak malah tambah mengoceh sambil menyodorkan air minum buat saya.

“Ini buruan, minum!”

Eh, eh, eh, Bapak yang sudah sembuh lebih dulu dari keseleknya malah gantian menertawai saya sambil bilang, “Rasain. Rasain. Kualat! Orang tua diketawain. Hahaha.”

Hedeh.

Sekarang-sekrang ini, saya mendengar kembali nama Didi Kempot. Bahkan sudah banyak artikel yang menuliskan tentang Didi Kempot. Popularitasnya sedang naik lagi di puncak. Lagu-lagunya naik daun kembali. Sampai-sampai julukan “Godfather of the Broken Heart” menempel pada Didi Kempot.

Bukan cuma sobat ambyar kekinian, bapak saya juga mengenal Didi Kempot demikian.

Bagi Bapak, setiap lagu Didi Kempot yang dinyanyikan merupakan perwakilan atas perasaan atau pengalaman hidupnya. Terlepas dari lagu Didi Kempot adalah lagu-lagu patah hati, bagi saya, mendengar lagu-lagu Didi Kempot malah menggugah rasa kerinduan saya terhadap Bapak.

Lebih dari itu, kenangan masa kecil bersama Bapak yang saat itu terasa biasa-biasa saja, kini malah terasa begitu indah dan menjadi sebuah momen yang nggak akan pernah terulang lagi. Lagu-lagu Didi Kempot memang penuh kenangan. Setiap orang punya cerita dan kenangannya masing-masing. Inilah cerita sekaligus kenangan dari lagu-lagu Didi Kempot yang saya miliki.

Pagi ini saya menelepon Bapak mengabarkan kepergian penyanyi kecintaannya. “Pak e… Didi Kempot meninggal dunia.”

Bapak saya kaget. “Innalilahi wa innaillahi rojiun….” Suaranya terdengar lemas.

“Sugeng tindak, Mas Didi….”

BACA JUGA Puja-Puji Untuk Lord Didi Kempot, Bapak Patah Hati Nasional dan tulisan Allan Maullana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 Januari 2022 oleh

Tags: Bapakcampursarididi kempot
Allan Maullana

Allan Maullana

Suka terbangun pada pukul 04.12 AM

ArtikelTerkait

hari tua bapak

Menikmati Hari Tua Seperti Bapak

18 Juni 2019
Antiklimaks Film 'Sobat Ambyar', FTV yang Dibungkus Rasa Ambyar terminal mojok.co

Antiklimaks Film ‘Sobat Ambyar’, FTV yang Dibungkus Rasa Ambyar

27 Januari 2021
Soal Selera Musik, Kita Adalah Korban Dikotomi Media

Soal Selera Musik, Kita Adalah Korban Dikotomi Media

27 Februari 2020
mas didi kempot

Dari Istana Negara Hingga Senayan: Mas Didi Kempot, Tolong Buat Lagu dari Tempat-Tempat Ini, Dong!

10 Oktober 2019
lirik kuncung didi kempot masa kecil anak jawa miskin desa mojok

Kuncung, Lagu Didi Kempot yang Mendeskripsikan Kemiskinan dengan Begitu Mewah

7 Mei 2020
6 Momen Kampret Akibat Ejekan Nama Bapak (Unsplash)

Ejekan Nama Bapak yang Menciptakan 6 Momen Menyebalkan

25 Desember 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.