Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Ritual Wajib PNS: Dari Sumpah Jabatan Langsung ke Sumpah Cicilan, Salah Satunya karena Harga Properti!

Yulfani Akhmad Rizky oleh Yulfani Akhmad Rizky
10 September 2025
A A
Gadai SK PNS: Cara Cepat untuk Kaya sekaligus Menderita Hingga Akhir Hayat

Gadai SK: Cara Cepat untuk Kaya sekaligus Menderita Hingga Akhir Hayat

Share on FacebookShare on Twitter

Ada sebuah pemandangan yang begitu lazim di bank-bank BUMN, terutama di minggu pertama setelah pengumuman kelulusan CPNS atau setelah PNS dilantik. Seorang pemuda atau pemudi, dengan wajah cerah penuh harapan, berjalan sedikit canggung menuju meja customer service. Di tangannya, tergenggam sebuah map plastik—biasanya warna biru atau merah—yang isinya lebih sakral dari surat cinta pertama: Surat Keputusan (SK) pengangkatan PNS yang masih mulus, baru saja dilaminating, dan mungkin masih terasa hangat dari mesin fotokopi.

Mbak atau mas CS di seberang meja akan menyambut dengan senyuman penuh pengertian. Senyuman yang berkata, “Ah, satu lagi nih peziarah datang.” Tak banyak pertanyaan basa-basi. SK PNS diterima, NIP diperiksa, dan dalam sekejap, layar komputer menampilkan angka-angka ajaib. Gaji pokok golongan III/A yang tertera di kertas itu terlihat mungil. Tapi di layar komputer si mbak CS, angka plafon pinjaman yang muncul bisa untuk DP rumah tipe 45 dan sebuah LCGC sekaligus.

Selamat datang di “Menyekolahkan SK”, sebuah ritual peralihan dari status “calon abdi negara” menjadi “abdi negara yang sesungguhnya (dengan cicilan)”.

SK PNS: Jimat Paling Sakti di Mata Perbankan

Bagi yang belum tahu, SK PNS di mata bank itu bukan sekadar kertas. Ia adalah jimat sakti, sebuah golden ticket yang nilainya jauh melampaui kertas berharga lainnya. Kenapa bisa begitu? Jawabannya sederhana: risiko kredit macet mendekati nol.

Bagi bank, memberikan pinjaman kepada PNS adalah investasi paling aman. Kenapa? Karena yang jadi penjaminnya bukan Budi atau Siti, tapi Negara Republik Indonesia. Gaji seorang PNS itu pasti, stabil, dan tidak akan ada cerita PHK massal. Lebih enaknya lagi, cicilan pinjaman bisa dipotong langsung dari sumbernya (payroll) sebelum gajinya sempat mampir ke rekening. Gaji bersih yang diterima sudah hasil “sunat” cicilan.

Ini adalah privilese yang nggak kaleng-kaleng. Karyawan swasta dengan gaji dua kali lipat pun bisa jadi harus melalui interogasi yang lebih panjang dan njelimet saat mengajukan kredit. Tapi seorang PNS? Cukup sodorkan SK, dan pintu menuju ratusan juta rupiah terbuka lebar.

Kalkulasi Cemas: Balapan Melawan Kenaikan Harga Properti

Jika secara finansial begitu mudah, lalu apa yang mendorong para abdi negara muda ini begitu terburu-buru? Dulu, mungkin jawabannya adalah soal tekanan sosial dan gengsi. Tapi hari ini, dorongan utamanya datang dari sumber yang lebih dingin dan brutal: kalkulator dan kalender.

Menabung untuk membeli rumah dari gaji PNS adalah sebuah ilusi yang menyakitkan. Mari kita bermain dengan angka yang lebih kejam. Bank Indonesia, misalnya, memproyeksikan harga properti akan terus merangkak naik di kisaran 3-5% sepanjang tahun 2025. Sementara itu, setelah euforia kenaikan gaji 8% pada 2024—yang notabene adalah ‘rapelan’ setelah bertahun-tahun puasa—APBN 2025 tidak menganggarkan kenaikan gaji lagi bagi PNS.

Baca Juga:

4 Alasan Pegawai P3K Baru Harus Pamer di Media Sosial

Tunjangan Kinerja buat ASN, Beban Kerja buat Honorer, di Mana Adabmu?

Dan balapan ini tidak hanya terjadi di lintasan properti. Arena lain yang tak kalah brutal adalah biaya kebutuhan primer. Biaya pendidikan anak yang kenaikannya sering kali dua digit setiap tahun, harga beras yang hobi bikin rekor baru, hingga biaya kesehatan tak terduga yang siap menguras tabungan. Semua ini menciptakan tekanan dari berbagai sisi.

Artinya, setiap tahun properti impian berlari beberapa langkah ke depan, sementara gaji diam di tempat, dan pada saat yang sama, biaya hidup sehari-hari terus menggerogoti sisa-sisa kemampuan menabung.

Ada sebuah ketakutan yang sangat nyata dan rasional di kalangan generasi sekarang: jika tidak sekarang, maka tidak akan pernah bisa. Harga rumah hari ini, yang sudah terasa mencekik, akan terlihat murah gila lima tahun dari sekarang. Menunggu tabungan cukup berarti pasrah untuk selamanya mengontrak.

Maka, “menyekolahkan SK PNS” bukan lagi soal mengikuti “paket sukses” warisan orang tua atau membungkam bisikan tetangga. Ini adalah soal melakukan satu-satunya manuver finansial yang paling masuk akal. Ini adalah cara tercepat, bahkan mungkin satu-satunya cara, untuk mengunci harga hari ini dan masuk ke dalam permainan properti sebelum benar-benar terlempar keluar dari arena.

Ironisnya, langkah pertama untuk mengamankan masa depan finansial dan berlindung dari inflasi justru dimulai dengan mengambil utang terbesar dalam hidup.

Hidup dari Gaji yang ‘Tersisa’: Belenggu Emas Bernama Cicilan

Di sinilah realitas yang sebenarnya dimulai. Kemudahan di awal seringkali dibayar dengan kesulitan di pertengahan. Setelah euforia punya rumah baru dan mobil yang masih wangi pabrik mereda, seorang PNS akan dihadapkan pada matematika bulanan yang kejam.

Gaji bulanan yang diterima utuh di tanggal 1, besoknya sudah tinggal separuh atau bahkan sepertiga setelah dipotong cicilan bank, iuran ini-itu, dan kewajiban lainnya. Fenomena “gaji cuma numpang lewat” adalah kisah nyata yang dialami oleh banyak abdi negara.

Dan di sinilah ironi terbesarnya. Pinjaman yang awalnya diambil dengan dalih rasional untuk membeli kebutuhan primer seperti rumah, seringkali membengkak untuk membiayai kebutuhan tersier: gaya hidup. SK yang sakti itu ternyata tidak hanya “disekolahkan” untuk membeli atap di atas kepala, tapi juga untuk cicilan mobil yang kelasnya sedikit di atas kebutuhan, smartphone seri terbaru yang diganti setiap tahun, atau bahkan sekadar untuk menjaga penampilan agar tidak kalah mentereng di acara arisan dinas. Tiba-tiba, SK bukan lagi alat untuk membeli aset, tapi menjadi bahan bakar untuk sebuah citra.

Lebih dari sekadar masalah finansial, utang jangka panjang ini berfungsi seperti belenggu emas (golden handcuffs). Rasa aman itu datang dengan harga berupa fleksibilitas. Niat untuk resign dan mencoba peruntungan lain jika merasa tidak cocok dengan dunia birokrasi, harus dikubur dalam-dalam. Bagaimana mau berhenti, jika cicilan rumah masih 180 bulan lagi? SK PNS yang tadinya adalah tiket kebebasan, kini menjadi rantai pengikat yang efektif.

Ruang untuk bertumbuh secara finansial pun menjadi sangat sempit. Dengan porsi terbesar gaji sudah dialokasikan untuk utang konsumtif, pos untuk menabung, berinvestasi, atau menyiapkan dana darurat menjadi sangat terbatas.

Ritual Kebahagiaan atau Jebakan Kesejahteraan PNS?

Pada akhirnya, kita tidak bisa sepenuhnya menghakimi ritual ini. Praktik “menyekolahkan SK PNS”, jujur saja, telah membantu jutaan abdi negara memiliki aset yang paling fundamental: sebuah atap di atas kepala. Di negara di mana harga properti terus melambung, ini adalah sebuah privilese yang nyata.

Namun, ini adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia adalah jalan tol menuju kemapanan yang tidak dimiliki profesi lain. Di sisi lain, jika dilakukan tanpa perencanaan yang matang, ia adalah jebakan utang jangka panjang yang bisa menggerogoti kualitas hidup secara perlahan.

Bagi para PNS muda yang sedang memegang map biru berisi SK sakti itu, mungkin ada baiknya untuk berhenti sejenak sebelum melangkah ke bank. Tanyakan pada diri sendiri: apakah ini benar-benar sebuah kebutuhan rasional, atau hanya kepanikan sesaat?

Karena menyekolahkan SK memang bisa membangun istana, tapi pastikan kita tidak menjadi tahanan di dalamnya.

Penulis: Yulfani Akhmad Rizky
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Gadai SK: Cara Cepat untuk Kaya sekaligus Menderita Hingga Akhir Hayat

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 September 2025 oleh

Tags: cara gadai sk pnsgadai SKpnsSK PNS
Yulfani Akhmad Rizky

Yulfani Akhmad Rizky

Pelayan rakyat sekaligus mahasiswa bujangan, lebih hafal jadwal flash sale panci mini daripada jadwal dinas luar kota.

ArtikelTerkait

Peruri Bisa Kantongi Rp67 Miliar Hanya dengan Jualan e-Meterai selama Pendaftaran CPNS 2024 Mojok.co

Peruri Bisa Kantongi Rp67 Miliar Hanya dari Jualan e-Meterai Selama Pendaftaran CPNS 2024

5 September 2024
15 Istilah yang Sering Digunakan dalam Kegiatan Instansi Pemerintah PNS

PNS Itu Buruh, Titik!

1 Mei 2023
Pengakuan Sri Mulyani Soal Kenaikan Tukin PNS Kemenkeu Hingga 300 Persen Itu Kurang Etis dan Nggak Peka dengan Kondisi Terkini

Pengakuan Sri Mulyani Soal Kenaikan Tukin PNS Kemenkeu Hingga 300 Persen Itu Kurang Etis dan Nggak Peka dengan Kondisi Terkini

25 September 2024
KTP Sumber Gambar YouTube BPMTP

Film KTP, Film Pendek yang Wajib Ditonton para PNS agar Makin Berdedikasi

12 September 2021
Jalur 'PNS Titipan' Sudah Mulai Punah dan Semoga Saja Tetap Begitu terminal mojok.co

Jalur ‘PNS Titipan’ Sudah Mulai Punah dan Semoga Saja Tetap Begitu

5 September 2020
IKN Menjadi Lahan Pembuangan ASN (Unsplash)

IKN Menjadi Lahan Pembuangan ASN Adalah Kontradiksi yang Terjadi Setiap Hari di Republik Ini

30 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.