Digicam kembali bangun dari tidur panjangnya dan semua ini tidak lain berkat kekuatan gen Z.
Saya pikir gen Z layak dianugerahi menjadi salah satu superhero di Marvel dengan spesifikasi kekuatannya “FOMO and viral”. Ya, barangkali bisa menjadi rival Doctor Strange.
Pertimbangannya begini, gen Z bisa dengan cepat menggunakan kekuatan untuk memutar balik waktu. Buktinya di era digital sekarang ini saya justru merasa mulai kembali ke masa lalu. Banyak barang-barang lawas kembali muncul dan bahkan jadi incaran gen Z. Salah satunya digicam.
Pemandangan ini membuat saya teringat masa kecil. Di mana waktu itu saya melihat orang-orang yang sibuk mengabadikan momen dengan digicam, handycam, atau semacamnya. Sedangkan sekarang ini smartphone sudah bisa semuanya hanya dengan 1 perangkat.
Menariknya lagi, setiap kali saya baru mengeluarkan digicam pocket —ini baru mengeluarkan loh ya, belum dipakai untuk mengambil gambar. Selalu saja yang muncul pertama kali dari mulut kawan-kawan saya adalah pertanyaan “Beli di mana?”.
Nah, kembalinya digicam di peredaran gen Z ini yang membuat saya bertanya-tanya. Apa sih sebetulnya yang mereka cari dari kamera dengan fitur terbatas itu?
Hasil fotonya yang estetik dan melankolis jadi incaran gen Z
Wajar sih gen Z jadi FOMO ketika melihat kawannya mengantongi digicam pocket. Soalnya, identitas estetik digicam itu sangat kuat. Gen Z mana sih yang nggak tergiur sama barang-barang yang estetik begitu.
Belum lagi ditambah hasil jepretan yang oke banget dan perlu saya akui. Sejak kelas 2 SMP, saya sudah sibuk menjajal digicam pocket milik Kakak saya. Saya ingat betul waktu itu digicam pocket yang saya otak-atik merek Sony dan warnanya pink. Bahkan untuk ukuran anak remaja seperti saya kala itu yang nggak paham soal settingan kamera, hasilnya sudah sebagus itu.
Apalagi di era sekarang ini. Mau bikin settingan kamera dengan gaya seperti apa tinggal tanya ke Mas GPT atau Mbak Meta. Dengan begitu, jadi bisa melahirkan hasil gambar yang lebih estetik dan melankolis. Ya, ala-ala potret jadul 90-an gitu deh.
Tinggal jepret ini, jepret itu, apa pun yang ditangkap gambarnya asal tahu caranya pasti jadi estetik dan melankolis. Selanjutnya, tinggal di pajang deh pakai lagu The Lantis atau Wijaya 80. Mengaku saja kawan-kawan gen Z ku, hal seperti ini kan yang kamu cari untuk menghiasi feed Instagram estetik kepunyaanmu.
Digicam pocket praktis dibawa ke mana-mana
Selama saya menggandeng digicam pocket, yang paling membuat saya nyaman adalah kamera ini praktis banget. Saya nggak butuh bawa tas besar untuk membawa digicam ini. Sesimpel dimasukkan kantong celana atau jaket saja sudah aman.
Misalnya, untuk saya sendiri ketika bepergian nggak suka membawa barang banyak. Saya lebih butuh barang yang minimalis dan nggak makan banyak tempat di tas supaya nggak ribet. Nah, bersahabat dengan digicam pocket memang sudah sangat pas buat saya.
Wajar sih kamera satu ini mudah dan praktis dibawa kemana-mana. Namanya juga “Digicam pocket”. Keunggulan yang satu ini memang menjadi fitur utama untuk menguasai pasar.
Perawatan digicam pocket nggak ribet sama sekali
Selain praktis dibawa ke mana-mana, perawatan digicam pocket ini nggak perlu yang neko-neko. Lain halnya dengan kamera komersial seperti DSLR. Body kamera yang cukup besar membuatnya nggak bisa ditaruh sembarangan.
Pengalaman saya bersama digicam selama kurang lebih 9 tahun, tidak pernah bikin repot. Sederhana saja, mulai dari membersihkan lensa dengan kain lap khusus, menyimpannya di tempat yang aman, lalu charge baterai secara teratur dan benar.
Mudah, kan?
Digicam pocket itu awet, cocok jadi inventaris keluarga
Dari yang awalnya meminjam digicam kakak saya, akhirnya di tahun 2019 sebelum masuk SMA saya punya digicam sendiri. Jangan kira saya bisa dengan mudahnya mendapatkan barang yang cukup mahal bagi keluarga kami waktu itu, ya.
Demi digicam pocket, saya harus membuat proposal kepada Mamak dengan judul “Di Asrama tidak boleh membawa smartphone, jadi harus pakai kamera untuk mengabadikan momen di sekolah”. Ibarat kata, ini jadi alasan yang benar di waktu yang tepat. Hehehe.
Singkat cerita, proposal saya disetujui oleh mamak. Akhirnya saya nggak perlu pikir panjang menentukan pilihan. Sebab sudah nyaman dengan digicam sebelumnya, lalu saya memutuskan untuk membeli tipe kamera yang sama. Ya, seperti lirik lagu “Takkan Terganti” dari Marcell, “Kau tak akan terganti”. Supaya ada bedanya, saya membeli Sony Cyber-Shot warna silver waktu itu.
Nah, sampai sekarang digicam pocket yang masih sama tetap setia menemani saya. Sempat 1 tahun lalu tiba-tiba mati dan tidak bisa dihidupkan lagi, saat itu saya benar-benar merasa sedih dan tidak tahu harus bagaimana. Tetapi, ajaibnya saat sudah pasrah dan saya coba charge lalu dihidupkan ulang, digicam kesayangan saya kembali berfungsi seperti normal. Jangan tanya saya senangnya bagaimana, pokoknya senang pakai banget.
Setelah mengalami kejadian itu, saya pikir digicam pocket bisa menjadi salah satu barang inventaris keluarga yang bisa bertahan lama. Bayangin deh anak-anakmu bisa memamerkan digicam jadul punya orang tuanya suatu saat nanti. Asik, jadi berangan wisata masa depan begini.
Kembali dari tidur panjangnya
Melihat tren digicam yang semakin diminati gen Z membuat saya merasa senang. Apa pun alasannya, baik itu karena FOMO atau benar-benar ingin punya, tidak masalah.
Ada satu kenyataan yang pasti, gen Z berdedikasi untuk hal ini. Digicam lawas yang sudah lama menghilang dari peredaran umum akhirnya bisa kembali lagi. Banyak toko online maupun offline yang menjual digicam pocket.
Meski banyak juga model digicam terbaru, tapi istilah “Barang lama lebih oke”, itu terbukti. Biasanya gen Z akan sibuk mencari rekomendasi digicam preloved dari media sosial seperti TikTok dan Instagram. Kita menyebutnya sebagai korban viral atau korban FYP. Pokoknya jari tidak akan berhenti sampai dapat.
Saya jadi semangat ingin melihat barang lawas apalagi yang sekiranya akan kembali muncul di peradaban ini. Semoga MP3 Player juga mendapatkan bagian nanti.
Penulis: Karisma Nur Fitria
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kamera DSLR Pernah Jadi Senjata Andalan untuk Pikat Gebetan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















