Beberapa hari yang lalu saya membagikan link tulisan saya yang membahas makanan khas Makassar di media sosial. Tak lama kemudian seorang teman online (karena cuma kenal di media sosial dan belum pernah bertemu) mengirim pesan di WhatsApp.
“Eh, dari Makasar yah? Apa kabarji? Baji-bajiki?”
Saya jadi senyum-senyum sendiri. Nggak jatuh cinta, tapi merasa lucu aja.
Kejadian seperti ini sudah sering terulang. Ada orang dari luar Pulau Sulawesi yang mencoba mengakrabkan diri dengan memakai dialek khas Makassar. Meski cara penyampaian atau penulisan mereka masih keliru, usahanya tentu patut untuk dihargai dan diapresiasi.
Mungkin teman-teman sudah banyak yang tahu, dalam dialek Makassar, ada beberapa partikel kata yang memang khas dan sulit atau bahkan tidak bisa diartikan ke dalam bahasa Indonesia jika partikel tersebut berdiri sendiri. Harus ada kata lain yang mendahuluinya. Mi, ji, dan ki adalah tiga contoh dari beberapa partikel kata khas dialek Makassar yang ada.
Keberadaan partikel kata khas Makassar ini sering membuat orang-orang di luar Pulau Sulawesi yang masih asing dengan dialek Makassar merasa kebingungan. Baik itu untuk memahami maupun untuk menulis atau mengucapkannya.
Ya, jangankan mereka, saya sendiri yang lahir, tumbuh, dan berkembang biak di Makassar suka bingung kalau diminta untuk menjelaskan. Memahami sih tentu saja bisa, yang sulit itu menjelaskan, karena terkadang ada bahasa daerah yang sulit untuk dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
Tapi nggak apa-apa, mari kita kenalan tipis-tipis aja. Saya akan coba menjelaskannya.
Sebelum memperkenalkan secara sederhana tentang partikel kata di atas, penting untuk saya sampaikan bahwa Makassar itu “s”-nya dua, Ma-kas-sar. Setiap kali saya membaca orang-orang yang menulis Makassar dengan Makasar, saya gemas sendiri. Ganjil aja gitu bacanya, hehehe.
Nah, sekarang mari kita kenalan dengan tiga partikel kata khas dialek Makassar.
Kamus Bahasa Makassar Sehari-hari #1 Mengenal partikel “mi”
Partikel kata mi bisa berfungsi mempersilakan atau memerintahkan.
Contoh: Ambilmi kalau mau.
Yang artinya:
– Ambillah kalau mau, atau
– Silakan diambil kalau mau.
Demikian halnya dengan kata makan.
Makanmi mumpung masih hangat.
Artinya:
– Makanlah mumpung masih hangat, atau
– Silakan dimakan mumpung masih hangat.
Jadi, kalau teman-teman ke Makassar lalu mendengar kata makanmi, itu maksudnya bukan mengajak atau mempersilakan makan mi yah, tapi diajak atau dipersilakan menyantap makanan yang sudah tersedia.
Dalam kalimat lainnya, partikel mi, bisa berarti sebagai kalimat penegasan atau meminta penjelasan. Mi yang ini sepadan dengan lah atau kah.
Itumi pacarnya Reni = (yang) itulah pacarnya Reni.
Itumi pacar barumu? = (yang) itukah pacar barumu?
Pernah saya baca ada yang menulis: Ikan apa itumi?
Dalam dialek Makassar, kalimat tersebut keliru, yang benar: Ikan apami itu? Artinya kurang lebih sama dengan “ikan seperti apa sih itu?” (menunjukkan rasa heran bercampur ingin tahu).
Partikel mi jika bertemu dengan kata yang merujuk pada jumlah, akan berarti ‘sudah’.
Berapami pacarmu? = Sudah berapa pacarmu?
Tigami pacarku = sudah tiga pacarku.
Kamus Bahasa Makassar Sehari-hari #2 Mengenal partikel “ji”
Partikel ji dalam dialek Makassar bisa diartikan sebagai bentuk penegasan.
Contoh:
Satuji bajuku = satu saja bajuku, atau, bajuku cuma ada satu
Apa kabar? Baji-bajiji? = Apa kabar? Baik-baik saja (kan)?
Dekatji, toh? Belum pacaran = (Cuma) Dekat saja toh? Belum pacaran.
Ituji mau dibawa? = Itu saja (kah) yang mau dibawa?
Kamus Bahasa Makassar Sehari-hari #3 Mengenal partikel “ki”
Kalau ki ini sering digunakan dalam kalimat tanya untuk memastikan apa yang diketahui.
Pacaranki Dilan sama Milea? = Pacarankah Dilan sama Milea?, atau, Apakah betul Dilan sama Milea pacaran?
Rusakki hapemu? = Rusakkah hapemu? (Apakah hapemu sedang rusak?)
Penggunaan ki dalam kata baji-bajiki untuk menanyakan kabar adalah hal yang keliru. Baji-bajiki dalam bahasa Makassar lebih kepada meminta seseorang/lawan bicara untuk bersikap lebih baik, lebih teliti, atau jangan asal-asalan.
Baji-bajiki bawanu.
Nah, ini sudah mengarak ke hal yang lebih rumit lagi.
Baji-bajiki = baik-baik /jangan asal-asalan
Bawa = mulut
Nu = kata ganti untuk kamu yang menjadi lawan bicara.
Baji-bajiki bawanu sama artinya dengan bae-bae itu mulut atau jangan sembarangan ngomong kamu yah.
Gimana, sudah mulai pusing? Saya aja yang menulis ikutan pusing, hahaha. Kalau dilihat secara teori sih gampang yah, tapi praktiknya susah, begitu pengakuan teman-teman saya kalau saya jelaskan tentang partikel kata dalam dialek bahasa Makassar. Itu juga baru tiga loh, masih ada banyak partikel-partikel kata lainnya yang juga membingungkan.
Sumber gambar: Rainer Jehl, Pantai Losari Makassar, Wikimedia Commos
BACA JUGA Anehnya Orang-Orang di Grup WhatsApp yang Nggak Mau Nampilin Nama Aslinya Sendiri dan tulisan Utamy Ningsih lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.