Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jurus Nyidat Menghindari Kemacetan Saat Lebaran

Alfiandana oleh Alfiandana
12 Juni 2019
A A
Ritual Memutari Ring Road Jogja, Wahana Pelepas Galau ala Muda-mudi Setempat terminal mojok.co

Ritual Memutari Ring Road Jogja, Wahana Pelepas Galau ala Muda-mudi Setempat terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Halo Kota, kami juga punya kemacetan. Kasihan ya, kalian kesepian. Maaf, kami ambil kembali segala milik kami—orang-orangnya, pangan dan papannya, kecuali hedonisnya, buat kalian saja lah,” seru Desa kepada Kota.

Perpindahan sementara penduduk kota-kota besar ke daerah-daerah tak lupa turut membawa kemacetannya. Kemacetan tak hanya terjadi ketika arus mudik dan arus balik, tapi juga ketika lebaran dan hari-hari setelahnya. Orang-orang biasanya menggunakan waktu ini untuk berkunjung ke keluarga jauh luar daerah dan berwisata bersama keluarga.

Kemarin H+3 lebaran, aku melakukan perjalanan dari Klaten ke Jogja. Biasanya aku bisa sampai Jogja dalam waktu 1 jam, tapi kali ini perjalanan Klaten-Jogja bisa 4 jam lamanya. Kemacetan bahkan langsung menyapa sejak aku keluar dari jalan desa ke jalan utama antar provinsi.

Serunya lagi,  perjalanan yang kulakukan siang hari. Seandainya aku mudik  malam hari pasti lebih tidak seru karena tidak panas, polusi asap dan debu tak terlihat____nanti tahu-tahu pasir di dalam paru-paru sudah bisa untuk bangun masjid. Kalau yang pakai mobil bisa leyeh-leyeh menghirup dalam-dalam AC, lalu sopirnya ditinggal tidur. Kalau nggak, ya muter lagu koplo biar otak tambah kopyor.

Karena tidak betah macet, aku dan beberapa pengendara memilih menggunakan jurus curut. Kami menamai jurus ini nyidat—mengambil jalan pintas. Ketika di tengah kemacetan melewati gang kecil, lampu sen langsung kunyalakan lalu kubelokan motor masuk gang. Ternyata tidak hanya diriku dan para pengendara motor saja yang nyidat—di depanku sudah berbaris mobil dan kulihat ke belakang lewat spion banyak mobil menyusul juga.

Kalau di kota punya jalan tol—untuk pengendara yang memilih jalan bebas hambatan—di desa punya jalan mewah alias mepet sawah. Di jalan mewah ini diriku melewati gang-gang desa, pinggir sungai, dan hamparan persawahan bersama penyidat-penyidat lain. Jalan yang kami lewati memang kecil—hanya muat satu mobil sama satu motor itu pun jika berpapasan harus mblasak ke ilalang-ilalang.

Meskipun banyak juga yang nyidat tapi di sini jalannya lebih lancar—tak perlu tunggu-menunggu yang pasti akan memakan waktu lama. Namun di tengah perjalanan kami sempat terhenti dan antri lumayan lama. Awalnya aku tidak tahu dan penasaran apa penyebabnya—kemudian setelah giliranku, aku baru tahu kalau ternyata macet ini disebabkan mobil yang papasan. Untung ada muda-mudi desa dan bapak bapak yang merelakan waktu dan tenaganya untuk berjaga di jalan. Mereka membantu pengendara melintasi jalan mewah supaya tidak terjadi bentrokan. Setelah berhasil lewat, para pengendara akan memberikan uang dalam kardus—seikhlasnya saja. Ternyata kemacetan di jalan utama ada hikmahnya juga. Jalan-jalan kecil di desa bisa menjadi lahan rejeki bagi warga.

Sudah tentu kehadiran mereka ini sangat berguna, bayangkan jika tak ada mereka. Kita kan para penyidat ini biasanya sekedar lewat tanpa tahu jalan. Pokonya ketika memilih jalan kita hanya berpegangan asas ‘sing penting yakin‘ dan ‘daripada macet‘. Otomatis kita tidak tahu jalur yang akan kita hadapi dan yang kita tahu cuma asal jalan ini bagus berarti tembusnya ke jalan besar. Kalau nggak—ya ngikut yang depan, pengendara yang di depan kita jadikan petunjuk karena mereka pasti juga cari jalan pintas. Ya kalau mereka benar-benar cari jalan pintas—kalau pulang ke rumah gimana? Malah halalbihalal kita nanti.

Baca Juga:

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Nostalgia Masa Kejayaan Bata, Sepatu Jadul yang Membuat Saya Sombong saat Lebaran

Bisa dibayangkan, tahu-tahu di depan kita ada jembatan kecil yang hanya muat satu mobil, lalu dari arah yang berlawanan ada mobil yang mau menyeberang juga. Otomatis salah satu harus ngalah, namun lebih sering malah tak ada yang ngalah. Ditambah lagi kita tahu dari arah barat sama arah timur yang sama-sama golongan penyidat, pasti kan punya pengikut banyak di belakangnya. Otomatis bila mendadak berhenti di depan jembatan pas kita bakal terjepit—kita maju ambyar, mundur ambyar.

Lewat jalan mewah—selain lebih cepat—kita juga bisa mendapat banyak manfaatnya. Pertama, bisa buat refreshing keluarga untuk menghilangkan kepenatan kota dengan melewati alam persawahan yang sejuk nan indah. Kedua, melewati jalan mewah juga baik bagi kesehatan mata kita. Warna-warna hijau segar selalu terhampar untuk kita. Selain itu, udara yang alamai juga baik bagi paru paru kita. Apabila beruntung, kita bisa menjulurkan kepala dan tangan untuk mencari buah-buah segar yang biasa tumbuh di jalan mewah.

Perlu diketahui juga biasanya di jalan-jalan mewah alias mepet sawah ini banyak penjual pecel, penjual dawet, dan rujak. Kita bisa istirahat sebentar untuk melepas dahaga sambil menikmati keindahan alam desa. Ya tapi sayangnya pas lebaran gini pada libur. hehehe

So, daripada pikiran dan bokong mengeras di tengah kemacetan—di dalam keramaian kamu masih merasa sepi, sendiri memikirkan diri sendiri yang sudah lama sendiri—mending belok, masukan kendaraanmu ke jalan mewah. Tapi ingat jangan lupa mengisi kardus yang disediakan para pengatur jalan, mereka cuma meminta seikhlasnya kok—nggak dipatok tarif kayak jalan tol. Seikhlasnya aja kalau nggak ngasih ya gapapa—eh ya kebangetan~

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: Arus BalikKemacetanLebaranNyidat
Alfiandana

Alfiandana

ArtikelTerkait

rekomendasi menu daging olahan saat idul adha

Bosan Nyate? Ini Dia Rekomendasi Menu Olahan Daging Kurban yang Tak Kalah Lezat dan Menggiurkan

20 Juli 2021
Penting tapi Kadang Dilupakan: Kursi Tunggu di Tempat Belanja terminal mojok.co

Belanja Lebaran Bareng Om Baudrillard

4 Juni 2019
Lampu Merah Pasar Demangan Jogja, Lampu Merah yang Bikin Kalian Kehilangan Kewarasan lampu lalu lintas, lampu sein

Lampu Merah Pasar Demangan Jogja, Lampu Merah yang Bikin Kalian Kehilangan Kewarasan

1 Agustus 2024
Jalan Nurtanio Bandung, Jalan yang Paling Bermasalah Saat Ini di Kota Bandung: Mulai dari Proyek yang Tak Kunjung Usai hingga Memakan Korban Jiwa

Jalan Nurtanio Bandung, Jalan yang Paling Bermasalah Saat Ini di Kota Bandung, Mulai dari Proyek yang Tak Kunjung Usai hingga Memakan Korban Jiwa

4 Maret 2025
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu

20 Mei 2020
Kasta Biskuit dalam Sekaleng Khong Guan: Mana yang Kamu Makan Duluan? terminal mojok.co

Kasta Biskuit dalam Sekaleng Khong Guan: Mana yang Kamu Makan Duluan?

20 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.