Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Betapa Merananya Punya Rumah Tanpa Pagar, Jadi Markas Bocil Mabar

Chusnul Awalia Rahmah oleh Chusnul Awalia Rahmah
26 April 2025
A A
Betapa Merananya Punya Rumah Tanpa Pagar, Jadi Markas Bocil Mabar

Betapa Merananya Punya Rumah Tanpa Pagar, Jadi Markas Bocil Mabar (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai bocah kelahiran awal 2000, rasa-rasanya tak perlu ada yang dikhawatirkan dengan fakta rumah tanpa pagar. Ya memang kenapa, sih? Apa salahnya memiliki rumah yang hanya dibatasi dengan seonggok pintu sederhana? Kira-kira seperti itulah teriakan-teriakan yang menggaung dalam imaji ketika diberi cercaan pertanyaan, “Kamu nggak pengin punya rumah yang ada pagarnya?”

Akan tetapi di usia yang menginjak kepala dua ini, saya justru mengalami momen yang sebelumnya sama sekali nggak kepikiran. Mendadak saya pengin punya pagar gara-gara rumah tanpa pagar dijadikan markas mabar para bocil.

Rumah tanpa pagar malah jadi lokasi mabar bocil

Tak pernah terbayang kalau pulang dari perantauan, saya malah disambut gerombolan bocil yang tengah main bareng alias mabar di halaman rumah. Meski kedengarannya berlebihan, eksistensi kurang lebih 10 anak laki-laki ini nyata adanya.

Sebelumnya ibu saya memang beberapa kali menceritakan fenomena bocil mabar di depan rumah ini. Tapi saya sendiri tak pernah melihatnya secara langsung. Bocah-bocah ini memandang layar smartphone, sementara jemari mereka sibuk menggeser apa pun yang terlihat di depannya. Mulut mereka tentu saja nggak berhenti berucap.

Sejujurnya saya nggak bisa memahami alasan bocil-bocil ini menjadikan halaman rumah kami yang tanpa pagar itu sebagai basecamp mabar. Padahal lebar halamannya hanya 1 meteran, lho. Letaknya memang sedikit lebih tinggi dari jalan. Asumsi saya itu alasan mereka nyaman mabar di sini.

Masalahnya, mereka main tiap hari. Kalau cuma seminggu sekali sih nggak apa-apa. Jadi ketika kemarin saya pulang dua hari ke rumah, setiap hari saya melihat aktivitas para bocil mabar ini dari balik jendela. Kebisingan yang mereka ciptakan melampaui batas wajar. Bahkan hanya dua atau tiga hari setelah Lebaran kemarin, mereka langsung mabar di depan rumah saya.

Teriakan menggelegar akibat double kill

Saya sebenarnya nggak masalah sama anak kecil yang main. Tetapi permainan yang anak-anak lakukan di depan rumah tanpa pagar saya ini beda sama permainan yang dulu awam kita jumpai. Anak zaman dulu mainannya gobak sodor, petak umpet, lompat tali, sementara anak sekarang mainan ML atau PUBG melalui aplikasi-aplikasi dalam handphone.

Nah, masalahnya, permainan yang dilakukan bareng-bareng ini nggak mungkin bisa berjalan dengan sunyi senyap. Teriakan-teriakan menggelegar menjadi pendamping yang selalu terdengar. Jangan lupakan tawa kencang bak jadi suporter sepak bola. Belum lagi segala macam sumpah serapah khas Suroboyoan dengan logat yang kental itu meluncur dari mulut mereka. Aduh, sumpah, berisiknya kebangetan.

Baca Juga:

3 Hal tentang Perumahan Cluster yang Bikin Orang-orang Bepikir Dua Kali sebelum Tinggal di Sana

Ketika Ibu Rumah Tangga Bisa Membeli Rumah dari Mengumpulkan Sampah

Sebelum menulis ini, bukan berarti orang tua saya diam-diam saja. Mereka sudah diingatkan. Saya bahkan sempat mendengar para bocil ini dimarahi bapak saya. Setelah itu mereka langsung kabur. Tapi nggak sampai 10 menit, mereka balik lagi ke halaman rumah saya yang tanpa pagar itu.

Situasi ini sudah terjadi kurang lebih 1 tahun ke belakang. Bukan cuma saya, orang tua saya pun pusing tujuh keliling gimana cara memberi tahu anak-anak seumuran SD-SMP ini.

Jadi saksi kelakuan aneh para bocil

Di sudut halaman rumah tanpa pagar keluarga saya, sebenarnya ada kursi panjang tempat kakek saya biasa membaca koran. Di situ memang cukup sejuk soalnya ditutupi pohon pucuk merah setinggi dua meter. Nah, di situlah para bocil ini terkadang duduk ketika sedang kosong.

Suatu hari, ibu saya yang memang sering mengawasi mereka dari balik jendela, tiba-tiba memanggil. Beliau menanyakan permainan apa yang sedang bocah-bocah itu lakukan. Pasalnya, bukan program yang awam ibu saya lihat.

Jangankan ibu, saya pun terbelalak ketika melihat 6 orang bocah SD ini tengah main OME. Iya, OME yang itu. Mereka tertawa santai, melambaikan tangan sembari menggoda cewek-cewek dalam video. Pada titik ini, saya benar-benar nggak habis pikir. Bukan bermaksud menghakimi, terserah adik-adik ini saja mau melakukan apa, selama itu bukan adik saya, dan selama semua aktivitas tersebut dilakukan di rumah masing-masing. Biarkan orang tua kalian tahu. Gitu lho maksudnya, wahai adik-adik.

Hal-hal ini pada akhirnya membuat saya memikirkan satu hal. Seandainya dari awal ada pagar di rumah, mungkin kebisingan ini nggak akan pernah ada. Bocil-bocil itu nggak akan punya ruang untuk sekadar duduk mengistirahatkan kaki. Aduh, ternyata begini merananya punya rumah tanpa pagar.

Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Penderitaan Abadi yang Dirasakan Penghuni Rumah Besar di Pinggir Jalan: Jadi Sasaran Kejahatan dan Kena Polusi Suara Tanpa Henti!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 April 2025 oleh

Tags: pagarPagar RumahRumah
Chusnul Awalia Rahmah

Chusnul Awalia Rahmah

Seorang mahasiswa yang senang berimaji.

ArtikelTerkait

rumah daerah persawahan

Ingin Punya Rumah di Daerah Persawahan? Pikir-pikir Lagi

29 Oktober 2021
3 Tips Agar Rumah Tak Dibobol Maling

3 Tips Agar Rumah Tak Dibobol Maling

25 April 2022
10 Ciri Kamar Mandi Ideal, Bikin Penggunanya Bahagia Terminal Mojok

10 Ciri Kamar Mandi Ideal, Bikin Penggunanya Bahagia

25 Oktober 2022
menggugat pagar alun-alun utara jogja mojok.co

Mendebat Pagar Alun-alun Utara Jogja yang Kehilangan Fitrah ‘Takhta untuk Rakyat’-nya

24 Juli 2020
5 Aturan Tidak Tertulis Tinggal Serumah Bareng Mertua, Patuhi agar Rumah Tangga Nggak Bubar! Mojok.co

5 Aturan Tidak Tertulis Tinggal Serumah Bareng Mertua, Patuhi agar Rumah Tangga Nggak Bubar!

2 Juni 2024
3 Sisi Menyebalkan Ibu-ibu Tetangga Saat Bertamu ke Rumah Mojok.co

3 Sisi Menyebalkan Ibu-ibu Tetangga Saat Bertamu ke Rumah

30 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.