Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

5 Penderitaan Abadi yang Dirasakan Penghuni Rumah Besar di Pinggir Jalan: Jadi Sasaran Kejahatan dan Kena Polusi Suara Tanpa Henti!

Handri Setiadi oleh Handri Setiadi
14 April 2025
A A
5 Penderitaan Abadi yang Dirasakan Penghuni Rumah di Pinggir Jalan: Jadi Sasaran Kejahatan dan Kena Polusi Suara Tanpa Henti! rumah pinggir jalan raya

5 Penderitaan Abadi yang Dirasakan Penghuni Rumah Besar di Pinggir Jalan: Jadi Sasaran Kejahatan dan Kena Polusi Suara Tanpa Henti!

Share on FacebookShare on Twitter

Saya hidup dan bermukim di dalam gang. Banyak sekali ketidaknyamanan ketika memiliki rumah di dalam gang. Misalnya saja kerap kali direndahkan, akses masuk yang sempit, juga tidak bisa masuk mobil. Namun, ketika beberapa kali menginap di rumah teman yang begitu besar di pinggir jalan, membuat pandangan saya berubah. Setelah mendengar curhatan teman sebagai ahlul bait, ternyata tinggal di dalam gang tidak terlalu buruk juga.

Rumah dua lantai tipe 250 yang dia tinggali terlalu luas hanya untuk tiga orang saja. Ayahnya, ibunya, dan kawan saya sendiri. Terkadang kalau bisa memilih, ia lebih memilih tinggal di rumah biasa saja dengan pemukiman yang lebih hangat. Dia pun menuturkan bahwa hidup dengan rumah besar di pinggir jalan tidak selalu enak sebagaimana yang seringkali orang anggap.

Memang dia memiliki kehidupan nyaman di rumah besar, akses jalan yang sangat mudah, dan orang merasa iri padanya. Namun, dari pengakuannya sendiri, terdapat beberapa penderitaan abadi selama memiliki rumah besar di pinggir jalan.

Suara kendaraan adalah gangguan utama bagi penghuni rumah di pinggir jalan

Banyak yang berspekulasi bahwa memiliki tempat tinggal di pinggir jalan itu enak karena akses jalan yang sangat mudah. Tidak perlu mempersulit ojol untuk menemukan lokasi tujuan. Mau ke mana-mana mudah karena langsung ke jalan besar, tidak perlu melintasi jalan yang sempit.

Itu betul. Tapi, realitas lebih nyata ketimbang angan-angan yang paling buruk sekalipun.

Nyatanya, teman saya malah merasakan penderitaan abadi karena sering kali terganggu suara berisik kendaraan lalu-lalang. Belum lagi daerah teman saya tersebut banyak kendaraan bermotor yang menggunakan knalpot brong. Kebetulan kamar teman saya berada di ujung tepat bersebelahan dengan jalan raya. Memang ketika saya menginap pun rasanya tidak nyaman akibat bisingnya suara kendaraan.

Itu baru menginap barang sehari-dua hari, bayangkan kalau hidup di situ. Bisa sih. Bisa gila maksudnya.

Capek beres-beres rumah

Rumah dengan ukuran kurang lebih seluas 16×25 m itu perlu tenaga ekstra untuk dibersihkan. Belum lagi terdapat halaman depan dan taman mini di pinggir rumah. Teman saya menceritakan ketika beres-beres rumah dan halaman, capeknya benar-benar setengah mati.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Walaupun sudah menyewa orang untuk bantu-bantu tetap saja area rumah yang terlalu luas itu sangat menguras tenaga ketika dibereskan.

Pertanyaannya, apakah karena rumahnya gede? Iya, tapi nggak karena itu doang. Rumah di pinggir jalan selalu punya satu masalah klasik, terlepas gede atau nggak, yaitu gampang kotor. Penyebabnya ya tentu saja karena debu jalanan yang tak mungkin dihalau begitu saja.

Sering jadi target kejahatan

Karena posisi rumah benar-benar berada di depan jalan, rumah kawan saya ini sering kali menjadi target dari kejahatan. Entah berapa kali pencuri berusaha untuk membobol garasi rumahnya. Alhasil, pernah satu unit sepeda motor listrik keluaran terbaru raib begitu saja. Belum lagi barang-barang jika lupa tidak dimasukkan ke rumah, ada saja orang yang bisa mengambilnya melewati pagar.

Karena suasana sekeliling rumah yang sepi, pos jaga yang jarang terisi, benar-benar memudahkan pencuri untuk beraksi.

Tidak punya “tetangga”

Ketika saya tanya kepada teman saya tersebut apakah kenal seseorang di sekitar rumahnya, dia jawab tidak ada. Padahal sebenarnya ya ada tetangga di sebelah rumahnya, tapi tidak tidak seperti memiliki tetangga karena tak pernah bertegur sapa. Berbeda dengan tempat tinggal saya di gang. Walaupun akses jalan yang sempit, tapi rumah saya dikelilingi oleh tetangga yang sangat dekat.

Jika ada masalah, misal ada yang meninggal, tetangga biasanya gotong royong untuk mengurusnya. Sehingga suasana sekitar selalu terasa hangat.

Sungguh kondisi yang sangat berkebalikan. Tidak adanya tetangga membuat semuanya menjadi serba sendiri. Kawan saya bertutur bahwa orang-orang di sekitar rumahnya sudah terlalu sibuk urusan masing-masing sehingga membuat suasana sekeliling rumah menjadi begitu sepi.

Kesepian yang mematikan

Terakhir saya berkunjung ke rumah teman tersebut, yaitu ketika ayahnya meninggal. Ketika saya bertakziah, kawan saya menuturkan bahwasanya karena rumah yang terlalu luas dan sepi, tidak ada yang tahu bahwa ayahnya sudah meninggal. Ayah kawan saya mengidap penyakit jantung. Rupanya ketika ia merasa kesakitan, penghuni rumah sedang tidak berada di dekatnya. Akhirnya ketika ditemukan sudah dalam kondisi tidak tertolong. Begitu sepinya memiliki rumah yang begitu besar dan berada di pinggir jalan, sampai-sampai sepinya itu berbuah kematian.

Sampai pada akhirnya, terpampang jelas di depan rumahnya bahwa rumah tersebut dijual. Begitulah penderitaan abadi yang dirasakan oleh kawan saya yang memiliki rumah besar di pinggir jalan. Nyatanya yang menurut kita enak belum tentu enak sampai kita benar-benar merasakannya.

Penulis: Handri Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Derita yang Akan Kamu Rasakan jika Punya Rumah di Pinggir Jalan Raya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 April 2025 oleh

Tags: rumah besarrumah di pinggir jalan
Handri Setiadi

Handri Setiadi

Kadang guru, kadang suka baca buku, anggap saja teman baikmu.

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen yang Mewajibkan Mahasiswa Beli Bukunya Sendiri Itu Kenapa, Sih?

Dosen yang Mewajibkan Mahasiswa Beli Bukunya Sendiri Itu Kenapa, Sih?

7 Desember 2025
Kelas Menengah, Pemegang Nasib Paling Sial di Indonesia (Unsplash)

Nasib Dianggap Jadi Warga Kelas Menengah: Dianggap Banyak Uang, Tak Pernah Dapat Bantuan, tapi Hidupnya Justru Paling Sering Nelangsa

7 Desember 2025
Trotoar Sepanjang Jalan Cikini Raya Harusnya Jadi Standar Seluruh Trotoar di Jakarta agar Berpihak kepada Pejalan Kaki

Trotoar Sepanjang Jalan Cikini Raya Harusnya Jadi Standar Seluruh Trotoar di Jakarta agar Berpihak kepada Pejalan Kaki

9 Desember 2025
Indomaret Tidak Bunuh UMKM, tapi Parkir Liar dan Pungli (Pixabay)

Yang Membunuh UMKM Itu Bukan Indomaret atau Alfamart, Tapi Parkir Liar dan Pungli

6 Desember 2025
5 Menu Seasonal Indomaret Point Coffee yang Harusnya Jadi Menu Tetap, Bukan Cuma Datang dan Hilang seperti Mantan

5 Menu Seasonal Indomaret Point Coffee yang Harusnya Jadi Menu Tetap, Bukan Cuma Datang dan Hilang seperti Mantan

6 Desember 2025
Mohon Maaf Warga Surabaya, Tahu Isi yang Isinya Bihun Itu Kelihatan Nggak Niat

Mohon Maaf Warga Surabaya, Tahu Isi yang Isinya Bihun Itu Kelihatan Nggak Niat

10 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur
  • Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah
  • Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan
  • Keresahan Warga Jogja di Balik Kabar Kenaikan Harga Olive Chicken di Januari 2026
  • Pulang dari Perantauan: Dulu Habiskan Waktu Nongkrong bareng Teman, Kini Menghindar dan Lebih Banyak di Rumah karena Takut Menyesal
  • Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Siap Kehilangan Mobil Kesayangan yang Nggak Pernah Bikin Malu


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.