Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tak Melulu Santet, Banyuwangi Juga Gudang Musisi

Fareh Hariyanto oleh Fareh Hariyanto
21 April 2020
A A
Tak Melulu Santet, Banyuwangi Juga Gudang Musisi, SBY atau Wiranto
Share on FacebookShare on Twitter

“Sing ono hang biso ngalangi niat iki
Masio tah samudro sun arungi
Sing ono hang biso mbatesi welas iki
Masio ilang nyowo sun belani
Paran baen sun lakoni kanggo riko”

Salah satu komposisi lagu karya Demy Hardi sineas Banyuwangi yang mungkin bakal asing di telinga para penikmat senja kopi. Namun tunggu dulu, ini tentu tidak berlaku bagi pasukan cendol dawet garis lentur. Bahkan saking tenarnya lagu-lagu Banyuwangi di kancah percendol dawetan dalam dan luar negeri, membuat nama penyanyinya kian tersohor. Saking moncernya, baru tiga tahun tinggal di Banyuwangi beberapa kawan yang ada di Semarang mulai kepo dengan segudang pertanyaan seputar lagu dan penyanyi Banyuwangi, terutama yang cewe kinyiss kinyis. Plak.

Ya, tetep saya jawab sekenanya aja, lha wong saya malah nggak memahami pergadisan penyanyi Blambangan masa kini. Padahal, sama-sama satu kabupaten tetep saja saya kenal lagunya ya dari YouTube juga. Paling mentok, tahu lirik karena sering denger tetangga setel lagunya.

Orang asli Banyuwangi biasa menyebutnya dengan lagu kendang kempul. Ya, kayak penyebutan campursari kalau di Jawa. Bedanya, bahasa yang digunakan kendang kempul itu bahasa Osing, bahasa asli Suku Osing Banyuwangi.

Kalau dibandingin Semarang, sineas Banyuwangi itu memang lebih tokcer dan tahan banting, Bro. Mulai era Fitri Karlina sampai sekarang ada Syahiba Saufa, semua dimulai dari akar rumput. Pernah ngarit suket paling biyen. Eh.

Tambah beruntungnya, industri musik di Banyuwangi memang sudah terbentuk ekosistemnya. Dimulai dari nol pokoknya. Sebut saja label-label rekaman lokal yang bejibun. Sampai ajang-ajang pencarian bakat lokal yang hadiahnya adalah dibuatkan album sendiri. Biuuuh, dahsyat bikin ngiler, kan? Tapi, iku yen menang.

Tidak hanya itu saja, membahas soal musisi Banyuwangi tentu tak lengkap rasanya kalau nggak membahas sejarahnya. Kalau sekarang ini lagu-lagu Osing Banyuwangi cenderung didominasi sama aliran cendol dawet, tentu tidak pada masa lampau. Nah, saya cerita sedikit ini, ya. Soal sejarahnya, lagu Osing dari musisi Banyuwangi sempat mengalami masa keemasannya saat pra kemerdekaan. Coba perhatikan lirik lagu berikut,

”Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih
Genjer-genjer saiki wis digawa mulih”

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Pesanggaran, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Banyuwangi

Gimana-gimana? Sudah mulai ingat sesuatu sama lagu itu? Tapi tunggu dulu, jangan langsung berpikiran negatif. Sebenarnya, lagu itu bagus. Kalau kalian tahu isinya, ya memang pada masa itu apa yang dirasakan warga Banyuwangi terpatri dalam lagu tersebut.

Penciptanya adalah seniman berbakat Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1943 untuk menyindir kondisi di masa penjajahan Jepang. Lagu ini tambah kesohor ketika dinyanyikan ulang oleh Bing Slamet dan juga Lilis Suryani pada tahun 1962. Pada masa pemerintahan Soekarno, banyak musisi yang meyanyikannya di istana. Kepopuleran lagu inilah yang lantas dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk menggunakannya dalam setiap kampanyenya waktu itu.

Nuran Wibisono dalam tulisannya berjudul, “Genjer-Genjer” yang Terus Ditakuti, menyajikan data yang memilukan hati, berulam jantung. Bagaimana tidak? Propaganda terhadap lagu Genjer-Genjer semakin ketara karena film Pengkhianatan G30SPKI pada masa Orde Baru. Lagu itu kemudian menjadi sinonim PKI dan karenanya dibenci sekaligus ditakuti.

Memang terbukti bukan? Hingga kini, kegiatan yang berhubungan dengan lagu Genjer-Genjer dianggap makar. Namun, itu belum seberapa. Saya yang tinggal di Banyuwangi tiga tahun sudah kenyang tiap hari makan jangan PKI (sayur genjer). Lha gimana nggak kenyang? Nggak cuma lagunya yang dicap kiri, sampai makanan jangan genjer juga kena imbasnya. Tiap Bu Lek saya masak jangan genjer, Pak Lek selalu nyeletuk, “Jangan PKI meneh~” (Sayur PKI lagi~).

BACA JUGA Santet Banyuwangi Ternyata Kalah sama Pesona Bupati dan tulisan Fareh Hariyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 April 2020 oleh

Tags: Banyuwangigenjer-genjermusisisantet
Fareh Hariyanto

Fareh Hariyanto

Perantauan Tinggal di Banyuwangi

ArtikelTerkait

Bus DAMRI Rute Jember-Ijen Menyelamatkan Pariwisata Bondowoso dari Klaim Sepihak Kawah Ijen Banyuwangi

Bus DAMRI Rute Jember-Ijen Menyelamatkan Pariwisata Bondowoso dari Klaim Sepihak Kawah Ijen Banyuwangi

11 September 2025
Banyuwangi Nggak Butuh Mall, 4 Swalayan Ini Sudah Cukup Jadi Solusi Belanja Hemat untuk Gaji UMR Banyuwangi

Banyuwangi Nggak Butuh Mall, 4 Swalayan Ini Sudah Cukup Jadi Solusi Belanja Hemat untuk Gaji UMR Banyuwangi

20 Maret 2025
pelet ilmu hitam indonesia santet mojok

Indonesia Bukannya Nggak Mau, Tapi Memang Nggak Bisa Pakai Santet untuk Melawan Belanda

29 Juli 2020
Mr. Gary dan istri (Foto milik Fareh Hariyanto).

Surga Dunia Banyuwangi Bikin Bule Betah dan Pengin Jadi WNI

14 November 2022
Biro Jasa Pajak Kendaraan, Bukti Jika Mengurus Administrasi di Indonesia Itu Baru Lancar kalau Punya Duit dan Orang Dalam

4 Hal yang Bisa Ditarik Pajak selain Kantin Sekolah, kalau Mau Gila, Sekalian!

24 November 2024
KA Pandanwangi, Penyelamat Mahasiswa Banyuwangi yang Kuliah di Jember

KA Pandanwangi, Penyelamat Mahasiswa Banyuwangi yang Kuliah di Jember

23 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert
  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Eksan dan Perjuangan Menghidupkan Kembali Rojolele, Beras Legendaris dari Delanggu


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.