Ramadan selalu identik dengan makanan dan minuman yang khas. Kapan lagi di pinggir jalan saat sore hari kalian bisa menemukan penjual makanan dan minuman yang bermacam-macam. Jalanan pun tidak hanya diramaikan oleh masyarakat muslim saja. Tidak jarang mereka yang non-muslim juga ikut meramaikan suasana ngabuburit. Ada yang sibuk bertransaksi jual-beli menu berbuka, ada juga yang cuma pengin keluar rumah untuk ngabuburit dan mencari keramaian semata.
Dengan keadaan perut kosong, orang rela muter-muter buat cari makanan favorit yang akan disantap saat berbuka. Pilihan makanan dan minuman yang manis-manis, biasanya tetap menjadi idola. Ingat ya, Gaes, berbuka sama yang manis, jangan sama yang sering bikin nangis. Wkwkwk.
Berbuka dengan yang manis itu baik. Pasalnya, selama seharian berpuasa, kadar gula darah kita turun. Sehingga, untuk mengembalikan gula darah yang ada di dalam tubuh kita untuk jadi normal kembali, dibutuhkan makanan atau minuman yang manis. Memang, Rasulullah SAW menganjurkan berbuka dengan kurma. Namun, tanah air kita sangat jauh dari wilayah tumbuh suburnya pohon kurma ini. Kalaupun ingin mengonsumsi kurma impor, harganya ya lumayan juga.
Akhirnya, kurma ini sering kali diganti dengan minuman-minuman manis. Kenapa harus minuman? Pasalnya, orang Indonesia belum disebut sudah makan kalau belum makan nasi. Bukankah begitu? Dan salah satu minuman manis yang jadi idola adalah kolak.
Siapa sih, di sini yang nggak tahu sang hidangan legendaris kolak? Kok ya, kebangetan kalau nggak tahu. Saya yakin, kayaknya dari anak sultan sampai rakyat-rakyat terpinggirkan, tahu apa itu kolak.
Kolak memang biasanya tidak dijadikan santapan utama untuk berbuka puasa. Ia sering kali jadi hidangan pelengkap dan bisa diisi beraneka macam tergantung selera. Ada kolang-kolang, pisang, ubi, ada juga yang ditambahin kurma atau durian. Kuah kolak ini bisa dihidangkan dingin atau hangat, dan dua-duanya sama-sama enak! Namun, kuah kolak ini sungguh berbahaya. Ia bisa menjebak kita yang pengin langsung glek-glek gitu aja. Padahal, begitu kuahnya habis, makan isi kolaknya jadi nggak begitu nikmat.
Ada saran sih, dari saya. Alangkah baik dan lebih nikmatnya, kalau makan kolak itu barengan. Jadi, nikmatnya bisa bareng dan nggak habis duluan di salah satunya.
Namun, kenapa minuman yang identik dengan buka puasa di Indonesia itu kolak? Padahal masih banyak minuman-minuman lain, seperti es kelapa muda, es cincau, es cendol dawet. Iya nggak, sih? Meskipun semua minuman pelengkap buka puasa itu juga tersedia berjejer bersama kolak, tapi tetap saja yang dianggap legendaris kok ya kolak?
Oh ya, salah satu cara mengonsumsi kolak dengan lebih nikmat lagi, si kolak yang kita beli sore saat ngabuburit, kita simpan dulu di kulkas. Lalu, ia disantap setelah salat Tarawih bukan saat berbuka puasa. Percayalah, setelah salat ber-ber rakaat itu dan langsung menyantap es kolak, beuh! Rasanya bakal lebih terasa mantapnya!
BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.