Selesai sudah akhirnya hiruk-pikuk Pilkada di kabupaten saya, Bangkalan Madura. Penolakan MK atas permohonan pasangan Maju (Mathur-Jayus) dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) berarti pasangan Lukman-Fauzan yang terpilih sebagai bupati baru di kabupaten ini.
Ya, bisa dibilang Pilkada Bangkalan Madura tahun kemarin memang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumya. Sebab, semua pasangan calonnya tak ada yang memiliki gelar kiai. Makanya, masyarakat tak sungkan untuk mengkritisi, mengomentari, serta mengajari para calon yang kurang kompeten.
Nah maka dari itu, melalui surat terbuka ini saya memberanikan diri pula untuk ikut “mengajari” bapak bupati yang sudah terpilih.
Sudahi segala bentuk premanisme di Bangkalan Madura
Inilah masalah pertama yang harus segera dibasmi di Bangkalan Madura. Tak ada yang lebih menakutkan bagi para pendatang selain premanisme dari warga lokal. Tidak berkembangnya wisata di sini, ya masalahnya ada di sikap premanisme dari oknum penduduk lokal sendiri.
Misalnya, beberapa tempat wisata, terutama wisata kuliner, yang harganya mahal. Itu bukan gara-gara pajak dari pemerintah saja, tetapi juga banyaknya pungutan liar yang merajalela. Bayar ke orang ini, bayar ke ormas itu, dipalak preman ini, dipalak komplotan itu. Pokoknya, rugi bikin usaha di kabupaten ini.
Bahkan, masalah ini bukan hanya terjadi dalam kehidupan rakyat. Di kalangan pejabat pemerintah juga terjadi. Tak perlu malu, akui saja bahwa minimnya investor di kabupaten ini, ya gara-gara terlalu banyak pemalakan dari yang punya jabatan.
Betul, kan pak/bu?
Baca halaman selanjutnya: Saatnya perbaikan menyeluruh di Kabupaten Bangkalan.




















